Jejak Sejarah dan Perjuangan Paroki Santo Yusup Jember (T.321)
Sejarah Paroki Santo Yusup Jember bermula pada tahun 1913, ketika sebidang tanah di Probolinggo dibeli oleh para imam Karmelit. Di atas tanah tersebut, Gereja Probolinggo mulai dibangun dan diresmikan pada tahun 1924. Pastor Linus Henckens, O.Carm., yang saat itu menjadi "Pastor Perjalanan Dinas," melanjutkan misi ke Jember dan sekitarnya.
Di Jember, ia menemukan banyak umat Katolik yang tersebar di berbagai lokasi, kebanyakan adalah pekerja perkebunan dari Belgia, Inggris, Amerika, dan Jerman. Melihat kebutuhan pendampingan rohani, Pastor Linus Henckens berupaya merintis sebuah stasi di wilayah ini, meskipun catatan tentang misa pertama tidak terdokumentasi dengan jelas.
Ketika mengadakan kunjungan, misa sering dilaksanakan di rumah seorang karyawan Katolik SS (Staats Spoorwegen) pada hari biasa, dan di gedung Pengadilan Negeri (Landraad) atau rumah Asisten Residen pada hari Minggu. Pastor sering menginap di "Hotel Jember," yang kini menjadi Gedung BRI.
Di daerah Sukoreno, terdapat komunitas Katolik asal Mendut, Jawa Tengah, yang sebelumnya dilayani oleh Pastor Prentthaler, SJ. Pastor Linus Henckens kemudian melanjutkan pelayanan di sana dan melaporkan bahwa Sukoreno memiliki potensi menjadi stasi yang berkembang. Pada 24 Mei 1926, sebuah gedung sekolah Standaard School diberkati untuk digunakan sebagai tempat ibadat sementara. Kapel Stasi Sukoreno diresmikan pada 20 Oktober 1936.
Usaha membeli tanah untuk gereja dimulai sejak 1919, namun tanah yang dibeli saat itu akhirnya dijual dan digunakan untuk membangun Bioskop Sampurna. Pada 4 September 1926, sebidang tanah sawah di Schoolstraat no.20 (sekarang Jl. R.A. Kartini) dibeli dari Raden Ario Widjoyo Koesoemo. Pada 16 Juli 1927, peletakan batu pertama dilakukan oleh Pastor Clemens Van Der Pas, O.Carm., dan pada 11 Maret 1928, bangunan gereja serta pastoran diresmikan. Pada 4 Juni 1928, Paroki Jember resmi berdiri dengan pelindung Santo Yusup dan Pastor Lucas van der Linden, O.Carm., menjadi pastor paroki pertama.
Gereja ini dibangun dengan gaya arsitektur Gotik, lengkap dengan menara lonceng dan jendela kaca berwarna. Sayangnya, masa pendudukan Jepang membawa kehancuran pada gereja, dokumen penting hilang, dan para pastor ditangkap. Selama masa sulit ini, misa diadakan di rumah umat hingga akhirnya kegiatan kembali ke gereja setelah Jepang kalah.
Berbagai renovasi dilakukan sejak tahun 1950 hingga 1974 untuk memperbaiki kerusakan. Kanopi gereja ditambahkan pada 2007, disertai patung Nabi Elia dan Nabi Elisa. Renovasi besar terakhir dilaksanakan pada 2017 di bawah pimpinan Rm. Henrikus Suwaji, O.Carm., dengan upaya mengembalikan bentuk asli gereja dengan sentuhan modern. Selama renovasi, misa Mingguan dipindahkan sementara ke SMAK Santo Paulus.
Pada 2 Juni 2018, gereja yang telah direnovasi diberkati dan diresmikan oleh Uskup Keuskupan Malang, Mgr. Henricus Pidyarto, O.Carm., bersama Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR, serta tokoh-tokoh umat Katolik setempat.
Sumber:
**(censored)**





Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luarrr biasa, Kota Jember ini. Luar biasa lg anakku mas gr Jumari ini. Pengetahuannya seluas samudera. Aminn ...trmksh sdh berbagi mas.
Ha-ha-ha terima kasih Oma, saya hanya penyambung literasi agar wawasan saya luas tentang Jember tercinta, salam sukses Oma
Mantap ulasannya, Bapak. Gedung gereja yang menjadi sejarah. salam sukses.
Iya bunda syantik, Gereja salah satu bagian dari sejarah Jember. Ada Gereja yang lebih tua dari Gereja Santo Yusuf di pedalaman desa. salam sukses
Tulisannya keren dan inspiratif, Salam Literasi.
Terima kasih mas Rahman apresiasinya
Keren perjalanan sejarah gereja katolik di Kota Jember. Bagaimana proses interaksi berbagai agama dalam budaya padhalungan? Matur nuwun.
Alhamdulillah selama ini interaksi atau kerukunan beragama di kabupaten Jember antar umat beragama tidak ada kendala apapun pak Doktor, campur tangan para tokoh agama bisa