JAMIAL HAIRI, S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TULISAN MISKIN NUTRISI

Menulis merupakan kebiasaan yang baik untuk mengabadikan sebuah pengetahuan. Sebanyak apapun wawasan dan ilmu yang kita miliki, semuanya akan sirna jika tidak dibukukan. Makanya tidak heran jika ada yang menyatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Karena, dengannya kita lebih mudah menjangkau seantero alam.

Demikian pula dengan proses pembukuan al-Qur’an dimulai pada saat pemerintahan Usman bin Affan dikala banyaknya para sahabat penghafal al-Qur’an yang wafat di medan perang. Dikhawatirkan al-Qur’an akan hilang jika tidak segera dibukukan. Dengan salah satu penulis yang bernama Zaid bin Tsabit. Hal ini menggambarkan bahwa al-Qur’an bisa sirna jika tidak segera dibukukan. Demikian pula dengan ilmu-ilmu yang lain.

Menulis merupakan kegiatan yang sangat urgen, mengingat ayat pertama yang turun dalam al-Qur’an adalah iqra’ (bacalah). Iqra’ ini merupakan fi’il amr (kata kerja bentuk perintah) yang dalam bahasa Indonesia berarti bacalah. Perintah membaca ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan sebuah mushaf atau buku. Karena selain diperintahkan untuk membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta), kita juga diperintahkan untuk membaca ayat-ayat qauliyah (tulisan)/buku.

Sampai di sini, kita perlu ingat lirik bagian tembang yang dikarang Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim), seorang wali di abad 15: “Tombo Ati Iku Limo Perkarane, kaping pisan moco Qur’an sak maknane… (Obat hati ada 5 perkaranya, yang pertama, baca Quran dan maknanya)”.

Lirik ini barangkali sederhana dan tidak ada yang istimewa. Tetapi jika dihadapkan dengan kultur membaca nusantara yang bertujuan untuk hafalan, lirik ini adalah lirik yang sangat penting. Bahwa membaca dalam Islam sebagaimana membaca Quran, menurut Sunan Bonang, mestinya tidak dilakukan sebagaimana kebiasaan membaca kala itu. Membaca dalam Islam, adalah membaca dengan pemahaman atas makna, sebagaimana membaca Quran. Membaca adalah untuk pengetahuan dan bukan hanya kebiasaan untuk sekedar melihat dan membaca tulisan saja.

Tampaknya, perjuangan Sunan Bonang dalam menumbuhkan kebiasaan membaca Islam di Indonesia masihlah panjang. Oleh karenanya, tulisan ini berusaha untuk mengingatkan kembali hikmah wahyu pertama Al-Quran mengenai perintah membaca dan menulis. Meski kita, sebagai masyarakat Indonesia, bangga menjadi negara berpenduduk muslim terbesar, pada faktanya kita masih belum menumbuhkan budaya Islam yang paling awal yakni membaca dan menulis. Ini masih menjadi pekerjaan rumah kita di masa mendatang.

Jika kita memandang dari sudut kemanfaatannya, menulis bisa dijadikan sebagai ladang ibadah. Pertama bahwa Islam yang melihat membaca dan menulis sebagai ibadah, sebagai instrumen diri untuk mendekatkan pada pengetahuan dan kemudian pada Tuhan. Kedua, dengan menjadikan membaca dan menulis sebagai ibadah, masyarakat Islam tumbuh dan menggerakkan peradaban, serta meninggikan derajat kemanusiaan.

Ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan harusnya selalu dijadikan motivasi agar bisa menjadi seorang penulis yang istiqomah. Karena semakin banyak karya tulis yang bisa kita hasilkan, maka akan semakin banyak pula ladang ibadah yang dapat kita hasilkan. Karena melalui tulisan yang telah dibaca oleh banyak orang. Tentunya orang akan senang adanya buku itu. Karena bisa dijadikan referensi dalam segala hal, termasuk dalam segi ibadah.

Selain sebagai saran pengetahuan, menulis juga berfungsi sebagai sarana dakwah yang paling efektif. Karena hanya dengan sebuah tulisan, maka seantero dunia orang akan memanfaatkan tulisan kita dengan dijadikannya sebagai dasar dalam setiap perbuatannya. Baik dalam hal ‘ubudiyah maupun dalam hal mu’amalah. Terkadang seseorang akan terpengaruh dengan tulisan kita. Dan mengikuti apa yang tercantum dalam tulisan. Secara tidak langsung kita juga mendapatkan pahala jariyah yang selalu mengalir walaupun kita sudah meninggal dunia. Bahkan janji Allah dalam al-Qur’an, bahwa Allah akan membalas kebaikan seseorang sekecil apapun. Begitu pun sebaliknya.

