Jab Ria

Lahir di Pinrang pada tanggal 05 September 1971. Mengajar sejak tahun 1998 hingga kini. Sekarang mengembang amanah sebagai pendidik di SMAN 11...

Selengkapnya
Navigasi Web
TAK  ADA MUDIK
Pixabay image

TAK ADA MUDIK

#Tantangan Menulis Gurusiana (11)

TAK ADA MUDIK

Karya : Jabariah Abbas

****

Adanya pelarangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah serta penutupan perbatasan antar daerah tertentu sungguh merupakan keputusan buah simalakama. Saat sirkulasi ekonomi menggiat dan massif dihadapkan pada kenyataan lain berupa kehkawatiran akan adanya serangan gelombang covid yang lebih dahsyat, memaksa pihak pemerintah mengambil keputusan yang sangat tidak populis. Bagaimana pun mudik adalah tradisi yang berlangsung sudah sangat lama dan menjadi momen tahunan silaturahmi yang menjadikan ramadan dan lebaran menjadi sangat instimewa. Namun juga pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi dan mempertahankan kesehatan warganya. Aparat Sipil Negara bahkan diancam akan mendapat teguran bila mengabaikan peringatan ini. Mungkin karena larangan tersebut sehingga berbagai media sosial diramaikan dengan twibonnase yang kontennya mendukung untuk tidak mudik.

Reaksi masyarakat bermacam-macam, ada yang bahkan menangis dan mencari sekecil apapun celah yang dapat dimanfaatkannya asal dapat pulang. Ada juga yang mencoba menghubungi aparat yang bertugas di perbatasan atau mencuri start dengan pulang lebih awal sebelum tanggal ketetapan berlangsung. Seperti yang dilakukan oleh Ria, sahabat sekantorku. Dia telah mempersiapkan barang-barang bawaannya, membeli tiket pesawat serta menghubungi sopir mobil angkutan yang dapat menjemputnya dari bandara ke kampungnya. Izin pulang kampung dari bos perusahaan diperoleh setelah sebelumnya bersandiwara ala drama korea. Hmm...

Beberapa hari lalu, Ria memaksaku untuk mengikuti jejaknya namun aku menolaknya. Ia bercerita tentang kerinduannya sahur dan berbuka dengan kedua orang tuanya yang mulai renta. Rindu dengan handai taulan serta sahabat-sahabat kecilnya mengaji di surau. Rindu adzan subuh dan kokok ayam jantan dan susana kampung yang segar dan religi. Aku merasakan kebahagiaan yang dirasakannya. Andai saja Ria tahu kenapa saya tak ingin mudik. "Saya tak lagi memiliki keluarga, Bencana likuifaksi telah menelan dan menggulung kampung halamanku" kataku ketika dia menanyakan alasan kenapa aku tak ingin mudik. Ria menyesal hanya membeli satu tiket.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post