jamilah spd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SEMANGAT DAN DOA

Kesederhanaan, penopang hidup. Keluarga, penyandang semangat. Harapan seseorang untuk mencapai kesuksesan. Menurut pepatah, gantunglah cita-citamu setinggi langit. Harta bukan segalanya, tetapi sesuatu yang utama.

Profesi yang sama, itu yang disandang pada saya dan saudara. Ya Allah, inikah do’a orangtuaku? Lima puluh tahun silam, disebuah desa tempat saya dilahirkan. Rasanya tidak disangka bisa mencari ilmu sampai ke perguruan tinggi. Ketika itu hanya orang yang memiliki kekayaan lebih saja yang dapat melanjutkan sekolah. Sekolah vokasi yang paling banyak dinikmati. Alasannya karena mereka langsung dapat pekerjaan.

Saya dan kakak mulai masuk sekolah sama di Taman Kanak-kanak. Itu kami alami sampai di sekolah lanjutan atas. Tamat dari sekolah dasar, masalah mulai saya rasakan. Karena keinginan kami untuk dapat sekolah lagi ketingkat yang lebih tinggi. Pesantren itu keinginan bapak, ibu hanya mendukung keinginan anak-anak. Wajar yang bekerja hanya bapak sedang ibu hanya seorang rumah tangga. Dasar pengetahuan tentang sekolah belum saya fahami. Di benak saya, jika masuk pesantren hanya belajar agama yang didapat. Menuju ke sekolah yang lebih tinggi lagi tidak akan bisa. Bukan demikian itu yang ada, di pesantren juga dapat sekolah sampai ke Perguruan Tinggi. Dengan semangat dari ibu, kami melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah. Harapan saya untuk dapat sekolah terus sampai ke Perguruan Tinggi. Alhamdulillah, bapak yang pada akhirnya merestui kami berada diMadrasah Tsanawiyah. Ibuku selalu mengatakan pada anaknya, lihatlah atas kalau urusan mencari ilmu dan lihatlah bawah kalau urusan dunia. Jangan mengenal lawan jenis ketika masih sekolah. Mencari ilmu itu nanti jadi warisanmu, bukan harta. Kata-kata itu bagi saya sangat bermakna, betapa tidak. Rosulullah SWT telah menerima wahyu yang pertama “iqro’”. Itupun malaikat Jibril menyuruhnya sampai tiga kali. Tentu perintah yang disampaikan pada Beliau, harus betul-betul dilaksanakan. Membaca dan menulis menjadi pekerjaan utama saya ketika sekolah. Keterbatan biaya membuat semangat sekolah menggelora. Memiliki buku, tidak dapat saya lakukan. Meminjam buku dari teman dan perpustakaan umum itu yang saya lakukan. Ketika lulus dari Madrasah Aliyah, saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Alhamdulillah, ketika itu masuk di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Sedangkan kakakku melanjutkan balai latihan kerja.

Ikatan dinas yang membawaku memasuki dunia kerja. Kebetulan adik masih sekolah belum ada yang kuliah. Semasa masih kecil, saya dikatakan anak yang paling memiliki jiwa keras. Semangat yang diberikan pada adik-adik selalu saya berikan. Pola berpikir dalam satu keluarga tentu berbeda. Ketika mereka lulus dari sekolah lanjutan tingkat atas, tiga dari empat adik saya berkeinginan bekerja dan hanya satu yang memiliki semangat yang tinggi untuk kuliah. Alasan yang disampaikan oleh mereka karena keadaan orang tua. Dengan semangat yang membara pada diri saya, ketika berbicara dengan adik, jangan sampai ada penyesalan dikemudian hari. Alhamdulillah, setelah diberi harapan, keinginan untuk belajar ke Perguruan Tinggi tercapai.

Anak merupakan tanggung jawab dari keluarga, tentu tidak lepas dari dukungan orangtua. Seperti yang dikatakan oleh Elly Risman ada tujuh pilar mendidik anak. Pertama orangtua terutama ayah, harus sepenuhnya ada untuk anak. Akibatnya jika laki-laki akan terganggu emosinya dan jika perempuan akan depresi dan kecenderungan seks bebas. Kedua, dibutuhkan attachment yaitu kedekatan anak dengan ayah dan ibunya. Dekatnyapun bukan hanya sekedar kulit ke kulit melainkan dari jiwa ke jiwa. Ketiga, tujuan pengasuhan jelas. Antara ayah dan ibu, pola pengasuhan didiskusikan bersama pasangan lalu disepakati. Keempat, atur gaya bicara. Berbicara pada anak harus baik, benardan tidak berbohong. Orangtua tidak membanding-bandingkan dan selalu mendengarkan serta memperhatikan saat mereka berbicara. Kelima, pendidikan agama. Dalam mendidik anak maka tanggung jawab dan kewajiban orangtua amat penting. Menjalankan agama merupakan keharusan tanpa harus disuruh. Keenam, persiapkan pola pengasuhan saat anak puber. Android yang dengan mudahnya didapat oleh anak di era modern karena fasilitas dari orangtuanya. Terkadang apa yang telah diberikan pada anak tidak dikontrol lagi. Jadi sebagai orang tua, kita harus labih pandai. Ketujuh, ajari anak menahan pandangan. Merupakan ‘bencana’ jika orangtua tidak mengajari anaknya untuk menjaga pandangan mereka (tempo.co 28/05/2016)

Tujuh pilar yang disampikan Elly Risman, mungkin orangtua saya 100% dalam kategori. Sementara bapak lulusan pesantren tanpa ijazah, sedang ibu sampai kelas V di Madrasah Ibtidaiyah. Mampu mengantarkan anak-anaknya ke jenjang sarjana. Berbekal dari ajaran agama bahwa doa orangtua pada anaknya seperti doa Nabi pada umatnya. Mudah-mudahan Allah Ta’ala selalu meridloinya. Harapan saya sebagai seorang ibu, apa yang disampaikan oleh Elly Risman tentang tujuh pilar mendidik anak dapat terlaksana dengan sebaik mungkin. Semangat buah hati harus terus didukung, jangan sampai ada penyesalan dikemudian hari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post