Jamal Passalowongi

penulis adalah guru di SMAN 6 Barru Sulawesi Selatan...

Selengkapnya
Navigasi Web
TIGA KEPANIKAN DAN TIGA KEBANGKITAN BARU  PENDIDIKAN INDONESIA

TIGA KEPANIKAN DAN TIGA KEBANGKITAN BARU PENDIDIKAN INDONESIA

Pendidikan di masa pendemik terasa seperti buah simalakama, tidak enak rasanya tetapi harus dimakan. Hampir semua sektor mengalami keterpurukan tidak terkecuali dunia Pendidikan. Padahal pendidikan adalah kunci dari segalanya, semua pergerakan di atas bumi ini tercipta karena adanya pendidikan baik secara filosofis maupun praktis. Sejak pandemik Covid-19 melanda di awal maret 2020 maka secara kasat mata rangkaian keterpurukan pendidikan sudah mulai tampak dengan jelas. Ketika tatap muka dihentikan dan dimulainya PJJ (Pembejaran Jarak jauh) maka rentetan kegiatan Pendidikan segera bergulir dan mengalami degradasi sistemik.

Segera setelah tatap muka dihentikan dan siswa kembali ke rumah masing-masing maka terlihatlah tiga kerapuhan dunia pendidikan Indonesia yang selama ini hanya tampak di bagian dasar kini muncul ke permukaan. Pertama yang terlihat jelas adalah ketidaksiapan prasarana digital. Padahal salah satu kunci era revolusi industry 4.0 adalah digitalisasi. Semua akan bergerak dalam satu big data yang digerakkan oleh kecerdasan buatan dengan platform digital. Mulailah kepanikan pertama.

Belum selesai kepanikan pertama, muncul pula kepanikan kedua, yaitu rapuhnya Pendidikan keluarga, padahal pendidikan keluarga adalah benteng terakhir dari semua hal yang terjadi di luar rumah. Rumah yang identik dengan pendidikan keluarga ternyata juga menyimpan masalah dasar yang selama ini juga jarang muncul kepermukaan karena ditutupi pendidikan persekolahan. Orang tua menjadi kalang kabut dengan program PJJ yang tiba-tiba sementara mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi masalah ini. Kepanikan kedua pun melanda.

Kepanikan ketiga terjadi pada pengajar, pendidik atau guru. Terlihat dengan jelas guru-guru panik mengajar dengan model PJJ. Ternyata sebagaian besar guru-guru kita tidak melek terhadap literasi teknologi digital. Kalang kabut adalah kata yang tepat melihat guru mengurusi dirinya untuk upgrade ke level guru digital, dan juga mengurusi siswa yang mengalami kejenuhan psikologi mengikkuti PJJ tanpa sentuhan langsung guru.

Tiga kepanikan pembelajaran masa pandemik Covid-19 tentu saja tidak membuat kita menyerah begitu saja. Dunia ini pernah dilanda wabah yang sama ratusan tahun lalu, tetapi manusia tetap bertahan. Bahkan hal yang paling mengerikan seperti bencana alam dan kelaparan pun pernah melanda manusia dan manusia tetap bertahan. Semuanya harus dilihat dari sisi positif agar kita tetap survive menjadi manusia Indonesia yang tangguh melihat ke masa depan.

Salah satu cara berpikir positif adalah dengan melihat kelemahan yang terjadi saat ini menjadi sebuah peluang masa depan yang menjanjikan. Analisis kita terhadap kepanikan-kepanikan yang terjadi selama pandemik Covid-19 akan kita anggap sebagai peluang besar bangkitnya pendidikan Indonesia.

Bila kita jeli melihat tiga kepanikan dunia pendidikan di atas, maka tiga hal tersebut ternyata dapat diubah menjadi tiga kekuatan baru yang memang sangat dibutuhkan tetapi tertimbun selama ini. Pandemik Covid-19 telah membuka kontak pandora bagaimana seharusnya pendidikan itu berjalan di jalur yang benar. Secara garis besar pendidikan membutuhkan sarana penggerak ke arah kemajuan yang progresif dan inovatif.

