Puasa

Malam itu aku begadang depan komputer sampai jam 2 pagi. Keingininan memasak sempat terbersit agar ketika sahur tidak kerepotan.

Namun mata tidak bisa diajak bekerja sama. Tertidurlah dengan lelap. Alarm yang berbunyi hanya aku matikan dan melanjutkan tidur yang belum puas.

Voila....subuh kesiangan dan anak anak tidak sahur. Sungguh aku merasa berdosa, apalagi cinta no 2- adik tidak terbiasa puasa.

Entah apa sumber kekuatannya dia bisa menyelesaikan puas sehari penuh.Padahal mukanya lemah lunglai. Tidur siangpun terpaksa adik lakukan. Lama benar aku mengelus punggungnya supaya tertidur pulas. Malahan akunya yang merem duluan.

Sambil setengah terpejam aku bercerita. Bahwa puasa itu hanya untuk anak belum aqil baligh, wanita yang sedang mengalami menstruasi, wanita hamil dan sedang menyusui, pekerjaan yang menguras fisik, mereka mulai diajari untuk menahan lapar dan dahaga dari subuh hingga siang hari. Agar disayang Allah swt.

“Kaka gak puasa Bunda?”

“Kakak kan sedang mengalami datang bulan, otomatis tak bisa melaksanakan sholat, apalagi puasa. Nanti Adik juga begitu kalau sudah besar.”

“Ah...aku tidak mau besar nanti ga bisa ngaji lagi,” ucapnya sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Beberapa menit kemudian dia terlelap akupun sama.

#Tantangan menulis Gurusiana hari ke-9

Jakarta, 25 April 2020