Jumriyah,S.Pd, M.Pd

Namaku Jumriyah Aku Lahir di Desa Bergaskidul tepatnya di RT 01/I Ayakhu Karto saleh Alm dan Ibuku Katijah Aku memiliki satu putri yang sekarang sudah bekerj...

Selengkapnya
Navigasi Web
FA'IS AL MUTAQIN PEJUANG KECIL DI SEKOLAHKU

FA'IS AL MUTAQIN PEJUANG KECIL DI SEKOLAHKU

#Tantangan Gurusiana Menulis 30 Hari# (Tantangan Hari Ke 10)

FA’IS AL MUTAQIN PEJUANG KECIL DI SEKOLAHKU

Oleh Jumriyah, S.Pd, M.Pd

Fa’is Al Mutaqin namanya. Siswa baru di sekolah kami yang masuk ke kelas 2. Anak ini pindah dari SD Wiru di wilayah Kabupaten Semarang juga. Dari sekolah lama ia belum lengkap 1 semester sebelunya ia sekolah di SD Bandungan dekat tempat tinggalnya. Di Wiru ia tinggal bersama kakek dan nenek dari ayahnya. Karena kedua orang tuanya tinggal di kecamatan yang berbeda. Keseharian Fa’is diasuh oleh kakek dan neneknya. Disela rutinitas profesi sebagai petani sang kakek mengurus cucunya dengan sabar dan ikhlas. Semenrata sang nenek tak hanya mengurus keseharian Fa’is seorang, namun ada cucu lain dari anak-anaknya. Semuanya ditinggal bekerja oleh orang tuanya.

Kasus yang dihadapi Fa’is berbeda dengan anak pada umumnya. Ia dititipkan oleh kakek dan neneknya dan tinggal di tempat yang berbeda dengan kedua orang tuanya. Fa’is anak satu-satunya dari pasangan Sugiyanto dan Malikhah ini harus terpisah oleh kedua orang tuanya. Anak yang baru berusia belum genap 8 tahun ini harus kehilangan sentuhan tangan sayang dari kedua orang tuanya. Ini semua terjadi karena keadaan. Ya, keadaan yang mengharuskan Fa’is tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya. Ibunya bekerja di perusahaan suasta yang setiap hari harus berangkat pagi dan ketika malam baru pulang. Sedangkan ayahnya bekerja sebagai pelangsir pasir yang pulangnya tak menentu. Terkadang 1 minggu baru pulang ke rumah.

Bayangan latar hidup inilah yang menghantarkan Fa’is masuk dan daftar di sekolah kami. Kini Fa’is tidak ikut dengan kakek dan neneknya melinkan ia tinggal di pondok pesantren dekat sekolah. orang tuanya berharap Fa’is bisa belajar di sekolah negeri sekaligus belajar ilmu agama di pondok pesantren. Sementara kedua orang tuanya sibuk bekerja mencari nafkah, anaknya berjuang mencari ilmu sebagai bekal masa depannya.

Sederhana memang. Tapi Fa’is tetaplah Fa’is. Ia tetaplah masih anak-anak. Selayaknya anak usia 7 sampai 8 tahun yang masih manja dan haus akan sentuhan dan belai sayang kedua orang tuanya. Setidaknya hari-hari diluar jam sekolah ia membutuhkan pelayanan dari orang-orang yang menyayanginya. Diperhatikan jam makannya, tidur siangnya, kapan ia belajar, kapan ia harus pergi mengaji masih butuh arahan dan bimbingan. Bahkan mandipun musti dibantu menggosok tubuhnya sampai bersih, disiapkan baju ganti dan dihanduki tubuhnya hingga kering. Hak Fa’is atas ibu dan bapaknya masih harus didapatkan.

