Lala dan Romi (T.429)
Bab 8 – Permintaan Maaf dan Persatuan
Setelah kejadian dengan ular Saka, suasana di hutan kembali tegang, namun kali ini bukan karena ketakutan, melainkan rasa bersalah. Para hewan berkumpul di tengah lapangan hutan, tempat biasa mereka mengadakan pertemuan.
Seekor burung elang yang biasanya angkuh berkata,
“Kami minta maaf, Romi. Kami terlalu cepat percaya pada gosip.”
Tupai kecil yang dulu ikut menyebarkan kabar palsu pun maju dan menunduk.
“Aku ikut-ikutan tanpa berpikir panjang. Maafkan aku…”
Romi menatap mereka semua, awalnya dengan ragu, tapi lalu senyumnya merekah.
“Aku memaafkan kalian. Aku pun pernah jadi rubah yang sombong dan egois. Aku paham bagaimana mudahnya kita terjebak dalam rasa curiga.”
Lala, yang berdiri di samping Romi, menambahkan,
“Yang penting sekarang kita belajar dari kesalahan. Hutan ini hanya akan damai jika kita saling percaya.”
Mendengar itu, para hewan saling berpandangan dan mengangguk. Sebuah lingkaran dibentuk di tengah lapangan semua hewan berdiri bersama, dari yang terkecil seperti semut hingga yang besar seperti rusa. Itu adalah simbol bahwa mulai hari itu, mereka bersatu.
Sore harinya, mereka memutuskan untuk membuat kegiatan baru:
“Hari Persahabatan Hutan.” Di hari itu, semua hewan akan bergotong royong membersihkan hutan, membantu yang lemah, dan menghibur yang sedih. Bahkan, hewan-hewan yang dulu jarang bergaul mulai mendekat satu sama lain.
Romi, untuk pertama kalinya, tertawa bersama kelinci dan monyet. Ia bahkan mengajari mereka cara membuat tempat berteduh dari daun yang lebar. Lala, di sisi lain, mengatur bunga-bunga agar mekar serentak sebagai lambang harapan baru.
Namun di balik keceriaan itu, Lala memperhatikan sesuatu dari kejauhan. Di antara rimbunnya pepohonan, seekor ular panjang bergerak perlahan menjauh. Saka ternyata masih mengawasi, dan ia belum menyerah.
“Aku yakin dia akan mencoba lagi,” gumam Lala.
Romi yang berdiri di sampingnya berkata,
“Kalau dia datang lagi, kita akan siap. Bersama-sama.”
Lala tersenyum,
“Benar. Karena sekarang kita tidak lagi sendiri.”
Hari mulai malam, tapi cahaya di hati para penghuni hutan tak pernah redup. Mereka tahu bahwa persatuan bukan hanya tentang berdamai, tapi juga tentang saling menjaga dari bahaya bahkan dari rencana paling licik sekalipun.
Hari itu menjadi awal baru. Romi bukan lagi rubah yang sombong. Ia telah berubah. Dan hutan, tempat mereka tinggal, kini lebih dari sekadar rumah. Ia telah menjadi keluarga.
=====================================================
Garahan, 28 April 2025 / Senin, 29 Syawal 1446 H, 07.25 WIB

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Pak, sehat dan sukses selalu
Terima kasih bunda Oria
Keren banget, salam sukses
Terima kasih Opa, salam sukses selalu
Wauw...bs jd buku cernak keren ini, mas gr.
Terima kasih bunda syantik, saya masih belajar, salam sukses selalu
Ternyata bukan hanya menari. Menulis cernak juga ahlinya sukses selalu
hahaha Bunda lebih pengalaman dari saya, salam sukses selalu
Mantap. Pak Ada hari persahabatan hutan. Salam sukses.
Asiappp bunda
Keren menewen fabelnya Pak.
Terima kasih bunda, salam sukses selalu