Hal itulah yang menjadikan saya termotivasi untuk menjadi seorang penulis. Saya sangat bersyukur dengan diselenggarakannya Bimbingan Teknis Literasi di Kabupaten Pamekasan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pamekasan. Ini merupakan pintu utama bagi saya untuk menjadi seorang penulis handal. Penulis yang lihai dan kreatif dalam menjadikan tulisannya sebagai tulisan yang baik.

Namun saya sedikit kaget, ketika salah seorang pemateri menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang baik, haruslah memperbanyak nutrisi dengan memperbanyak membaca. Jadi saya menyimpulkan bahwa baik tidaknya sebuah tulisan bergantung pada baik tidaknya seorang penulis dalam membaca. Semakin banyak membaca, maka semakin banyak pula wawasan yang bisa dituangkan dalam karya tulisnya.

Padahal saya tidak termasuk orang yang senang membaca. Tidak termasuk orang yang memiliki hobi membaca. Sehingga saya hanya membaca ketika ada tugas sekolah, atau ketika ada kesulitan ketika mengajar, dan lain sebagainya. Intinya membaca hanya sekedarnya saja. Sehingga untuk menulis sebuah catatan harian dan semacamnya sedikit repot dengan kosa kata yang begitu minim. Sangat sulit untuk merangkai sebuah kalimat. Hal ini terjadi karena minimnya wawasan.

Hal itu dapat saya rasakan ketika pemateri memberikan tugas untuk mengarang sebuah narasi dengan tema bebas, ataupun dengan tema yang ditentukan oleh pemateri. Peserta diberi waktu 5 menit untuk menyelesaikan tugas itu. Ketika waktu yang diberikan sudah habis. Kemudian pemateri mengecek hasil pekerjaan dari para peserta. “siapakah diantara kalian yang menulis lebih dari 70 kata?” Tanya pemateri itu. “saya pak” jawab beberapa peserta. Kemudian pemateri mempersilahkan kepada mereka untuk membacakan hasil tulisannya. Saya termasuk yang tidak sampai 70 kata. “adakah disini yang sampai 100 kata?” pemateri itu bertanya lagi. “saya pak” Ternyata dibelakang ada yang mengacungkan tangan. Kemudian peserta lain memberikan upplouse kepada peserta yang mengacungkan tangan itu. Selanjutnya pemateri itu memberikan waktu kepadanya untuk membacakan hasil tulisannya.

Ternyata tidak sampai disitu. Selanjutnya pemateri menyakan lagi tentang perolehan kata yang lebih besar. “adakah diantara peserta yang mencapai diatas 100 kata?” Tanya pemateri itu penuh semangat. “saya pak” jawab salah seorang peserta sambil tersenyum. “berapa kata ibu?” Tanya kembali. “145 kata bapak” jawab ibu itu. Serentak peserta yang lain memberikan upplouse yang meriah. Selanjutnya ibu itu diberi kesempatan untuk membacakan hasil karyanya. “kapan ya saya bisa seperti itu?” gumamku dalam hati.

Seakan tak terpaya pada diri sendiri. Saya cek kembali hasil tulisanku. Saya hitung kembali jumlah kata yang telah saya tulis. Ternyata memang tetap seperti itu. Akhirnya saya memberi pernyataan pada diri sendiri. Inikah yang disebut tulisan miskin nutrisi menurut pemateri tadi? Pertanyataan itu mungkin tidak perlu saya jawab. Karena saya menyadari bahwa sebagai penulis pemula saya sangat kekurangan asupan nutrisi. Bahkan boleh dibilang gizi buruk kalau masalah hal membaca.

Namun sebagai langkah awal untuk mencukupi asupan nutrisi, saya mencoba untuk lebih sering mengunjungi perpustakaan sekolah, bahkan tidak jarang saya browsing di internet masalah tatacara menjadi seorang penulis yang baik. Apalagi kepala sekolah sering menghimbau kepada guru dan siswa agar membiasakan diri untuk selalu membaca di setiap saat ketika ada waktu luang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah ini tulisan kaya nutrisi atau penuh gizi Bapak. Luar biasa ulasannya. Sehat selalu dan sukses. Salam kenal dari kota Tape Bondowoso.

11 Mar
Balas



search

New Post