Junaedah

Mom, Teacher, Writer...

Selengkapnya
Navigasi Web

TERPASUNG KATA

Junaedah

Part 83 Ini hari ketiga, Indah nongkrong di bengkel Acong. Indah memilih tidak ke kampus untuk sementara. Belum siap bertemu dengan Fauzi. Dia tidak tahu, harus bersikap bagaimana kepadanya, setelah ini. Kepada Aba, Indah pamit untuk kuliah. Jika tidak berangkat, tentu akan banyak pertanyaan menginterogasi. Indah tak akan bisa menjelaskannya. Biar Aba tak perlu tahu masalahnya. Di bengkel, Indah benar-benar hanya nongkrong. Melihat Acong dan para pegawainya bekerja. Sesekali berkomentar dan bertanya. Setelah saatnya pulang kuliah, dia pun pulang. Sebuah sepeda motor berhenti di halaman bengkel. Pengendaranya seorang gadis. Segera membuka helmnya setelah turun dari motor. Berteriak menyuruh salah seorang pekerja untuk memompa ban depannya. Indah menoleh ke arah teriakan melengking yang sepertinya tak asing. Setelah memastikan, siapa pemilik suara itu, Indah tak bisa menahan diri untuk menyapanya. "Hei, Rani!" "Eh, Teh Indah. Lagi ngapain di sini? Kenapa udah dua hari gak kuliah? Aku kangen lho. Kelas sepi tanpa Teh Indah sama Bang Fauzi. Diskusinya gak seru." Rani yang merasa heran dengan keberadaan Indah, membalas sapaannya dengan berceloteh panjang. "Emang, Bang Fauzi gak masuk juga?" Indah balik bertanya. "Kupikir, Teh Indah lagi bulan madu sama Bang Fauzi. Abis, gak masuknya kompakan. Ternyata malah saling gak tahu." "Ish! Ngaco kamu, Ran. Tapi, bener nih, Bang Fauzi juga gak masuk?" "Iya lah, Teh. Masa aku bohong. Eh, Teh Indah kok bisa ada di sini, sih?" "Aku lagi belajar jadi montir sama Acong," jawab Indah bercanda. "Emang kenal sama Kak Acong?" "Dia mantan pacarku, Ran. Minta CLBK." Acong yang dari tadi menyaksikan obrolan kedua gadis itu menyela. Sambil nyengir, khas sebelas tahun yang lalu. Indah mendelik dan menimpuknya dengan gumpalan tisu. Acong malah terkekeh. "Enak aja!" Sergah Indah. "Bohong, Ran. Kita cuma teman sekelas waktu SMA. Kamu sendiri, kok ada di sini?" "Aku kan orang sini, Teh. Kak Acong ini kakak iparku. Dia mah emang begitu. Seneng godain orang. Tuh, rumahku. Sebelahnya, rumah Kak Acong." Rani menunjuk dua buah rumah yang berdampingan, dengan model dan warna cat yang sama persis. Indah manggut-manggut, paham. "Sekarang kamu ke kampus nggak, Ran? Aku nebeng, ya," pintanya. Akhirnya Indah memutuskan untuk mengakhiri bolosnya. Kalau Fauzi juga tak masuk, tak ada yang membuatnya kikuk. Sepertinya, Fauzi juga menghindari bertemu dengannya. "Iya, Teh. Ayo berangkat, keburu telat." Rani bersiap menaiki motornya kembali setelah sebelumnya melihat arloji di pergelangan tangannya. Benar saja, Fauzi tak juga muncul hingga perkuliahan hari itu selesai. Bahkan hingga hari-hari berikutnya. Menyisakan tanya di antara teman-temannya. Sedang Indah, pura-pura tak tahu saja. Ia mulai merasa nyaman memgikuti perkuliahan tanpa melihat Fauzi.

Cikulur, 10 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Asik juga

11 Apr
Balas

Lumayan

11 Apr



search

New Post