Rencana menghadiri TNGP di bulan November ke Jakarta akhirnya menjadi kenyataan. Tidak ada yang perlu banyak dibawa karena hanya dua malam di kota metropolitan.

Sebut saja, Rina, sahabat karibku, yang telah membantu sebuah kepanitiaan untuk keberangkatan. Ibu dari tiga anak ini, terkenal aktif dalam semua kegiatan organisasi sejak masih menjadi mahasiswi. Untungnya lagi,totaknya yang brilian serta keberaniannya dalam mengemban tugas sebagai sekretaris umum. Keluwesan dan keramahannya menjadikan inner beauty yang tiada tara.

Saat yang ditunggu sudah dekat. Untuk urusan transportasi, Mimi yang masih penulis pemula, sïap membantu senior kelasnya. Kebetulan rumah mereka berdekatan, jadi mudah komunikasi dan koordinasi Alhamdulillah. Semua akan lancar.

" Nanti waktu mau pulang aja saya share tiket pulangnya", pungkas si manis dengan lembut. Rina dan temannya menerima dengan sabar hati

Menginjakkan kaki di kota Jakarta, bukanlah hal pertama bagi bu Rina. Agenda kegiatan cukup padat seperti bertemu dengan sepuluh editor hebat, dengar curhatan empat penulis best seller, menghiasi kepenatan di sudut kota itu. 5

Namun sore yang panik, sekembali dari acara penutupan dengan naik MRT ke Kemdikbud itu, Rina dapat berita bahwa teman Mimi tidak tepat janji dengan tiket pulang.

" Maafkan saya buk, saya kurang teliti memilih agen tiket". Bagai di sambar petir, jauh hari gini masih ada penipuan? Sandiwara apa ini? Tidak mungkin. Ribuan pertanyaan dengan jawaban yang tak masuk akal menyandera hati Rina dan teman- teman. Akhirnya segera Rina dan rombongannya rembukan mengatasi permasalahan ini. Sïapa yang mau terjebak di kota Jakarta ini? Dengan bantuan rekan dari peserta penggiat literasi ini., mereka memperoleh tiket pulang. Merasa tertipu dengan semua ini, tanpa mengajak si Mimi, mereka pun menyusun strategi untuk pulang. Biarlah dapat tiket yang mahal agar bisa pulang daripada harus terjebak di kota Jakarta.