Tono merasa gusar juga karena tak dianggap. Dia berusaha naik ambulan namun ditepis oleh Husain. Husain mengatakan sama Tono untuk tidak naik. Dia cukup di rumah saja. Tono pun marah. Tapi apalah daya petugas ambulan segera berangkat. Tono merasa tak senang hati. Dia mengambil motor bututnya dan mengikuti ambulan dari belakang.

Ambulan melaju dengan kencang. Semua pengguna jalan raya menepi memberikan jalan. Sirine begitu menggema menimbulkan rasa terkejut dan tanda tanya bagi mereka. Tidak ada halangan bagi ambulan. Tanpa disadari mobil tersebut sampai di rumah sakit kota. Petugas menurunkan Ratih dan membawanya ke IGD. Husain mengurus administrasi perawatan Ratih. Dia harus dirawat inap.

Sambil menunggu pemindahan Ratih ke ruang rawat, Jono dan Husain duduk di ruang tunggu. Limabelas menit kemudian dokter keluar. Mereka mengejar dokter tersebut menanyakan keadaan Ratih. Dokter pun menjelaskan bahwa Ratih mengidap penyakit hepatitis stadium akhir. Ini diakibatkan oleh beban pikir yang tinggi dan kurang istirahat.

Mereka terkejut mendengar penjelasan dokter. Lalu mereka meminta dokter untuk melakukan hal yang terbaik. Keduanya kembali ke ruang tunggu setelah dokter pergi. Ada rasa penyesalan terdalan Husain tapi apalah dikata nasi sudah jadi bubur.

Ketika Jono dan Husain melamun, tiba-tiba Tono datang. Mereka berdua terkejut oleh suara Tono. Dia menanyakan keadaan Ratih. Jono dan Husain sedikit gusar dan marah karena mereka sudah dikejutkan. Namu demi menjaga keributan mereka diam dan meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Ini petanda meminta Tono untuk diam.

Bersambung ...