Awan Lenticularis gunung Raung yang menawan (T.356b)
Pagi itu, Fathir dan Zahira berjalan santai menyusuri jalanan Desa Garahan. Mereka menikmati udara segar khas pedesaan sambil berbincang tentang rencana bermain di kebun kopi milik kakek Zahira. Di tengah perjalanan, Zahira tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Kak Fathir, lihat itu!" serunya sambil menunjuk ke arah Gunung Raung. Di puncak gunung, terlihat awan berbentuk unik yang menyerupai caping petani, bertumpuk-tumpuk dengan indah. Mereka terpana oleh pemandangan langka itu dan berdiri beberapa saat memandang ke arah gunung.
Zahira, yang penasaran, menoleh ke Fathir,
"Kak, kenapa ya awannya bisa seperti itu? Kok bentuknya beda dari awan yang biasa kita lihat?" tanyanya dengan mata berbinar.

Fathir tersenyum, merasa senang bisa berbagi pengetahuan,
"Itu namanya awan lenticularis," jawabnya sambil menunjuk ke arah awan tersebut,
"Awan ini terbentuk ketika angin kencang bertiup dan melewati puncak gunung. Udara yang lembap naik, lalu mendingin, sehingga membentuk awan yang berlapis-lapis seperti itu." Zahira mengangguk-angguk, meski wajahnya masih menunjukkan rasa penasaran.
Fathir melanjutkan penjelasannya dengan antusias,
"Awan ini sering terlihat di puncak gunung yang tinggi seperti Gunung Raung. Tapi, tidak setiap hari kita bisa melihatnya. Fenomena ini terjadi karena udara di sekitarnya harus tepat lembap dan suhunya pas. Selain itu, bentuk capingnya juga dipengaruhi oleh aliran udara yang stabil. Subhanallah, Zahira, betapa hebatnya Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan begitu sempurna," tambahnya dengan penuh kekaguman. Zahira tersenyum dan mengangguk setuju.
"Kakak, benar juga, ya. Kalau Allah tidak mengatur semuanya, tidak mungkin ada hal seindah ini," kata Zahira sambil memandang awan itu lagi.
Mereka berdiri sejenak dalam keheningan, mengagumi pemandangan yang luar biasa itu,
"Kita sering lupa kalau keindahan seperti ini adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT," ujar Zahira dengan nada lembut.
"Subhanallah," kata mereka hampir bersamaan, penuh rasa syukur atas kesempatan menyaksikan keindahan ciptaan-Nya.
Setelah beberapa saat, mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang penuh rasa kagum dan syukur. "Kak, nanti kalau kita lihat pemandangan seperti ini lagi, ajari aku lebih banyak tentang fenomena alam, ya," pinta Zahira dengan semangat.
"Pasti, Zahira. Kita belajar bersama tentang kebesaran Allah melalui alam-Nya," jawab Fathir sambil tersenyum. Perjalanan pagi itu menjadi momen berharga bagi mereka, bukan hanya karena pemandangan indah, tetapi juga karena menguatkan keimanan mereka kepada Sang Pencipta.
====================================================
Garahan, 21 Januari 2025/Selasa Pon, 21 Rajab 1446 H, 20.31 WIB

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Inspiratif..keren. saya belum nyoba cernak.
Terima kasih bunda Zamzammil, saya dapat ide dari anak2 saya untuk membuat cerpen anak, ternyata asyik dan anak2 suka membaca terutama anak saya yang nomor 3 bund, salam sukses selalu
Kisah yang inspiratif, Pak. Kebesaran-Nya ada di sekitar kita. Salam bahagia
Bunda terima kasih, bunda saya buat artikel untuk jenengan. Di edisi 355
Masya Allah cantiknya. Saya belum pernah lihat awan seperti itu.
Semoga bisa melihat awan caping di sekitar bunda