Jufriadi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu Yang Aku Rindu

Rindu Yang Aku Rindu

Rindu Yang Aku Rindu

Minggu dibulan kedua ditahun ini masih seperti biasanya, tidak ada yang istimewa bahkan membuat kehidupan Jefri semakin tidak karuan. Kesendirian masih saja menjadi kembara hidupnya. Ibunya yang selalu bertanya kapan dia mempunyai pasangan sudah merupakan nyanyian hari-hari yang selalu dijawab dengan tenang bahwa waktu yang dinanti akan segera tiba.

Pagi ini seperti biasa Jefri berkemas hendak berangkat ke tempat tugasnya, tidak lupa ia pamit kepada ibunya.

" Sudah ada calon menantu apa masih tetap dengan jawaban yang biasa ibu dengar" selidik ibunya dengan tatapan penuh harap ada jawaban yang berubah.

"Sabar Ummi, hari yang bersejarah itu pasti tidak lama lagi", sembari mencium kening ibunya.

" Nak,. Usiamu sudah menjelang 33, ibu pengen segera menggendong cucu", katanya dengan nada serius. Suatu pertanyaan yang kali ini membuat Jefri cukup kebingungan.

" Insya Allah Ummi, doakan semoga bersamaan dengan takdir-Nya" jawab Jefri sekenanya, ibunya tersenyum bahagia, matanya berkaca-kaca.

"Yaa Rabb, apa yang harus ku perbuat sedangkan pacar saja belum punya" bisik hatinya bergemuruh. Sungguh kegagalan yang pernah dialami ketika sebuah kesejatian cinta dikhianati, membuat langkahnya ragu untuk menjalani kehidupan bersama dalam biduk rumah tangga.

" Hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan dan jangan lupa ibu menunggu calon mantu lo", kata ibunya sambil tersenyum.

“Siap Ummi”, jawabnya meyakinkan ibunya, hatinya merasa berdosa telah mendustai ibunya.

kebetulan hari ini Jefri tidak ke sekolah, ia mendapat tugas mengisi materi bimtek bahasa Madura disebuah kecamatan lain. Pesertanya adalah guru-guru yang notabene masih muda-muda. Kepercayaan ini didapatkan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Pamekasan bersama teman-teman komunitas Dhu'remmek, sebuah komunitas yang dalam kiprahnya adalah memelihara dan mengembangkan bahasa dan kebudayaan Madura.

Pak Jefri mendapatkan tugas menjelaskan tentang ejaan Madura yang benar. Suasana cukup hidup karena penyampaian materi tidak monoton, terkadang pak Jefri menyanyikan tembang-tembang berbahasa Madura yang diikuti oleh peserta bimtek. Selama pak Jefri memberikan Materi, ada seorang peserta yang terus memperhatikannya bahkan tak jarang merekan suaranya ketika menyanyikan lagu-lagu berbahasa Madura. Semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan pak Jefri yang sedang fokus pada pembelajaran.

Setelah selesai memberikan materi tentang "Èjhâ´ân Madhurâ ( ejaan bahasa Madura), Jefri duduk santai disebuah kursi dipojok sekolah sambil menikmati taman sekolah yang ditata rapi dan eksotis, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah suara.

" Sedang menikmati apa pak Jef", sapa seorang perempuan yang pastinya peserta bimtek karena seragam yang dipakai adalah baju Marlena, baju adat Madura.

"Iya Bu, jawabnya kaget , kulihat ibu ini tersenyum, wajahnya yang manis membuat darah Jefri berdesir.tiba-tiba ibu itu menjulurkan tangannya.

" Saya rindu pak, senang diajari bapak, Jefri makin bingung dengan kata-kata ibu itu.

" Nama saya Rindu pak"katanya sambil tersenyum

" O ya maaf ibu Rindu, jawabnya gugup.

" Ndak apa-apa Pak, boleh nanya Pak tentang materi tadi ada yang Rindu belum mengerti,".

" Boleh, tapi waktunya sepertinya tidak nutut ya, itu para peserta sudah mulai kemas-kemas ".