Kalaupun harus tinggal di pesantren, Fa’is tetap membutuhkan perhatian. Ketika libur sekolah Fa’is ingin di jemput oleh ibunya. Fa’is selalu merindukan peluk cium ibunya menjelang tidur. Fa’is tak hanya inginkan kecukupan materi saja, namun lebih dari itu. Ada sesuatu yang tak bisa ia dapatkan dari orang lain, yaitu kasih tulus kedua orang tuanya. Kalapun semua kebutuhan sudah terpenuhi Fa’is tetap punya hak untuk mendapatkan semuanya.

Sampai pada suatu hari, Fa’is ijin untuk pulang ke rumah. Padahal rumah jaraknya lumayan jauh dengan sekolah. Fa’is sudah ijin sama kakange belum? Tanyaku kepada Fa’is. “Sudah bu!” jawabya. “Fa’is berani pulang sendiri?” “berani bu,” Jawabnya lirih. Sebelum kami mengantar Fa’is untuk menunggu angkutan di depan sekolah, kami berusaha menghubungi pihak pesantren untuk memastikan bahw Fa’is benar-benar sudah mendapat ijin untuk pulang ke rumah. Dari jawaban pihak pesantren ternyata Fa’is belum ijin. Akhirnya dijemputlah oleh fihak pesantern dan diajak pulang kembali ke pesantren. Dan hal seperti itu tak hanya sekali terjadi. Beberapa hari berikutnya juga sering terjadi di sekolah.

“Bu saya mau ijin keluar!” tiba-tiba Fa’is berseloroh di hadapanku. “Loh mau kemana kamu Fa’is?” jawabku sembari berbalik bertanya. “Saya mau keluar, pindah sekolah bu” jawabnya. “Mau pindah kemana?” “Ke Wiru bu!” aku paham dengan maunya Fa’is. Maka aku rangkul Fais dan kuajak ia memasuki ruanganku. Aku Tanya dan aku motivasi ia untuk tetap rajin sekolah. Jawaban Fa’is tetap ingin pindah ke Wiru di tempat kakek neneknya yang pernah mengasuhnya dulu. Alasannya Fa’is tidak krasan di pesantren dan ingin pulang ke rumah tinggal bersama kedua orang tuanya. Setiap ditanya kenapa ingin pulang jawabannya selalu kangen dengan ibunya. Bagaimana dengan ibunya? Apakah ibunya juga selalu kangen dengan anak satu-satunya ini? Setiap wali kelas 2 menelpun ibunya tak pernah direspon dengan baik. Bahkan setiap sabtu juga tak ada tanda-tanda Fai’is dijemput atau ditengok oleh orang tuanya.

Fa’is anak sekecil ini harus berjuang sendiri untuk memenuhi hak atas orang tuanya. Fa’is tak boleh pulang. Fa’is harus bersekolah dan tinggal di pesantren. Fa’is harus semangat. Fa’is harus krasan tinggal di pesanten. Agar menjadi anak yang cerdas dan soleh Fa’is harus sabar, tidak boleh rewel. Itu nasihat yang selalu kami bisikkan di telinganya disaat Fa’is ingin pulang.

Fa’is sosok anak yang pantas mendapat kehidupan layak. Di luaran sana masih banyak anak-anak yang sama sekali tak mendapatkan kasih orang tuanya. Bahkan mereka hidup dijalanan tanpa tujuan yang jelas. Keseharian menyusuri batas jarak yang tak tentu, dan malamnya berselimutkan langit kelam. Kemana mereka pulang? Alam yang menampungnya. Dengan ganasnya terik, dinginnya malam menjadi menu sehari-hari dalam menjalani hidupnya. Fa’is masih bersyukur karena memiliki kedua orang tua. Meski mereka sibuk masih bisa diraih belainya. Berharaplah belai Allah menjadi penggantinya nak. Barakallah, semoga asamu didengar-Nya.

Ditulis oleh:

Jumriyah, S.Pd, M.Pd (Kepala SD Negeri Bergaskidul 03, Bergas, Kab Semarang, Jateng)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post