Jamal Passalowongi

penulis adalah guru di SMAN 6 Barru Sulawesi Selatan...

Selengkapnya
Navigasi Web
PRESENSI LITERASI, SATU TITIK MEMBANGUN GENERASI LITERET

PRESENSI LITERASI, SATU TITIK MEMBANGUN GENERASI LITERET

Membangun generasi literet tidak semudah membalikkan telapak tangan, bahkan tidak sedikit yang mengatakannya sebagai satu sistem utopia yang hanya dalam hayalan semata. Betapa tidak, untuk menjadi negara yang literet terlalu banyak hal yang harus dilakukan dan kita “wajib” berani mengubahnya. Misalnya saja negara Finlandia yang selalu menempati urutan pertama dunia sebagai negara paling literet (menurut The World’s Most Literate Nations (WMLN)), tidak juga serta merta seperti sekarang ini. Akan tetapi, mereka siap dan berani mengambil langkah besar menuju negara paling literet di dunia saat ini.

Namun demikian, sudah menjadi satu hukum keniscayaan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Setiap langkah selalu ada kemungkinan di dalamnya, sehingga kita tidak perlu berkecil hati dengan banyaknya langkah-langkah menuju negara literet itu. Pemerintah sudah membuat desain besarnya dan juga sudah menyiapkan perangkat lunaknya berupa undang-undang dan kebijakan-kebijakan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana dengan perangkat kerasnya, yaitu kesadaran masyarakat secara menyeluruh.

Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang dicanangkan sejak 2016 kini telah memasuki tahun keempat, tentu saja gerakan ini masih sangat belia dan masih mencari bentuk di tengah masyarakat. Akan tetapi, sedikit demi sedikit GLN ini sudah dirasakan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Gerakan Literasi Nasional di turunkan dalam tiga ranah yaitu keluarga menjadi Gerakan Literasi Keluarga, di masyarakat menjadi Gerakan LIterasi Masyarakat dan terakhir adalah ranah sekolah menjadi Gerakan Literasi Sekolah.

Ketiga ranah ini merupakan titik-titik penguatan menuju negara literet. Setiap titik memiliki kontribusi penting dalam penciptaan generasi literet di masa mendatang. Oleh karena itu, seharusnya setiap diri kita mengambil posisi masing-masing pada setiap titik itu dan bukan malah berpangku tangan.

Salah satu titik yang menjadi konsentrasi saat ini adalah literasi di sekolah. Mengapa sekolah, karena sekolah memiliki struktur pendidikan yang kuat. Bila di sekolah gerakan literasi ini baik maka selanjutnya gerakan ini akan mudah diaplikasikan di luar sekolah.

Salah satu yang sedang di kembangkan saat ini di SMAN 6 Baru adalah Presi atau Presensi literasi. Presensi literasi ini sudah dilakukan sejak awal tahun ajaran baru 2019/2020 dimulai dengan memberikan pengertian bagaimana literasi mampu memberikan manfaat luar biasa pada diri siswa. Siswa harus memahami bahwa apa yang ditulisnya pastilah memberikan manfaat yang baik padanya di kemudian hari. Presensi ini dilakukan untuk memicu dan memacu kemampuan siswa dalam menulis. Pun dalam hal ini siswa diajarkan untuk mencintai dunia tulis menulis.

Presensi Literasi yang disingkat Presi ini merupakan praktik baik dalam berliterasi, karena salah satu masalah dalam berliterasi adalah konsistensi atau kesinambungan suatu program. Kadang ada program baik akan tetapi tidak dilakukan secara berkesinambungan sehingga berhenti di tengah jalan ahirnya menjadi tidak maksimal dan tidak mencapai tujuan gerakan literasi sekolah.

Presensi literasi berbentuk catatan harian yang dimiliki siswa saat mata pelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan. Disebut presensi karena kegiatan ini berupa pengecekan kehadiran (presensi=kehadiran) berdasarkan pengumpulan presensi saat guru mengecek kehadiran siswa. Dan karena itupulalah siswa yang tidak mengumpulkan Presi tidak akan dipresensi kehadirannya di kelas sampai mereka mengumpulkannya.

Saat ini Presi atau presensi literasi masih dalam bentuk tulisan tangan dengan pola-pola yang dibuat siswa dengan menggambar atau menempel. Akan tetapi, boleh jadi dalam perkembangannya penulis sedang mempersiapkan satu grup khusus atau blog (juga rencana satu aplikasi) yang dapat menampung tulisan siswa setiap harinya sebagai bentuk presensi mereka ketika hadir di kelas. Bila siswa mengumpulkan dalam bentuk file atau dimasukkan dalam aplikasi tertentu maka dalam satu semester tulisan-tulisan itu akan menjadi lembaran-lembaran yang akan menunjukan jati diri penulisnya. Akhirnya dapat dibukukan atau di jadikan media pembelajaran berikutnya.

Presensi literasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis apa saja yang pernah mereka baca, mereka dengarkan, atau ingin menulis apa saja, mulai dari pameo, majas, pantun, sajak dll. Kebebasan siswa dalam menulis di dalam presensinya akan memberikan keleluasaan siswa mengembangkan minatnya dalam menulis.

Dalam perkembangannya presensi literasi kini berubah menjadi lebih menarik dan bersipat sangat individual. Karena siswa di minggu-minggu ketiga, mulai merasakan selalu ada sesuatu yang harus mereka tulis. Sangat terlihat jelas siswa perempuan sudah mulai menulis semua hal yang berkaitan dangan perasaanya secara pribadi, kehangatan persahabatan, perasaan simpatik, jengkel, sampai rasa cinta yang tak terbalaskan mulai tertulis dengan rapi dan berwarna. Yah, mereka kemudian memberikan warna, gambar, emoji, dan pemanis rasa lainnya yang sungguh enak dipandang mata sekaligus membuat perasaan berbunga bila membacanya. Sementara banyak di antara siswa laki-laki lebih senang menulis tentang pameo, pantun, dan puisi.

Selama tiga bulan perjalanan Presi ini, ada nuansa baru dalam gerakan literasi sekolah di SMAN 6 Barru, siswa kini banyak membicarakan apa yang akan mereka tulis, tertawa bersama ketika menemukan hal-hal unik dan lucu. Kini menulis rasa-rasanya tidak lagi menjadi momok yang harus mereka takuti.

Demikianlah Presi atau Presensi literasi berjalan dengan alami dalam koridor pembelajaran bahasa Indonesia. Namun, presensi ini juga dapat dilaksankan oleh mata pelajaran apapun, karena menulis tidak hanya menjadi miliki pelajaran bahasa saja.

Semoga satu titik praktik baik berliterasi yang dilaksanakan di SMAN 6 Barru ini mampu menyatu dengan titik-titik literasi lainnya di seluruh Indonesia untuk menciptakan generasi kuat, generasi yang literet menuju negara literet di masa mendatang. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

silakan bu, saat ini kami di kabupaten barru sdh mulai melakukan sosialisasi untuk praktik baik berliterasi ini..yang penting konsistensinya

25 Oct
Balas

Menginspirasi sekali pak... Bolehkah saya praktikkan untuk anak didik saya?

25 Oct
Balas

Waoww... Hebat. Terimakasih ilmunya pak guru. Salam kenal. Tulisannya juara

26 Oct
Balas



search

New Post