" Boleh minta nomor WA sampeyan pak, nanti kita lewat HP saja, pintanya yang segera dianggukkan.

Berawal dari tanya jawab seputar materi kebahasaan hubungan mereka berlanjut ke hal lain yang lebih pribadi. Rupanya ada kecocokan antara pak Jefry dan Bu Rindu. Namun hubungan mereka masih lewat cetingan dan tidak pernah bertemu muka. Setiap Jefri ngajak ketemuan ada saja alasan Rindu untuk menghindari pertemuan, bahkan ketika dihubungi melalui video call Rindu selalu menolak dengan halus.

" Sabar pak, suatu saat kita pasti bertemu, saya masih menunggu momen yang pas untuk ketemu bapak".

"Sampai kapan Bu Rindu, soalnya ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan", pinta pak Jefri memohon,.

"Ah bapak bercanda, o ya Pak puisi bapak yang semalam distatus bagus Lo, untuk siapa ya"?

"Yang mana ya", tanya Jefri penasaran

" Ni saya screenshot pak", kata Rindu.

Jefri membaca puisi yang dikirim Rindu, sebuah puisi karya D Zawawi Imron dengan judul "CINTA"

“Kita berlari

Kita berburu

Cinta yang paling biru

Tapi yang paling asasi

Ialah cinta yang bisu

Seperti bunga dalam hatiku

Yang mekar untukmu

Tak ada seorangpun yang menyuruh”

Puisi itu sangat menarik hatinya sehingga Jefri tulis di statusnya.

"Ini untuk siapa pak, ulang Rindu'

"Untuk seorang Ibu guru cantik", ujar Jefri tanpa sadar, makanya bapak ingin ketemu".

“ ah Bapak pasti berbohong”, jawab Rindu , pipinya semu merah merona dan tanpa sadar pembicaraanya diputus. Jefri bingung kenapa Rindu memutuskan pembicaraan, apakah ada yang salah dengan ucapannya tadi.

Setelah pembicaraan itu, Rindu tak pernah kirim pesan lagi pada Jefri. Tentu saja Jefri bingung karena biasanya hari-hari yang dilalui selalu saja ada kabar dari Rindu. Ada kerinduan yang memuncak dan terpaksa hanya dituliskan dalam statusnya. Jefri tidak berani menyatakan langsung kepada Rindu.

Begitupun dengan Rindu, sebenarnya pendar-pendar cinta menyelimuti hatinya, namun dirinya sengaja tidak merespon keinginan Jefri untuk bertemu, hatinya betul-betul ingin memastikan keseriusan pujaan hatinya tentang cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan. Kekecewaan masa lalu cukup memberikan pelajaran agar hati-hati menjalani sebuah cinta. Riak-riak rindunya sering pula Rindu tulis distatus WhatsAppnya dengan harapan pak Jefri membacanya.

" Rembulan termangu didepan pintu

Menunggu sang Surya bertamu

Ada rindu yang semakin mengharu

Mengharap hasrat menjadi padu"

Membaca status Rindu, Jefri terkesima. Keinginan dihatinya untuk segera menemui pujaannya berkecamuk didadanya , tapi dimanakah rumahnya, hatinya mulai ragu akankah Rindu mau menerima cintanya.

“ Temuilah dia anakku, jangan ragu”, sebuah suara lembut terdengar ditelinganya, Jefri mendongak., ternyata ibunya memperhatikan tingkahnya dari tadi dan dirinya tidak menyadari hal itu.

“ Ah ibu”, jawab Jefri sambil memeluk ibunya yang seakan tahu gejolak hatinya. Ditatapnya wajah ibunya yang masih tersenyum.

“Ibu yakin kamu sedang jatuh cinta anakku, jangan sampai kesempatan itu hilang dan pilihanmu diambil orang , Ibu yakin kali ini pilihan kamu adalah sangat tepat , ibu merasakan itu dan temuilah sekarang juga” pinta Umminya.

“Saya bingung Ummi, rumahnya saja saya tidak tahu”.

