Bab 17 – Rencana Besar untuk Masa Depan

Setelah Festival Hutan berakhir dengan meriah, malam itu semua hewan berkumpul di sekitar api unggun besar di tengah lapangan. Sinar api menari di wajah-wajah mereka yang lelah namun penuh kebahagiaan.

Romi duduk di antara Lala, Kancil tua, dan Saka si ular. Mereka semua menikmati kehangatan api sambil bercerita tentang masa kecil mereka.

"Aku dulu sangat pemalu," kata Lala sambil tertawa kecil, "Aku bahkan takut pada bayanganku sendiri."

Semua tertawa, termasuk Romi.

Saka mengangguk, "Aku dulu berpikir semua harus ditaklukkan. Tapi sekarang aku tahu, teman jauh lebih berharga dari pada kemenangan."

Percakapan berubah menjadi lebih serius saat Kancil tua mengangkat suaranya.

"Sobat-sobatku," katanya bijak,

"kita telah membangun kembali persahabatan dan kepercayaan. Tapi kita tak boleh berhenti sampai di sini."

Semua hewan mendengarkan dengan seksama.

"Aku bermimpi," lanjut Kancil,

"suatu hari nanti hutan kita menjadi tempat yang tak hanya damai, tetapi juga penuh ilmu pengetahuan. Bayangkan: sekolah untuk anak-anak hewan, tempat belajar tentang tanaman, tentang bintang-bintang, tentang dunia luar!"

Mata Romi berbinar. Ide itu terdengar luar biasa!

"Kita bisa mengajarkan tupai muda tentang cara merawat pohon," seru Lala bersemangat. "Dan burung-burung kecil bisa belajar tentang cuaca dan arah angin!" tambah seekor burung hantu.

Semua mulai bersemangat, saling menambahkan ide-ide luar biasa.

"Kita butuh gedung kecil!" kata Romi. "Mungkin kita bisa membangun rumah belajar dari batang kayu dan daun besar?"

"Dan buku-buku dari kulit pohon tipis!" seru seekor kelinci.

"Kalau begitu," ujar Saka dengan senyum kecil,

"aku bisa membantu membuat tali-tali untuk menggantungkan papan pengumuman."

Semuanya riang. Tiba-tiba, api unggun terasa seperti api semangat yang berkobar di hati mereka semua.

Malam itu mereka sepakat: Mereka akan membangun sekolah hutan!

Romi merasa bangga bisa menjadi bagian dari perubahan besar ini. Beberapa bulan lalu, ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Kini, ia ikut memikirkan masa depan semua penghuni hutan.

Sebelum tidur, Romi dan Lala berbaring di rerumputan, memandang bintang-bintang yang bertaburan di langit gelap.

"Aku tidak pernah membayangkan hidupku akan seperti ini," bisik Romi.

"Aku juga," balas Lala lembut.

"Tapi kadang-kadang, perubahan itu datang dari tempat yang paling tidak kita duga."

Romi tersenyum. Ia tahu, ini baru permulaan.

Dengan teman-teman di sisinya, dan semangat di dalam hatinya, ia yakin hutan ini akan menjadi tempat paling indah di dunia.

Mereka pun memejamkan mata di bawah langit penuh bintang, membawa mimpi tentang masa depan yang cerah.

================================================================

Garahan, 07 Mei 2025 / Rabu, 09 Dzulqo'dah 1446 H, 15.05 WIB