jamilah spd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TUNTUTAN GURU MASA DEPAN

Tantangan di era digital, harus banyak mengeluarkan tenaga. Baik mencari ilmu baru, ketrampilan maupun sikap. Ketinggalan teknologi tidak menyurutkan semangat. Terus bekeja keras dalam segala hal. Tidak ada lagi guru kuno ataupun guru modern. Selama mau bekerja yang lebih untuk menggapainya. Sekolah, tempat terjadinya proses belajar mengajar. Salah satu lingkungan selain keluarga dan masyarakat. Banyak yang harus didukung dan diamalkan agar menggapai tujuan. Julukan apakah yang layak ada pada masing-masing guru yang professional?

Awal ketika menjadi guru, mengajar yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang tekuni. Belajar dan berusaha selalu saya jalani. Pergi ke rumah teman, mencari buku yang masih ada agar tidak ketinggalan tidak membuat putus asa. Alhamdulillah, sejak penempatan menjadi guru sampai sekarang mengajar sesuai disiplin ilmu yang dipelajari. Masyaallah luar biasa harus bekerja keras mana kala tidak sesuai. Jika ilmu bisa dipelajari mengapa saya harus berdiam diri. Itu yang tertanam pada diri saya ketika mempelajari ilmu diperguruan tinggi.

Penempatan saya menjadi guru, membuat saya harus bekerja ekstra. Karena tempat yang baru bukan hanya tempat mengajar tetapi tempat tinggalnya harus banyak beradaptasi. Bahasa daerah yang membuat harus belajar yang lebih karena banyak perbedaan. Di sekolah langsung diberi mengajar kelas dua SMA. Yang lebih menantang, saya masih harus mengenal siswa dengan karakter yang tidak kenal sebelumnya. Terkadang jiwa mudah banyak muncul karena jarak usia yang sangat dekat dengan siswanya. Jati diri yang banyak ditunjukkan ketika mereka berada di kelas dua. Menguji guru, hal yang banyak saya rasakan ketika terjadi proses belajar mengajar. Wajar sekolah yang menjadi tempat penempatan pertama kali banyak di terima diperguruan tinggi negeri ternama dan sekolah tinggi kedinasan. Sifat menguji guru baru bagi siswa kelas dua, itu hal yang biasa.

Kenaikan pangkat yang membuat saya harus mencari sekolah baru karena jam mengajar tidak sesuai ketentuan. Tempat yang baru, merupakan sekolah yang baru dibuka. Waktu itu mendapat untuk mendapatkan siswa masih mengikut pada sekolah SMA negeri yang terdekat. Berbeda karakter siswa yang terlalu berbeda. Nilai waktu masuk sekolah dari tingkat SMP sangat tinggi tetapi harus menata lagi ilmunya. Pada saat itu antara siswa yang diterima dengan yang ketika lulusan jumlahnya sangat jauh. Kesadaran akan bersekolah belum banyak menantang. Bekerja itu tujuan ketika lulus dari SMP. Olah fikir bagi seorang guru sangat dibutuhkan. Penanaman karakter lebih utama dari pada menuntaskan target keilmuan. Konsep dasar harus benar-benar tertanam pada setiap siswa. Ketika mereka diajak berbicara diluar saat proses belajar mengajar, banyak yang mengatakan saya belum banyak menerima ilmu. Kesiapan dari segi menerima ilmu, sarana perlengkapan pribadi sekolah masih harus banyak diingatkan. Buku misalnya, bukannya dilbawah ditempat yang tidak rusak justru diletakkan didada. Ironisnya terkadang hanya membawa satu buku untuk semua mata pelajaran. Banyak tantangan baru yang berlawanan dengan sekolah yang lama pada saat penempatan. Lingkungan keluarga dan masyarakat masih sangat rendah pendidikan. Terbukti ketika satu minggu tidak sekolah ketika didatangi ke rumahnya ternyata sudah menikah.

Sedikit demi sedikit perubahan mulai saya rasakan. Alumni pertama yang mau ke jenjang lebih tinggi hanya 5% atau 5 dari 51 siswa yang lulus. Mereka lebih memilih bekerja atau menjadi Tentara dan Polisi. Tahun kedua sudah lebih banyak yang masuk perguruan tinggi. Satu anak diterima di STAN atas nama Dwi Ratna dengan program studi perpajakan. Sekolah pada saat itu masih belum ada pembatas. Dikelilingi oleh sawah dan langsung jalan raya menuju ke gunung Bromo. Hilang tanpa jejak biasa dilakukan. Pegawai yang tetap sebagai pegawai negeri sebanyak tujuh guru dan satu tata usaha. Pegawai honorer yang mendominasi.