Dunia ke depan adalah dunia yang digerakkan dengan perangkat-perangkat digital yang harus dikuasai semua stakeholder pendidikan, sehingga pendidikan Indonesia tidak akan gamang berinteraksi dalam revolusi industry 4.0. Perlu diingat bahwa pendidikan di era revolusi industry 4.0 membutuhkan kemampuan beradaptasi yang cepat sehingga out put dan out come pendidikan kita dapat terserap dalam dunia ini.

Masalah Pendidikan keluarga adalah masalah dasar yang harus diperbaiki penataannya. Keluarga harus diperkuat sebagai benteng terakhir modernisasi. Orang yang kuat dan sanggup bersaing dalam interaksinya dengan modernitas adalah orang-orang yang lahir dalam keluarga yang kuat, karena di sanalah pendidikan awal terbentuk, disanalah diletakkan dasar penguatan karakter, dan disana pulalah orang-orang akan mendapatkan kedamaian sejati setelah berpeluh-lelah di dunia modernitas dengan karut-marutnya.

Bila hari ini ketika tiba-tiba orang-orang kembali ke rumah, kembali ke keluarga, tetapi ternyata keluarga tidak menawarkan dahaga dan malah membuat masalah, maka anak-anak akan membuat kelompok keluarga lain yang mau mendengarnya, terbentuklah kelompok-kelompok pemuda yang terdiri dari anak-anak frustrasi yang tidak lagi mendapatkan kedamaian ketika berada di tengah keluarga. Hal ini terbukti bahwa sejak pendemik kenakalan remaja semakin meningkat akibat keluarga tidak siap menampung beban pendidikan yang seharusnya menjadi tugasnya sejak awal. Oleh karena itu, pendemik telah menunjukkan jalan benar bagaimana sebenarnya pendidikan keluarga itu berlangsung.

Kepanikan yang ketiga sebagaimana dituliskan di atas, tersangkut pada kompetensi guru. Pandemik Covid-19 telah menunjukkan bagaimana kualitas sebenarnya dari para tulang punggung pendidikan ini. PJJ ternyata membutuhkan guru kreatif, inovatif, dan melek digital. Kebutuhan ini adalah kebutuhan penunjang yang seharusnya dimiliki guru era revolusi industry 4.0.

Memang menjadi guru dengan kompetensi memadai adalah keniscayaan, karena guru itu mendidik manusia masa depan sehingga sebelum mendidik manusia masa depan sebaiknya guru mendidik dirinya untuk menguasai semua kompetensi agar menjadi guru profesional. Salah satu dampak positif dari pandemik Covid-19 ini adalah sudah mulainya guru-guru meng-upgrade diri mereka dengan banyak mengikuti pelatihan-pelatihan online berbasis digitaliasai pembelajaran. Hal ini merupakan kondisi positif yang bila dipertahakan dapat menjadi gelombang besar penguatan kompetensi guru dalam literasi digital.

Tiga kepanikan dunia pendidikan akhirnya akan berubah menjadi kekuatan baru selepas pendemik Covid-19. Kekuatan baru ini akan meng-upgrade semua masalah-masalah pendidikan yang ditemukan saat pandemik Covid-19. Kita yakin bahwa pandemik Covid-19 akan berlalu, tetapi pendidikan akan tetap berjalan sebagai sunnatullah. Semakin baik kualitas pendidikan Indonesia sangat ditentukan oleh regulasi yang tepat serta ketiga kepanikan selama pandemik Covid-19 ini, yaitu bagaimana sarana dan prasana pendidikan dapat menciptakan siswa yang mampu bersaing di era revolusi industry 4.0 dengan segala variannya.

Bila sarana dan prasana sudah cukup memadai, maka kompetensi guru harus pula ditingkatkan, karena mereka yang akan mengantar siswa menuju gerbang revolusi industry 4.0 dengan segala daya saingnya. Dan tak kalah pentingnya adalah pendidikan keluarga sebagai peletak dasar moralitas siswa dari sanalah karakter terbentuk dan tertanam. Dengan memperhatikan ketiga hal ini maka kita berharap pendidikan Indonesia akan menuju masa depan yang lebih baik selepas pendemik Covid-19.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post