Reaksinya biasa-biada saja di awal-awal lembar diari. Sedikit demi sedikit air mukanya berubah ketika membaca satu kalimat. Kalimat awal dari mala petaka yang diderita ibunya. Dia mulai berburuk sangka sama Husain. Namun dia mencob bersabar. Dia telah berjanji untuk bersabar dan tidak emosi.

Pada puncak penderitaannya dan ibunya tertera di diari tersebut, Yandi hampir terpancing emosi. Terlihat mukanya memerah memendam emosi. Dia memukul meja dengan keras. Andy dan Husai berada di ruang tamu terkejut. Namun Husain telah memprediksi hal tersebut terjadi.

Yandi meremas sprei tempat tidurnya. Dia melampiaskan emosinya ke benda tersebut. Emosinya mereda ketika dia membaca bahwa Tono merupakan sumber dari masalah. Dia merupakan biang kerok. Yandi juga mengetahui kenapa selama ini Tino tidak menyayanginya. Ternyata dia adalah anak tiri.

Rasa sakit hatinya pada Husain berangsur-angsur hilang. Apalagi dia mengetahui bahwa Husain ayah kandungnya. Seorang laki-laki yang selalu nenyayanginya. Pantasan selama ini Yandi diperlakukan seperti anak kandungnya, ternyata dia adalah anak kandung Husain.

Rasa kagum Yandi bertambah sama Husain ketika dia menikahi ibunya secara islami. Apalagi perlakuan Husin sama ibunya. Semua perawatan dan biaya rumah sakit ditanggungnya. Tidak itu saja. Husain juga merawat dan membesarkan Andy adiknya. Andy bukan anak kandung ayahnya, tetapi perlakuannya sama pada anak kandungnya Yandi.

Yandi mengakhiri membaca diari dengan air mata berlinang. Dia menutup diari dan diletakkan di atas meja. Ketika dia berdiri mau mengejar Husain, sesuatu terjatuh ke lantai. Dia melihat amplop yang memiliki kop rumah sakit. Dia segera membuka dan membaca surat tersebut.

Tertera di dalam surt tersebut 100% ada hubungan darah. Artinya Yndi adalah anak kandung Husain.

Bersambung....