“pergilah sekarang, cinta akan menuntunmu menemui pilihan hatimu”, kata ibunya meyakinkan. Maka tanpa banyak fikir, Jefri meminta untuk dikirim alamat melalui WhatsApp kepada Rindu.

“ saya berangkat menuju harapan, tunggulah dengan senyum termanismu”, pesan singkat Jefri kepada Rindu.

“ Semoga bapak tidak kecewa”, jawaban Rindu sambil memberikan alamatnya.

Sekitar duapuluh menit, alamat yang dituju sudah sampai, ada sesuatu yang berkecamuk dalam fikirannya, karena yang menunggu tidak hanya Rindu, melainakan ada seorang pemuda tanpan yang duduk disamping Rindu. Jefri berhenti tidak jadi memanggil salam. Ada rasa marah, benci karena merasa dipermainkan Rindu. Kakinya bergetar seakan tidak bisa melangkah. Rasanya ia ingin segera berbalik dan pulang dengan kekecewaan yang sangat dalam. Namun sebagai laki-laki yang punya harga diri dikumpulkannya sisa-sisa kekuatan hatinya dan dengan penuh keyakinan yang timpang jefri melangkah menemui Rindu.

Rindu berdiri menyambut kedatangan Jefri masih dengan senyuman termanisnya, semakin membuat Jefri sakit hati

“ Selamat datang digubukku yang sederhana ini pak” ucap rindu memecah kesunyian karena dari tadi Jefri hanya memandangi hamparan tanah. Ia mendongak dan tatapannya bertemu dengan Rindu.

“ Terima kasih Rindu, kenapa tidak dari awal kamu katakan” kata Jefri menahan amarah

“ Maaf bapak ada apa ini” sekarang Rindu yang kebingungan.

“ Dugaanku keliru, perempuan yang aku kagumi ternyata tidak seperti yang saya harapkan. Dia mempermainkan cinta seorang laki-laki yang tulus, selamat tinggal Rindu, hari ini saya kalah dan kecewa lagi” Jefri membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Rindu yang masih tidak mengerti namun segera dihadang oleh pemuda yang tadi duduk disamping Rindu. Ditatapnya pemuda itu dengan penuh kebencian, rasanya ingin segera menamparnya karena telah mempermanikan dirinya.

“ Perkenalkan nama saya Renda, saudara kembar Rindu” ucapnya datar namun cukup mengejutkan Jefri.

“ Kak Jefri, saya dan rindu Rindu hidup bertiga dengan seorang ibu, ayah sudah lima tahun menghadap yang kuasa. Rindu sudah menceritakan semuanya tentang kakak, ayo masuk ibu sudah menunggu dari tadi”, ajak Renda menuntun Jefri yang seperti kerbau dicocok hidungnya.

“ Maafkan saya yang sudah salah sangka kepada dik Renda, kamu juga Rindu kenapa tidak bercerita dari awal” kata Jefri yang hanya dijawab dengan senyum oleh Rindu.

Haripun berlalu dengan kasih yang padu, selaksa rindu menjadi hamparan permadani menuju destinasi cinta. Hari yang bersejarah tibalah, seuntai puisi menjadi bait-bait cinta dalam restu orang tua.

“Penuh derai air mata

Kuikat engkau dengan cinta

Doa - doa menjadi permata

Melangit menembus semesta

Dibawah doa restu

Janji suci menyatu

Melarungkan cinta dalam cinta-Nya

Engkau bidadari surga

Dengan sepenuh jiwa ku jaga

Padamu wahai Kinasih

Cinta dan rindu bertasbih

Hari ini ijab terucap

Arasy berguncang dahsyat

ku akad engkau dengan bismillah

Destinasi cinta meruah penuh Marwah

Engkaulah penyejuk mata

Menjadi kendali menapak semesta

Bersamamu meraih surga”

Pamekasan Akhir Februari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih Pak Nurul

23 Feb
Balas

Wow.... Keren ceritanya pak

23 Feb
Balas

Subhanallah... mantap...

01 Mar
Balas



search

New Post