Juliati

Terlahir dari seorang ibu yang bernama Nurma tepatnya di Bukit Batabuh, 10 Juli 1964. Pada usia 6 tahun mulai masuk sekolah di SD Muhammadyah lirik tepatnya Jan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Oh Literasi

Oh Literasi

Melihat menu sarapan pagi di salah satu hotel tempat ku menginap, keningku sedikit berkerut. Tersedia di sana hanya telor rebus yang diolesi cabe merah yang sudah digoreng. Sayur sawi dan mie goreng. Di sebelah kiri terletak roti tawar, tiga macam selai, dan alat pemanggang roti.

Tiba-tiba anakku bertanya "Mama mau makan apa?"

"Ambilkan saja mama sayur dan telor"

"Mama tak makan nasi?"

"Tidak nak, nanti pengganti nasi buatkan saja mama roti bakar yang diolesi mentega"

Dengan sigap dan penuh rasa kasih sayang anakku pun mengantarkan makanan yang ku pinta. Kemuadian dia berkata sembari duduk di sebelahku.

"Ma, kok rotinya tadi susah ke luar dari pemanggangnya, biasanyakan tak begitu. Di rumah anak mama tok begitu. Kalau sudah kering sesuai keinginan maka rotinya keluar sembari alat pembakar berhenti bekerja. Tapi ini tidak, harus anak mama congkel dulu pakai garpu, baru bisa"

Sambil tersenyum aku memandang wajak anakku yang masih heran dengan kejadian yang dialaminya. Sembari melihat ke didnding dekat alat pembakar roti sontak aku berkata " Nak, coba baca tulisan yang ada di dinding itu?

"Ma, bahasa inggris."

"Lihat baik-baik nak. Bahasa inggris tulisan bagian atas sedangkan di bawahnya ada bahasa Indonesianya.

Biasalah di setiap hotel yang ada di Indonesia selalu menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Karena tamu-tamu hotel terdiri berasal dari dalam dan luar negeri. Kita tahu bahasa Inggris adalah bahasa internasional.

Melangkah mendekat tulisan, kemudian anakkupun berbalik dan dduk kembali di sampingku. Anakku tersenyum dan sedikit merasa malu.

" Ma, rupanya tak boleh membakar roti setelah dioles terlebih dahulu."

"LHO? Kan anak mama sudah biasa membakar roti dwegan alat yang sama dengan yang di hotel itu? Kenapa salah juga?" Jawabku sambil sedikit agak kesal melihat kesalahan yang dilakukannya.

"Jangan marahlah, ma! Tadi anak mama meniru apa yang dilakukan oleh tamu sebelumnya."

Mendengar jawaban anakku, semakin kesal hati ini. Kenapa harus meniru hal yang salah. Inilah kebiasaan jelek sebagian dari kita. Kebiasaan meniru, sementara yang ditiru belum tentu benar.

Miris hati ini melihat kejadian ini. Literasi bukan barang baru lagi. Tapi dimana-mana kebiasaan nyelonong, dan berbuat sebelum mengerti selalu dilakukan oleh teman-temanku.

Selama perjalananku ini, sungguh banyak kejadian-kejadian yang tampak olehku, yang tak sesuai dengan budaya literasi. Makanya aku selalu nyinyir dan mengingatkan teman-temanku untuk merubah kebiasaan jeleknya, berbuat seperti kodok lompat.

Ternyata literasi belum membudaya dan menjadi pakaian teman-temanku. Oh Literasi ....kapan kau akan membudaya, kapan kau akan menjadi sahabat yang tak kan pernah tertinggaalkan oleh teman-temanku? Semoga kami semua fall in love to you literasi. Aamiiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

he he mas sebenarnya blm selesai..mau di simpan ke draft eee kepencet publist...ntar lanjutannya ...ha ha ..cerber kali

17 Feb
Balas

Trims sarannya....berbagi utk maju....

17 Feb
Balas

Semoga literasi TK tinggal dalam buku aja..✍✍✍

17 Feb
Balas

Pengalaman pribadi ya

23 Feb
Balas

Pengalaman pribadi ya

23 Feb
Balas



search

New Post