Blokir
Media sosial hanya sebuah pencitraan?
Hitunglah berapa media sosial yang anda miliki. Facebook, Instagram, Path dan lain lain. Sejatinya beberapa orang menggunakan media sosial untuk tujuan yang berbeda. Jualan, self branding atau sekadar main main.
“Orang yang suka pamer, tentu tidak bahagia. Karena jika dia memang bahagia, dia tidak membutuhkan kesenangan dari pamer hidupnya di dunia nyata maupun dunia maya”. (Tere Liye)
Begitulah kutipan status dari Tere Liye, singkat namun begitu mengena di hati. Pernahkah kita berpikir buat apa kita terlalu sering memamerkan kebahagiaan kita di sosial media? Apakah hanya untuk sekadar mendapatkan Love, Like, Comment? Pujian? atau Pengakuan?
Sudahlah, mengapa harus sibuk dengan niat orang lain ketika memamerkan sesuatu. Jika itu membuat mereka bahagia. Ya...biarkan saja. Selalu berpikir positif kepada orang lain ternyata jauh menenangkan daripada menebak nebak isi hati dan pikiran orang lain.
Satu hal yang harus digaris bawahi, jika menyangkut kemashalatan orang banyak wajib untuk dibagi dan dicermati. Misalnya sosok pemimpin, atasan, imam atau pasangan ya harus dikritisi jika salah arah. Paling kena blokir jika dianggap menyebalkan alias mengganggu.
Diblokir??
Ya sudahlah....tetap saudara di dunia nyatakan?
(Kapan ya aku bisa blokade kamu dalam hidupku? )
Jakarta, 18 Januari 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Coba baca bukunya Jalaludin Rumi. Dalam batas wajar, orang boleh berbagi kebahagiaan. Tere Liye bicara di medsos kan juga pamer kebahagiaan. Sikap kita yg pas ialah menghargai. Di era medsos, kalau suka, ya silakan. Jika tidak, ingatkan atau tak perlu berkomentar. Bukan begitu, Miss?
Yes Dear.. Suwun tar saya cari di Gramedia
oklahh aku juga yess
saya juga yeess
Zaman now saat ada media sosial bijak saja mengunakannya. Sesuai tujuan seseorang mengunakannya. Baiknya proporsional tidak berlebihan. Salam literasi
Berbagi kebahagiaan dan kebaikan akan mampu menginspirasi siapapun yang selalu berfikir positif. Terimakasih opininya Miss. Salam kenal
salam bahagia buatmu juga Bunda
Berbagi kebahagiaan memang di anjuran, hanya saja perlu memperhatikan jangan sampai kita seolah olah menari di atas penderitaan orang lain.
inggih....idem
Setuju ...Bund.