Joni Setiyawan

Saya adalah seorang guru biasa yang berasal dari sebuah desa kecil di kabupaten Kebumen. Tepatnya di Desa Semondo kecamatan Gombong. Saya terlahir dari seorang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menanam Benih Kebaikan Lebih Dini
Nenek penjual bunga di emper toko.

Menanam Benih Kebaikan Lebih Dini

Inspirasi itu datang ketika mata ini melihat sosok wanita tua. Tak lain ia adalah seorang penjual bunga. Dengan santainya ia duduk di emperan sebuah toko kain. Tanganku tergerak untuk mengeluarkan ponseldari saku celana. Lantas aku mulai menggerakan jemari dengan menyentuh tut ponsel.

Tubuh tua nan renta, selalu sabar menunggu pembeli mampir ke lapaknya. Sesekali ia merapikan rambut putihnya yang tertiup semilir angin. Terkadang mengganggu pandangan matanya, sebab menutupi wajahnya. Sedangkan mulutnya komat kamit mengunyah kinang.

Sorot matanya tak lepas dari lalu lalang orang yang melewatinya. Dengan nada lirih ia menawarkan dagangannya. Tanpa bosan berharap akan ada pembeli yang tertarik. Aku pun tak mau ketinggalan untuk mengamatinya.

Setelah beberapa menit berlalu, tak satupun pejalan kaki yang menghampirinya. Lalu aku memberanikan diri untuk menghampirinya.Ia melakukan hal yang sama. Dengan serta mertaia menawariku. Sambil membetulkan benthing yang meilit di pinggangnya. Aku sungguh terharu dengan keramahannya.

“Mas, tumbas niki dagangan kulo, sampun kawit wau dereng wonten sing tumbas. (Mas beli daganganku ini ya. Sudah dari tadi belum ada yang membelinya)” Ucapnya berharap aku akan membeli dagangannya.

Mendengar tawaran itu, aku mencoba untuk melihat barang dagangannya. Ternyata nenek itu penjual kembang sekaran (bunga untuk ziarah ke makam). Tanpa basa basi lagi aku langsung jawab “Nggih, mbah, pinten niki? (Iya mbah berapa ini.” Aku tak kuasa untuk menolak tawarannya.

Banyak hal yang dapat aku ambil pelajaran. Meski usianya sudah udzur, namun semangatnya luar biasa. Teringat pesan dari orang tua dahulu. “Belilah sesuatu pada penjual yang gigih dalam memasarkannya. Apalagi penjualnya seoarang nenek, kakek atau anak kecil. Sebab dibalik usahanya pasti sudah ada harapan yang menunggunya.Ketika barang daganganya habis terjual. “ Sebenarnya aku saat itu juga tak membutuhkan bunga sekaran.

Wajah berseri-seri itu nampak jelas dalam pandanganku. Dengan penuh semangat ia membungkuskan bunga itu. Melihat keringat bercucuran dari wajahnya, aku sebenarnya kasihan. Sesekali ia usap mukanya dengan telapak tangannya.Agartak perih mengena dimata.

Tangan keriputnya dengan cekatan memunguti bunga.Lalu ia menaruhnya di atas daun pisang. Tak seberapa lama beberapa bungkus bunga telah terbungkus rapi.Sorot matanya berbinar, kala mengulurkan tangannya padaku.

Setelah bunga satu tas plastik kecil diberikan padaku. Tentu saja aku langsung menanyakan harga bunga itu.

“Pinten mbah sedoyo? (Berapa mbah semuanya).”

“Sedoyo namung gansal ewu mas (semua hanya lima ribu saja).” Jawabnya dengan membenarkan lengan kebayanya.

“Ooohh.... nggih mbah, niki mbah artanipun (Ooh... ini mbah uangnya).”Selembar uang kertas berwarna ungu aku ambil. Lalu aku berikan padanya.

