Jumari Tito, S.Pd, M. Pd

Guru Madrasah Ibtidaiyah mempunyai impian sukses menjadi guru dunia akhirat. e-mail: [email protected] @FB Jumari Tito Galing @IG Jumari Tito @Tiktok Gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lala dan Romi (T.435)

Lala dan Romi (T.435)

Bab 14 – Rubah yang Kesepian

Beberapa hari setelah kegiatan membersihkan sungai, suasana di hutan tampak semakin ceria. Semua hewan tampak sibuk dengan kegiatan mereka. Namun, ada satu makhluk yang kini merasa terasing: Romi si rubah.

Sejak kejadian besar itu, banyak hewan menjadi lebih berhati-hati terhadap Romi. Mereka tidak lagi begitu mudah percaya, meskipun Romi sudah berusaha berubah. Setiap kali ia mendekat, sebagian hewan tersenyum canggung, lalu pergi dengan alasan sibuk.

Romi duduk sendirian di bawah pohon ek besar, memandangi hewan-hewan yang bermain bersama. Lala yang melihat itu merasa iba.

"Romi," sapa Lala lembut sambil mendekat, "apa yang kau pikirkan?"

Romi menghela napas panjang. "Aku merasa... sendirian, Lala. Dulu semua memperhatikanku karena aku selalu pamer. Sekarang, saat aku ingin berteman dengan sungguh-sungguh, mereka malah menjauh."

Lala tersenyum penuh pengertian.

"Itu wajar, Romi. Rasa percaya itu seperti pohon. Ia butuh waktu untuk tumbuh, apalagi setelah diterpa badai," ujar Lala bijak.

Romi menundukkan kepalanya. "Aku ingin memperbaiki semuanya, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."

"Ayo ikut aku," ajak Lala sambil mengepakkan sayapnya kecil.

Mereka berjalan bersama ke arah lapangan rumput tempat para anak-anak hewan bermain. Di sana, tampak seekor tupai kecil menangis karena layang-layang daunnya tersangkut di dahan pohon tinggi.

Tanpa pikir panjang, Romi segera bertindak. Dengan kelincahannya, ia memanjat pohon tersebut. Angin berhembus cukup kencang, membuat daun-daun bergetar keras. Namun Romi tetap fokus.

"Aku harus melakukan ini," gumamnya dalam hati.

Dengan susah payah, ia berhasil menjangkau layang-layang daun itu dan membebaskannya. Ia turun dengan hati-hati dan menyerahkan layang-layang itu kembali kepada si tupai kecil.

"Ini punyamu," kata Romi dengan senyum ramah.

Si tupai kecil memandang Romi dengan mata berbinar. "Terima kasih banyak, Kak Romi!" serunya, lalu memeluk kaki Romi sejenak sebelum berlari kembali bermain.

Beberapa hewan yang melihat kejadian itu mulai membicarakannya. Ada rasa kagum yang perlahan tumbuh di antara mereka.

"Romi sudah berubah," bisik seekor kelinci.

"Iya, dia benar-benar berusaha," sahut seekor burung.

Romi merasa kehangatan kecil di dalam hatinya. Bukan kehangatan karena dipuji, tapi kehangatan karena ia melakukan sesuatu yang benar.

Malam itu, Romi duduk di atas bukit kecil, menatap bintang-bintang. Lala bergabung duduk di sampingnya.

"Kau sudah memulai langkah kecilmu, Romi," kata Lala.

Romi tersenyum.

"Aku akan terus berjalan, Lala, walaupun pelan, asalkan aku bisa menjadi rubah yang lebih baik."

Di bawah gemerlap bintang-bintang malam itu, Romi bersumpah dalam hati, ia tidak akan menyerah. Ia tahu, perubahan sejati datang dari ketulusan dan kesabaran, bukan dari sekadar kata-kata.

Dan untuk pertama kalinya, Romi tidak merasa sombong ataupun kecewa. Ia merasa... benar-benar bahagia.

=================================================================

Garahan, 04 Mei 2025 / Ahad, 05 Dzulqo'dah 1446 H, 00.00 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik

04 May
Balas

Siatu kehormatan bunda bisa hadir dan memberi komentar, terima kasih bunda

04 May



search

New Post