Jandris SKY

Lahir di Jakarta, 20 Januari 1973. Sarjana S1 Jurusan Teknik Mesin. Dengan motto : " bersyukur dalam segala hal " Buku antologi puisi yang telah terbit...

Selengkapnya
Navigasi Web

" KU PANGGIL DIA AIR "

" KU PANGGIL DIA AIR "

Oleh : Jandris Slamat Tambatua

Pagi ini di bulan April terasa kemarau. Air langit itu tak menyapa, entah ke mana ia berada atau mungkin sudah bosan mendengar penduduk bumi mengeluh ketika ia datang. Memang sudah takdirnya ia tak menyapanya lagi. Menyentuh daun akasia yang tertiup angin rindu dan embun-embun pada kelopak daunnya.

Sesekali aku menatap langit, memastikan akan rasa raguku dan rupanya langit masih bersih. Meski rasa gundah mulai membalut hatiku.

Kemanakah perginya air bening itu ?

Tak lagi tampak memeluk dan membasahi bumi.

Mungkinkah dia kan kembali ?

Menebarkan aroma basah pada alam raya.

Menyeruakkan ribuan angan ke angkasa raya ?

Aku rindu, menatapi langit menangis.

Menatapi langit menghadiahkan airnya.

Meneguk kebahagiaan pada dahaga kerinduan.

Aku rindu....

Akan air langit yang membasuh tubuhku.

Memberi kesan terindah dalam melodi cinta.

Air langit ku kembalilah.

Tiada kata yang dapat melukiskan bagaimana indahnya ia. Tiada makhluk yang begitu sejuk selain dirinya. Dirinya begitu tenang, hingga menghanyutkan ku dalam kesabarannya. Duka ku menjadi dukanya dan resah ku menjadi resahnya. Air. Tiada amarah didalamnya.

Aku ini tak ada apanya dibanding dengan dia, wanita yang kau cintai itu. Aku hanyalah debu. Bagaimana bila wanita itu ada di posisi ku ? Dia tak akan bertahan sebaik aku. Yang rela menenggelamkan diri dalam lautan harapan. Mengejar cinta semu yang selalu ku lihat dimata coklat mu.

Sayang...kau tak pernah melihat orang yang berjuang untuk mu. Seolah kau tak akan pernah mungkin. Persis kemelaratan diri ku yang kering. Menunggu curahan kilau bola mata mu seumpama air mewujud batu dan tak mungkin.

Genangan air dalam danau tak berdasar. Riaknya memberi ketenangan sunyi yang mematikan. Menyembunyikan tentang peristiwa yang telah terlupakan, oleh seorang anak yang tenggelam dalam danau hitam tak berdasar. Gelombang yang telah menyeretnya hingga tewas.

Hidup ini tak lepas dari kehadiran air, darinya kita kan hidup. Tanpa air hidup ini seolah serba kekurangan. Air mengalir dari hulu ke hilir dan semua orang pasti membutuhkan kilauan air. Air adalah sumber utama bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan dan pastilah membutuhkannya.

Hiduplah mengalir seperti air yang mengaliri dan menghidupkan hati yang kering kerontang. Dibakar panas oleh masa yang usang. Apa gunanya kau menantang pabila ada tembok raksasa dipematang ?

Kau tak kan menang, tapi dengan mengalirkan dirimu tenang memiliki masa depan yang matang. Sudahlah Tuhan pasti menunjukkanmu jalan terang walau dirimu diapit rasa bimbang

Apa aku harus menjadi air ? Sulit digenggam, mengalir bebas, namun tetap sesuai arah. Ia bening dan menerawang angan. Namun, jika terkena kotoran sedikit sangat jelas terlihat. Ia punya banyak manfaat, tapi kadang terlupakan. Lihatlah...jikalau ia marah, bencana kan datang menimpa.

Jangan hanya bisa mengairi matamu dengan kesedihan. Juga jangan hanya bisa mengairi mata ku dengan harapan. Karena bagiku, air bukanlah lambang keterpurukan. Air adalah harapan bagi kehidupan. Maka, maukah kau mengairi mata ku dengan tangis kebahagiaan ?

Gemericik air pancuran membangunkan ku dari tidur dikekeheningan malam, tanpa ku sadari suara dengkurmu tak lagi terdengar, segera ku berkemas menyusul mu membasuhi muka dan merasakan kesejukan air yang mengalir di pagi hari, lalu menghadap penciptanya.

Kita hidup harus seperti air, mengalir mengalun indah sampai ke tujuan akhir. Sekalipun terkadang batu dan lumpur menghalangi, air tetap berjalan pada alirannya.

Seperti hidup yang harus terus berjalan sampai kita kembali ke pada Sang Pencipta.

Semilir embun, jatuh dan semakin jatuh ke bumi.

Diusung tanah hingga tak tau berapa lama deras asa yang kan terjamah.

Deras angin, tak hela meniup lirih. Cerah surya terasa begitu menyengat hingga cucuran air pun tak mampu menghalau riuhnya.

