Jab Ria

Lahir di Pinrang pada tanggal 05 September 1971. Mengajar sejak tahun 1998 hingga kini. Sekarang mengembang amanah sebagai pendidik di SMAN 11...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tumbler, Magic on the Bag

Tumbler, Magic on the Bag

Lomba Menulis Bulan Juni (Lingkungan)

Tumbler, Magic on the bag

Oleh : Jabariah Abbas

***

Saya dan keluarga memiliki kebiasaan pergi berenang dan berendam berlama-lama di laut setiap 2 pekan sekali. Pandanganku terganggu dengan adanya tumpukan sampah plastik kresek serta berbagai kemasan minuman dan makanan yang ada di sepanjang bibir pantai. Miris dan resah hati menyaksikannya. Menyesalkan sikap, kebiasaan serta kesadaran warga masyarakat yang masih sangat rendah akan bahaya dan keburukan yang dapat ditimbulkan oleh sampah ini. Plastik, merupakan musuh nyata yang akan menganggu kelestarian dan keselamatan bumi di masa yang akan datang.

Sampah plastik yang baru dapat terurai setelah 10 hingga 20 tahun, hal ini menimbulkan kekhawatiran betapa berat beban yang ditanggung alam, bagaimana jika laut membersikan dirinya sendiri dengan cara memuntahkan air yang dikandungnya. Berapa banyak korban yang akan ditanggung sebagai akibat perilaku kita yang merusak dan tak bersahabat. Mengapa tak belajar dari kitab yang telah diturunkan sebagai petunjuk, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan- manusia supaya Allah menghendaki agar mereka merasakan akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali(ke jalan yang benar)”QS. Ar-Ruum : 41.

Kulangkahkan kaki sambil merenungi ayat alquran tersebut. Andai pasir dapat berbisik, niscaya setiap butirnya akan menumpahkan kesedihan dan kepedihannya. Kusempatkan mengajak sekelompok anak-anak usia sekolah SMP yang sedang bermain bola agar menepikan serta mengumpulkan sampah pada satu titik yang sekiranya air laut sedang pasang tidak akan terbawa arus dan menyebabkan pencemaran lagi. Mereka tampak gembira dan paham bahwa usaha kecil yang sedang ia lakukan akan berdampak dan menyebabkan pengunjung lain akan merasa nyaman dan tenteram menikmati kunjungannya. Pasukan pembersih makin bertambah, aksi dan aktifitas anak ini mengundang simpati beberapa pengunjung, Mereka kemudian mengambil peran mengikuti apa yang dilakukan anak-anak tersebut. Akhirnya sebelum matahari pas berada di atas kepala, lokasi tempat anak-anak tadi sudah terbentuk beberapa gunung-gunung sampah yang siap diangkut ke tempat pembuangan akhir.

Kuajak mereka yang telah peduli membersihkan pantai ini mendekat ke gazebo, bungkusan kecil yang kutata dalam kardus indomi kubuka dan bagikan, saya sengaja membawanya banyak dan telah meniatkannya untuk dibagikan. Air, serta hand sanitiser yang selalu tersimpan dalam mobil tidak perlu saya keluarkan. Beberapa diantara mereka telah sadar untuk selalu mengikuti protokol kesehatan, termasuk membawa botol kecil pembersih tangan. Beberapa diantara mereka membawa tumbler yang berisi air minum. Saya menjadi teringat dengan salah satu program ekstra kurikuler Adiwiyata sekolah tempatku mengajar, Satu Siswa- satu tumbler untuk mengantisipasi dan mengurangi sampah plastic kemasan air.

Bagi saya, tumbler ibarat benda yang ajaib yang selalu ada di dalam tas. Benda yang terbuat dari bahan plastik atau aluminium yang tahan akan panas. Dapat memuat tiga gelas air dan dapat saya bawa kemana-mana. Sehingga ketika haus menyerang, dengan mudah menghilangkan dahaganya, tanpa harus menghasilkan plastik yang dapat mencemari lingkungan.

Kita memang tak dapat melepaskan diri dari plastic, barang ini adalah barang yang sangat familiar dan dekat dengan kita. Saat kita berbelanja, wadah dan produk yang kita butuhkan sehari-hari, namun seharusnya kita dapat bijaksana dalam memanfaatkannya. Memanfaatkan kantong dari kain atau bahan lain yang mudah terurai oleh mikrooganisme decomposer. Mari berbenah, menguatkan kebiasaan bijaksana menggunakan dan membuang sampah

Selamat hari lingkungan hidup sedunia, mari tunjukkan aksi nyata dan melakukan hal-hal kecil namun memiliki arti besar untuk kelestarian dan keselamatan bumi. Sayangi anak cucu dengan cara mencintai lingkungan. “Cintailah makhluk yang ada di bumi, maka makluk yang ada di langit pun akan mencintaimu.”

Bionarasi : Bernama Jabariah Abbas, S.Si,. M. Pd, Lahir dari seorang ayah Bernama Abbas Muhammad dan Ibu Hanafiah Beddu. Sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara menjadikannya tumbuh menjadi sosok yang sabar dan penyayang kepada adik-adiknya. Ia adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran Biologi pada sekolah Boarding school SMAN 11 Pinrang. Setelah menikah dengan Bapak Drs.H. Lukman Sikki, M.Pd (2020) ia semakin termotivasi untuk menulis. Baginya, menulis menjadi hal yang menyempurnakan dan melengkapi kebahagiaan. Dengan menulis ia merasa merdeka dan belajar mewariskan hikma. Email : [email protected], WA Aktif : 085342501616

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap sappo

10 Jul
Balas



search

New Post