Sampor 5 (T.113)
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, Arya melihat persiapan arak-arakan lamaran sudah siap berangkat disaat matahari naik sepenggal tangan, barisan pertama adalah 100 prajurit berkuda diikuti sepasang pemuda pemudi membawa kotak emas berisi pakaian pengantin, 100 gadis cantik membawa kotak berisi emas masing 1 kg emas, 100 pemuda gagah membawa hantaran lamaran berupa perhiasan emas, intan berlian dan mutiara, barisan berikutnya adalah 50 orang wakil pengantin pria dibelakangnya 50 resi dan 5.000 prajurit memegang tombak dan pedang sebagai barisan terakhir. Arya yakin Rama Banuwirya akan terkejut bahkan akan pingsang menyaksikan parade lamaran ini, Parade ini akan berjalan sepanjang 5 kilometer dari tanah lapang yang sudah dibuat oleh Arya dan prajuritnya disamping rumah yang selama ini di tempati bersama mbok tukiyem.
Lalu bagaimana persiapan penyambutan Rama Bahuwirya di Pendopo Argosari? dua centeng Rama Bahuwirya mengabarkan kepada Bahuwirya bahwasanya mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa di ujung kampung iring-iringan lamaran keluarga Arya sudah berangkat menuju ke Pendopo, mereka juga mengabarkan bahwa iring-iringan itu kurang lebih berjumlah 5.000 orang dan juga apa yang mereka bayangkan sebelumnya meleset dan rasa-rasanya Arya tidak akan sanggup memenuhi permintaan Rama Bahuwirya, semakin gelisah lah hati Rama Bahuwirya dan semakin penasaran siapakah sebenarnya Arya itu? semua persiapan telah dilakukan oleh Rama Bahuwirya mulai tarup yang besar dan lebar di depan Pendopo, hidangan termasuk menghias pendopo dengan penjor yang berukuran besar dan tinggi layaknya menyambut seorang raja, begitu juga Nimas Ayu yang sudah berdandan bak bidadari yang cantik, mendengar persiapan lamaran Arya benar-benar disanggupi hatinya Nimas Ayu berbunga-bunga yang semula khawatir bahwa Arya tidak akan sanggup memenuhi permintaan Ramanya, Nimas Ayu mengerti dengan syarat yang di ajukan ramanya kepada Arya, ramanya tidak mau mempunyai menantu yang miskin, ramanya menginginkan menantunya adalah orang yang terpandang setara dengan derajatnya.
Deru langkah kaki kuda dan kaki prajurit semakin lama semakin nyaring terdengar di kejauhan, semua pemuka agama, pejabat kelurahan, warga kampung Argosari berbaris menyambut kedatangan rombongan Arya termasuk Rama Bahuwirya yang pucat wajahnya karena tidak sanggup menerima kenyataan dan yang akan terjadi hari ini.
Betapa terkejutnya Rama Bahuwirya dan semua orang yang berada di pendopo terkesima juga terpesona melihat seorang pemuda gagah dengan pakaian bagaikan seorang pangeran turun dari kuda putihnya dan menghampiri dirinya di dampingi mbok tukiyem yang berparas ayu walau usianya sudah lanjut, mbok Tukiyem memulai pembicaraan,
"Sampu rasun Rama Bahuwirya, mohon ampun beribu ampun, mohon berkenan Rama Bahuwirya menerima sesembahan lamaran dari Dimas Arya Jayadiningrat yang tidak seberapa ini" mbok Tukiyem sambil menunduk dan tangannya melambaikan tangannya ke rombongan lamaran,
Rama Bahuwirya kelimpungan, keringat dingin mulai bercucuran disekujur badannya, tubuhnya terhuyung-huyung mau jatuh, untunglah kedua centengnya sigap menangkap tubuh juragannya. bukan karena banyaknya rombongan atau sesembahan yang disanggupi oleh Arya tapi dia terkejut karena nama Arya Jayadiningrat, suatu nama yang tidak asing di telinganya bahkan sangat akrab dengan nama itu, yah nama Jayadiningrat, jangan-jangan pemuda ini adalah....adalah....? belum habis berpikir, datanglah seorang laki-laki seumuran dia muncul di antara gadis-gadis cantik sang pembawa kotak emas di dampingi seorang perempuan separuh baya yang berwibawa dan berkata:
"Bahuwirya apakah masih kurang yang saya bawa ini? atau nanti kerajaan saya akan saya bawa kesini supaya kamu percaya bahwa anak saya Dimas Arya Jayaningrat bersungguh-sungguh ingin melamar anakmu?" kata orang yang gagah itu
Rama Bahuwirya semakin menggigil tubuhnya bahkan ingin buang air kecil setelah melihat orang yang ia segani di Kerajaan Laksadwipa, semua orang yang hadir langsung duduk ditempat masing-masing sambil menghormati dengan kedua tangan yang rapat di letakkan di depan hidung.
"Mohon ampun gusti Balakesa Jayadiningrat, mohon ampun seribu ampun, hamba tidak mengerti kalau Arya adalah pangeran Arya Jayadiningrat, hamba tidak bermaksud menghalang-halangi cinta pangeran dengan Nimas Ayu, sungguh gusti hamba tidak tahu" nada bicara Rama Bahuwirya terbata-bata, mau menangis, takut nanti dia akan di hukum pancung oleh raja Balakesa karena menghalangi cinta Arya dan Nimas Ayu.
"Mari gusti dan ratu silahkan masuk ke pendopo" sambil menunduk mempersilahkan Raja dan permaisuri untuk masuk ke pendopo.
sambil melangkah tegap raja balakesa jayadiningrat dan Permaisuri Candani menuju kursi yang sudah disediakan dan duduk berdampingan, begitu juga dengan Pangeran Arya Jayadiningrat berada di samping raja dan permaisuri.
"Bahuwirya! saya ingin bertemu dengan menantuku, katanya Arya dia wanita yang sangat cantik, mana dia?" perintah Raja Balakesa kepada Bahuwirya
"Inggih gusti, ada di dalam" Bahuwirya berjalan duduk menuju kamar Nimas Ayu dan keluar bersama Nimas Ayu menuju raja Balakesa dan permaisuri, sambil duduk Nimas Ayu berjalan sungkeman kepada raja Balakesa dan Permaisuri,
"Nimas Ayu, angkatlah wajahmu" Raja Balakesa memperhatikan sekilas wajah Nimas Ayu yang tertutup dengan rambut poninya, kemudian Nimas Ayu mengangkat wajahnya ke Raja Balakesa sambil tersenyum,
"Sungguh cantik wajahmu nduk, ayu dan lembut, tidak salah Arya memilih dirimu yang akan menjadi pendamping hidupnya dan kelak akan menjadi permaisuri di kerajaan Laksadwipa " Raja Balakesa memuji kecantikan Nimas Ayu.
BERSAMBUNG
===================================================================
Garahan, 03 April 2024/23 Ramadhan 1445 H, 01.06
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ternyataaa..... mau dong jadi Nimas Ayu ahaha..... Mantap, Pak
Hahaha boleh,,,,asal masuk ke dunia cerpen saya bun
Wauw...keren bgt p gr. Dtggu lanjutannya
Hehehe kan masih belajar buat cerpen bund, siap akan tayang nanti malam
Luar biasa, Bapak. Suka kisahnya. Ditunggu lanjutannya. Salam sukses.
Hehehe bunda selalu bikin telinga saya kayak gajah, siap bunda tercinta next episode
Ceritanya menarik pak disertai foto yang sangat mendukung alur cerita
Terima kasih bunda murini atas apresiasinya
Mantap
Terima kasih pak senior
Sama sama