Hujan di ujung senja (T.393a)
Di sebuah kota yang selalu diguyur hujan, Amel dan Lia berjalan beriringan di trotoar basah. Sejak kepergian kedua orang tua mereka dalam kecelakaan, hidup berubah menjadi perjuangan tanpa akhir. Amel, yang baru berusia delapan tahun, kini menjadi tulang punggung bagi adiknya yang berumur empat tahun. Sepulang sekolah, ia menggandeng tangan kecil Lia menuju mall, tempatnya bekerja sebagai tukang ojek payung. Dengan payung lusuh yang hampir robek, ia menawarkan jasanya kepada pengunjung yang hendak pulang. Lia selalu setia menunggu di sudut, menggigil dalam sweater tipis yang dulu milik ibunya. Meski perut mereka sering keroncongan, Amel berusaha tersenyum agar adiknya tidak merasa takut.
Petang itu, hujan turun lebih deras dari biasanya, membuat jalanan tergenang air. Amel berlari-lari kecil mendekati seorang ibu yang kebingungan mencari ojek payung. Dengan sigap, ia mengangkat payungnya, meskipun pakaiannya sudah basah kuyup. Lia mengekor di belakang, sesekali menggosok-gosok tangannya yang dingin. Setelah selesai mengantar, Amel menerima upah yang langsung ia simpan untuk membeli makanan. Namun, sebelum sempat pergi, seorang petugas keamanan menghampiri mereka dan mengusirnya:
Anak kecil tidak boleh bekerja di sini," katanya tegas, membuat Amel tertunduk lemas. Lia yang belum mengerti hanya memeluk kakaknya erat, berbisik:
"Kak, kita makan malam ini, kan?" Amel menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh.
Dengan langkah lunglai, mereka menuju warung kecil di pinggir jalan untuk membeli nasi bungkus. Satu porsi kecil mereka bagi dua, dengan Lia mendapat bagian lebih banyak. Amel mengusap kepala adiknya yang mulai terkantuk di pangkuannya, merasa bersyukur masih bisa makan hari ini. Angin malam bertiup dingin, membuat mereka semakin menggigil di bawah atap bocor tempat mereka berteduh. Amel menatap langit yang masih diguyur hujan, berharap besok akan lebih baik. Dalam hati kecilnya, ia berjanji akan terus berjuang demi Lia, demi janji pada kedua orang tua mereka. Malam itu, dalam dingin dan kelaparan, dua bocah itu tertidur, berpelukan dalam dekapan kasih sayang.
====================================================
Garahan, 22 Maret 2025/Sabtu, 22 Ramadhan 1446 H, 04.55 WIB
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Huhuhu sedih
iya bun, sangat menyedihkan, terima kasih hairnya salam sukses