Lambat laun sekolah tempat saya bekerja semakin besar. Tantangan tidak hanya berasal dari dalam dari luarpun ikut andil. Oleh karena itu, upaya pemerintah terus memperhatikan pendidikan harus didukung. Jumlah siswa yang semakin banyak, mutu guru menjadi utama. Keadaan siswa tidak dapat diprediksi, terkadang ada seni tersendiri bagi yang mendidik. Menjadi guru professional menjadi aturan yang harus dipenuhi. Jangan lagi guru ketinggalan informasi karena kurang informasi. Lebih dari satu bahasa menjadi tuntutan agar di era globalisasi tidak ketinggalan literasi. Mencari ilmu ketika akan proses belajar mengajar bukan hanya buku untuk siswa yang menjadi rujukan tetapi mencari dari yang lebih tinggi.

Inovasi dalam pembelajaran untuk selalu dilakukan agar menjadi guru sesuai dengan undang-undang guru dan dosen. Pada proses belajar mengajar, seorang guru akan selalu mencari model pembelajaran yang baru, atau metode bahkan mungkin media. Agar pembelajaran yang konvensional tidak terus menjadi dikembangkan. Kesesuaian materi dengan apa yang harus dilakukan guru ketika menghadapi siswa harus terus dikembangkan. Seorang guru tidak cepat merasa puas setelah siswa mendapatkan nilai yang bagus. Pembelajaran afektif, inovatif, krearif, efektif dan menyenangkan akan membawa siswa tidak mengenal waktu.

Pembelajaran yang menggunakan model ceramah itupun bukan jelek. Akan tetapi lebih indahnya seorang siswa terus diajak berfikir yang lebih kreatif. Di zaman yang serba canggih, terkadang seorang siswa mengetahui terlebih dahulu dari pada gurunya. Kemaslah bahasa seorang guru menjadi yang lebih tidak mematikan siswa dalam beragumentasi. Bukan lagi zamannya untuk mengatakan guru adalah segalanya dalam segala hal. Pikiran cerdik siswa terkadang tidak terfikirkan dalam benak seorang guru. Rendah hati yang diwujudkan dalam ucapan, sikap dan tindakan akan adanya kebenaran yang kekal selalu dilakukannya.

Ketika mengajar, seorang guru mau mendengarkan siswanya berbicara. Terkadang apa yang disampaikan oleh seorang siswa merupakan cerminan pribadinya. Perkataan siswa ketika mereka diberi kesempatan bertanya, akan terlihat dari raut wajah dan bahasa yang terucap. Bukan lagi, sorang guru tersinggung karena merasa disepelehkan. Ucapan yang tidak terkendali, jangan sampai mematahkan semangat dan dorongan untuk dapat memahami materi yang disampaikan. Jika yang ada dalam benak setiap siswa yang telah menerima ilmu sudah tidak semangat lagi, harapan masa depan tidak cukup hanya diangan saja. Oleh karena itu, guru dalam menata hati tatkala akan masuk kelas untuk proses belajar mengajar amat diperlukan. Apapun yang terjadi pada diri seorang guru untuk selalu ditutupi, agar tidak terjadi polemik dalam hati. Tampak manis ketika berhadapan dengan siswa selalu menjadi pribadi yang diharapkan. Tatkala ada yang harus diselesaikan urusan rumah jangan sampai terbawa di sekolah. Doa yang disampaikan seorang guru dengan penuh keikhlasan yang akan membawa mereka menjadi seorang siswa yang berkarakter. Besar harapan negeri ini menjadi yang lebih baik dalam berbagai aspek.

Membiasakan diri, hal yang paling penting dimiliki setiap guru. Ucapannya selalu membuat siswa percaya. Oleh karena itu, jika sudah menyandang gelar guru maka sering kali selalu mengoreksi diri. Dalam perilakunya akan disoroti oleh banyak mata. Mereka tidak mengenal apa yang terjadi pada diri seorang guru. Sekecil apapun yang dilakukan guru walaupun hanya sekadar menolong jika menurut masyarakat tidak etis maka akan jadi bahan buah mulut. Maka biasakan mengucapkan rasa terima kasih agar tidak merasa menjadi orang yang hebat.

Biasa dan bisa duduk bersama dalam segala hal, amat dibutuhkan oleh seorang guru. Bukan berarti tanpa tata krama antara guru dan siswa. Akhlak yang harus disampaikan guru pada siswanya merupakan cerminan pribadi dan sesuai dengan aturan agama. Dalam otaknya siswa bukan lagi guru sumber satu-satunya ilmu. Manakala mereka menyampaikan sesuatu hal yang baru, sementara guru belum mengetahui maka bisa duduk bersama itu harapannya. Kecanggihan teknologi membuat seorang guru harus mengakui akan kekurangannya. Bukan semena-mena manakala ada siswa yang mengetahui terlebih dahulu. Karakter yang telah tertanam pada diri siswa selalu yang utama.

Bukan hanya siswa yang mencari ilmu tetapi seorang guru juga akan menerapkan apa yang telah didapat. Sehebat apapun menjadi guru tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak tak berarti. Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM), sebagai salah satu cara agar seorang guru terus berkarya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post