Tajam, menggilas hingga aku terangkat dalam rasa panas. Jiwa, akankah ada desir hati dalam gurunnya pasir musim ini.

Hidup itu harus seperti mata air yang terus mengalir, tak peduli dengan segala rintangan yang akan dihadapinya, batu yang besar ataupun tikungan tajam tak pernah membuatnya berhenti di tempat melainkan terus mengalir dengan baik tanpa rasa takut, bahkan mampu mengikis batu sedikit demi sedikit hingga habis atau menjadi bentuk yang lebih indah dari sebelumnya.

Sekalipun hidup ini tidak mulus harus terus berjalan bahkan menjadikan rintangan sebagai peluang keberhasilan yang membuat kita lebih tegar dan lebih kuat untuk berjuang meraih masa depan

Air....aku ingin seperti air. Berjalan saja tanpa peduli sekeliling. Menepi jika ada badai, melompat jika ada tembok penghalang. Tanpa protes, tanpa mengeluh. Berjalan saja.....menghadapi semua rintangan tanpa mundur selangkah pun.

Seperti air....aku ingin mengalir saja mengikuti skenarioNya dan menikmati setiap detik dariNya. Tak boleh mengeluh dan tak boleh protes.

Hanya mengalir.....seperti air yang setia pada arusnya....

Air bagai kehidupan ku. Orang bilang kehidupan itu ibarat roda, terus berputar. Kadang diatas kadang dibawah. Menurut ku hidup seperti roda tiada berguna. Hidup lebih indah kala seperti air. Mengalir mengikuti arus dan melewati semua celah sempit. Mengalir deras dan menghanyutkan.

Seperti kita yang sukses pesat dan meraub banyak keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain. Bahkan disaat air mengalir deras, airnya masih saja menyelinap melewati celah kecil untuk mencari muara.

Sama seperti kita yang walau sudah dipuncak kesuksesan, masih saja mencari kesempatan kecil untuk mencari peluang besar. Ada kalanya air terhalang sampah hingga melebar dan menenggelamkan semua hal. Seperti kita yang mencoba-coba tanpa memikirkan konsekuensi hingga berakibat fatal, untuk diri sendiri dan orang lain.

Ambil hikmah dari sebuah kesalahan. Introspeksi diri untuk berinovasi menjadi lebih baik. Seperti air yang mengikis sampah dan menghalanginya secara perlahan untuk keluar mencari jalan yang lebih baik.

Langkah ku berat tuk memecah genangan air dipenghujung senja yang hujan. Seperti genangan kenangan yang memecah tatkala senja nan hujan ini mengingatkan ku padamu ..

Entah harus aku katakan kesal atau berterimakasih hari ini, dia menyebabkan hal tak ku inginkan. Betapa hawa diluar sangatlah dingin, tetapi aku melakukan hal ini hanya sebatas mengikuti saran dari tulisan.

Bahwa pagi adalah hal yang cocok untuk kita perbanyak meminum air. lalu apa yang saat ini ku alami ? salahkah aku mengikuti petuah tulisan tersebut ? ah....toilet menjadi langganan ku saat ini, betapa tidak ? Hawa diluar terasa sangat dingin terpadu dengan aku yang selalu minum karena mengikuti petuah itu.

Gemericiknya seperti ribuan kenangan menetes masuk menyusupi relungku. Cinta itu seperti air, beriak-riak indah. Tapi, ada satu yang harus kau ketahui tentang air. Tanpa wadah kau tak kan bisa menggenggamnya.

Begitupun cinta, tanpai hati kau tak kan bisa meraihnya. Aku tak pernah peduli apapun yang menghalangi ku, cukup seperti air aku terus mengaliri pada jalanku.

Ku panggil ia air. Namun sifatnya bertolak belakang dengan namanya. Matanya terlihat sendu, tapi beberapa kali kutangkap ada tatapan kebencian. Kali ini ia menghujamkan pisau tajam itu dipaha ku. Aku tidak menangis, aku hanya terlalu mencintainya.

Ya benar dia memang air. Tak kala aku menatapnya terlintas lagi dia bagaikan air. Perasaan ini juga seperti air, bahkan air terjun yang tak tau kemana akan bermuara, hingga air menjadi lambang kesedihan nantinya.

Air diluar sana masih tak bergeming, sama dengan rasa ini teteap tenang meski kau telah hilang. Ragamu hilang, tapi baumu, rasamu, jiwamu seakan turut ada disini. Menemani, mengingatkan segala memori yang pernah kita lewati.

Lihatlah air itu terus mengalir ke tempat yang terindah, tapi rasa ini tetap beda. Aku menghalangnya dengan sebuah batu karang yang besar. Aku ingin, kau hanya menjadi jalan bagiku untuk mengapai rasa dan angan. Biarlah kau pergi dalam semangat mu yang masih ada dalam jiwaku dan berteriak seakan ku panggil dia air....

©jandrisslamattambatua

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post