Saya setuju dengan kata-kata tersebut. Membacanya seakan saya menjadi flashback akan kenangan yang telah lalu. Iya, benar yang banyak orang bilang tentang saya. Saya adalah orang yang tidak mau diam. Terus selalu belajar tentang apa yang belum saya tahu. Dulu, ketika saya lulus SMA. Saya sempat berpikir Allah itu tidak adil kepada saya. Disaat teman-teman saya sudah bergembira akan kelulusannya pada SBMPTN dan mendapat kampus yang mereka impikan. Saya harus siap menerima kenyataan sebagai mahasiswa di kampus swasta. Walaupun banyak sekali rintangan yang saya hadapi.

Hari demi hari telah saya lewati sebagai status mahasiswa di PTS tersebut. Alhamdulillah saya juga sebagai guru. Jadi, saya kuliah sambil kerja. Banyak pengalaman yang saya tahu ketika saya mengajar. Hal itu membuat saya menjadi lebih faham dibandingkan dengan teman-teman.

Tidak ada yang sulit ketika saya mengajukan judul skripsi. Judul saya langsung di acc oleh kaprodi pendidikan bahasa inggris. Saya juga mendapatkan dosen pembimbing yang baik. Alhamdulillah jadwal bimbingan saya pun sesuai dengan keadaan saya mengajar. Hal itu semakin memudahkan saya dalam melaksanakan tugas akhir.

Singkat cerita, akhirnya pada saat yudisium. Saya mendapatkan nilai cumlaude 3,72. Alhamdulillah saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, saya bisa mencapai cita-cita saya. Saya ingat selalu dengan kata-kata "kita tidak akan paham arti kesenangan tanpa kesusahan terlebih dahulu"

Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS.AL-Insyirah : 6)

Cerita ini bukan bermaksud untuk menyombongkan diri. Akan tetapi lebih kepada syukur saya kehadirat Illahi Rabbi. Yakinlah bahwa Allah adalah Pertolongan Kita Yang Terbaik di Masa Yang Tak Mudah

*di ruang guru, 17 oktober 2019*