“Mboten usah jujul nggih mbah. Kagem panjenengankemawon (Tidak usah kembalian ya mbah. Untuk si mbah kembaliannya.” Dengan suara bergetar, ia ucapkan terimakasih. Betapa terharunya aku, dari mulutnya keluar doa untukku.Bertepatan dengan itu, istri telah selesai belanja dan keluar dari pasar.

Saat perjalanan pulang, jalanan sangat padat.Hilir mudik kendaraan dari arah yang berlawanan. Bus pariwisata, mobil priadi dari berbagai wilayah berseliweran.Apalagi para pengendara motor sangat memenuhi jalan raya. Hingga menutup sebagian akses jalan. Bagaikan musim hujan di malam hari, banyak laron berterbangan menuju sumber cahaya.

Aku lajukan sepeda motor dengan penuh kehati-hatian. Seperti biasa si kecil duduk di depan dan istri berada di belakang. Berbagai pertanyaan terlontar dari mulunya yang mungil.

“Ayah, kenapa beli bunga bungkusan ini?.” Tanya si kecil dengan cerdik

“Hemmm……bunga yang mana de?” jawabku lirih, waspada pada jalanan yang ramai.

“Itu lho yah, yang tadi ayah beli sama nenek itu.” Tanyanya yang semakin serius.

“Ooh... itu. Itu bunga yang buat ke makam untuk nyekar kerabat kita yang telah meniggal dunia de.” Jawabku sedikit memberi penjelasan.

“Lah terus emang kita mau ke makam eyang ?” “Koq ayah beli bunga sekar itu”. Tanya dia lagi

“Eee…tidak de, kita mau pulang, kita ke makam eyang besok saja.Hari kamis depan ya.” Jawab ibunya meyakinkan si kecil.

“Tapi ayah beli bunga sekar kok bu, kan katanya buat nyekar di makam.” Tanya si kecil makin bingung.

“Ya coba tanya ayah saja, kenapa beli bunga sekar tadi.” Jawab ibunya.

“Gini lho dek, untuk nyekar ke makam, biasanya di hari-hari tertentu saja. Jadi idak setiap hari. Yaa.... boleh saja kita ke makam setiap hari. Tapi Karena kesibukan sehingga tidak bisa.Kita nyekar itu sebenarnya mengingatkan bahwa, kita nanti juga akan seperti mereka.” Rupanya penjelaskanku mulai dipahami.

“Tapi sekarang hari Minggu yah, kenapa beli bunga sekar?” Tanya si kecil yang sudah semakin pintar memahami penjelasanku. Akhirnya aku pun menjelaskan, sebab musabab membeli bunga sekar.

“Walaupun sekarang Minggu, ayah beli bunga dengantujuan membantu nenek itu saja.Agar bunga yang dijual laku.” Tuturku padanya.

“Iya ya yah, kasihan nenek penjual tadi. Alhamdulillah ayah membelinya.Jadi bisa mengurangi dagangannya.” Dia pun menganggukan kepalanya.

“Iya de, kita harus membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Ini namanya anak yang baik hati. Semoga kelak kamu menjadi orang yang baik ya.” Jawabku sambilmengusap kepalanya.

“Siap yah. Aku ingin seperti ayah dan ibu yang suka membantu.” Jawab si kecil dengan semangat.

Tidak terasa kami sudah sampai di halaman rumah. Dalam benakku, aku bersyukur telah memberikan sebuah pelajaran berharga pada si buah hatiku. Semoga kelak iamenjadi generasi bangsa yang hebat.

Gombong 2 Januari 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus Pak Joni, perlu edit saja penulisan beberapa kata dan kalimat. Sukses Pak Joni

03 Jan
Balas

Matursuwun Bu romdonah

03 Jan

Subhanallah.. selalu ada kebaikan pada setiap moment yang ada di hadapan.

03 Jan
Balas

Matursuwun...

03 Jan

Subhanallah.. selalu ada kebaikan pada setiap moment yang ada di hadapan.

03 Jan
Balas



search

New Post