Jumari Tito, S.Pd, M. Pd

Guru Madrasah Ibtidaiyah mempunyai impian sukses menjadi guru dunia akhirat. e-mail: [email protected] @FB Jumari Tito Galing @IG Jumari Tito @Tiktok Gur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pohon tercabut dari Bumi (T.357a)

Pohon tercabut dari Bumi (T.357a)

Beberapa bulan kemudian, kabar tak menyenangkan datang dari para petani hutan. Balqiz mendengar bahwa banyak bibit pinus yang mereka tanam mati karena sengaja dicabut,

"Kak, kenapa mereka mencabutnya?" tanya Fathir dengan kecewa.

Balqiz menjelaskan,

"Katanya, pohon-pohon pinus ini mengganggu tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah, dan kopi." Zahira terlihat sedih dan bertanya,

"Lalu, apa yang bisa kita lakukan, Kak?" Balqiz berpikir sejenak dan menjawab,

"Kita harus melaporkan ini ke Perhutani supaya bisa segera diatasi."

Balqiz pergi ke kantor Perhutani setempat bersama ayah mereka. Di sana, ia melaporkan kondisi hutan dan kerusakan bibit yang sengaja dicabut. Pihak Perhutani mendengarkan dengan serius dan memutuskan untuk mengadakan rembuk dengan para petani,

"Kita perlu mencari solusi agar tanaman pangan dan pohon-pohon ini bisa hidup berdampingan," kata petugas Perhutani. Balqiz merasa lega karena masalah ini mulai ditangani. Ia mengajak Fathir dan Zahira untuk terus memantau perkembangan di hutan mereka.

Rembuk petani diadakan beberapa hari kemudian di balai desa. Para petani, warga, dan pihak Perhutani berdiskusi mencari solusi terbaik.

"Kami mengerti pentingnya tanaman pangan, tapi hutan juga perlu dilindungi," ujar Balqiz di hadapan semua orang. Salah satu petani mengusulkan.

"Bagaimana jika kita menanam pohon di area tertentu yang tidak mengganggu ladang?" Usulan itu disepakati, dan semua sepakat untuk menanam kembali bibit yang rusak.

Setelah rembuk selesai, warga mulai bekerja sama menanam kembali bibit yang mati. Balqiz, Fathir, dan Zahira kembali ikut serta dalam proses ini,

"Kak, semoga kali ini pohonnya tidak dicabut lagi," kata Zahira dengan penuh harap.

Balqiz tersenyum,

"Kita semua sudah sepakat untuk menjaga bibit-bibit ini. Sekarang, kita harus memastikan mereka tumbuh subur." Dengan semangat baru, ketiga saudara itu terus bekerja bersama warga untuk menghijaukan kembali hutan Gunung Gumitir.

Beberapa bulan kemudian, bibit-bibit baru yang ditanam mulai tumbuh. Hutan pun kembali hijau dengan berbagai pohon seperti pinus, alpukat, durian, dan mangga,

"Lihat, Kak, sekarang hutan ini jauh lebih indah," kata Fathir sambil tersenyum. Zahira menambahkan,

"Dan kita semua punya peran dalam menjaganya." Balqiz mengangguk bangga,

"Hutan ini bukan hanya milik kita, tapi juga untuk generasi mendatang,"

Dengan kerja sama, hutan Gunung Gumitir kembali menjadi tempat yang subur dan penuh kehidupan.

======================================================

Garahan, 22 Januari 2025/Rabu Kliwon, 22 Rajab 1446 H, 08.45 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap surantap ulasannya Mas ustadz. Sukses selalu

22 Jan
Balas

Salam sukses mas ustadz, salam penuh bahagia

22 Jan



search

New Post