Junaedah

Mom, Teacher, Writer...

Selengkapnya
Navigasi Web

TERPASUNG KATA

Junaedah

Part 82 Di atas angkot yang ditumpanginya, Indah tak dapat lagi menahan. Tangisnya pecah. Tak peduli, berapa pasang mata penumpang lain melongo heran. Untungnya, mereka semua pengertian. Tidak ada satu pun yang mengganggu. Meski dengan hanya satu pertanyaan. Tombak yang menancap di jantungnya kali ini, benar-benar yang terburuk. Tumpul dan berkarat. Sehingga rasanya lebih sakit. Perih mengiris. Seandainya, pengakuan cinta itu tak keluar dari mulut Fauzi. Mungkin ia masih bisa membujuk hatinya untuk menerima. Bahwa ia bertepuk sebelah tangan. Lalu segera melupakan. Indah benci keadaan ini. Indah menyesali dirinya sendiri, kenapa tak jeli. Sama-sama cinta, tapi tak mungkin memiliki. Sungguh tak dapat dimengerti. Jika memang benar Fauzi cinta, Fauzi tak perlu ingkar janji. Indah siap menjadi yang kedua. Agar tidak saling tersakiti. "Aaah ..." Indah menghempas napas dengan keras. Untuk membuang pikiran yang mendadak melintas. Mengusir semua beban yang menggunung di dada. Ia mulai menyusuti airmata. Baru disadari olehnya, malu di tonton para penumpang. "Stop, kiri, Bang!" Salah seorang penumpang menghentikan laju angkot. Dia telah sampai ke tujuannya. Seorang ibu muda menggendong bayi di lengan kiri dengan bantuan kain jarik. Tangan kanannya menenteng sebuah tas, sepertinya berisi perlengkapan bayinya. Turun dengan anggun setelah membayar ongkos kepada sopir. Indah mengekori perempuan itu dengan pandangannya. Tiba-tiba ia terkejut. Ini bukan jalur ke arah rumahnya. Dia salah naik angkot. "Stop, Bang. Stop." Setengah berteriak, Indah menghentikan angkot yang baru beberapa meter melaju. Sopir mengerem angkot sambil menggerutu, "kenapa nggak sekalian aja tadi, Neng." "Maaf, Bang. Aku salah jurusan," ujarnya sambil menyerahkan selembar dua ribuan. Lalu bergegas turun, diikuti tatapan seluruh penumpang. Di antara mereka ada yang tersenyum, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang menatap trenyuh, juga ada yang ikut menggerutu. Indah melangkah gontai menyusuri trotoar. Hari mulai gelap. Matahari tinggal tersisa ekornya. Menyemburatkan jingga yang pekat. Indah harus berbalik arah. Ditendangnya sebuah kerikil sekencang-kencangnya. Sebagai pelampiasan kekesalannya. Kerikil itu mendarat di punggung seseorang, yang tengah berjongkok memeriksa ban mobilnya. Laki-laki itu spontan membalik badan. Nampak akan memuntahkan kemarahan. Akan tetapi, begitu ia berdiri, dia berseru tertahan. Antara percaya dan tidak dengan pandangannya. "Indah?" Indah turut terkejut. Ada orang mengenalnya di daerah asing ini. Diperhatikannya lelaki itu sambil memeras ingatan, apakah dia mengenalnya. "Acong!" Indah berteriak, merasa benar-benar surprise. Ingatannya melayang, menuju sebelas tahun ke belakang. Saat masih SMA, bersama dengan empat sahabat. Antie, Anisa, Yayah, dan Acong. Satu-satunya lelaki di geng mereka. "Dari mana, Ndah?" Acong memulai bertanya. "Aku tersesat. Salah naik angkot." "Kok bisa, pasti sambil melamun. Terus, sebenarnya mau kemana?" "Ya, mau pulang, Cong. Ini sudah sore. Masa baru mau pergi." "Astaga. Hobi melamunmu tambah parah. Sampai arah rumah sendiri pun lupa. Ayo naik. Aku antar pulang. Gak bakal ada angkot lagi sekarang. Hari gini, angkot sudah pada masuk kandang." Acong membuka pintu mobilnya dan mengarahkan Indah untuk memasukinya. "Kamu sendiri, ngapain di sini?" Indah menyempatkan bertanya sebelum menuruti perintah Acong. "Habis kerja. Itu bengkel punyaku." Acong menunjuk bangunan, persis di pinggir jalan tempat mereka. Sebuah bengkel yang cukup besar, membuat Indah merasa kagum. "Hebat, kamu, Cong. Sudah jadi orang sukses." "Milik keluarga istriku, Ndah. Aku cuma mengelola. Ayo keburu Maghrib. Sekalian, aku sudah lama gak ketemu aba kamu." Cikulur, 10 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah ada yg bantu idah

10 Apr
Balas



search

New Post