Junaedah

Mom, Teacher, Writer...

Selengkapnya
Navigasi Web

TERPASUNG KATA

Junaedah

Part 90 Kebaya brokat panjang, warna putih tulang, dengan stelan rok batik lebar, sudah melekat di badannya. Dilapisi dengan baju kebesaran bernama toga. Melekatkan keharuan di dada. Hari ini semua usaha terbalas sudah. Tak ada yang sia-sia. Indah duduk di deretan wisudawati paling depan, dalam jajaran sepuluh besar peraih IPK tertinggi, dari setiap jurusan. Aba dan Umma, dengan kesahajaan keduanya, duduk di tempat khusus undangan. Mengikuti rangkaian acara dengan mata berkaca. Di deretan wisudawan, Fauzi juga berada di baris depan. Indah sudah melihatnya, semenjak kedatangannya. Bersama dua orang perempuan, yang ia sangka, pastilah ibunya, dan calon istrinya. Sesekali tatapan mereka bertemu, dilengkapi dengan senyum manis Fauzi. Akan tetapi, Selalu diakhiri oleh Indah dengan membuang muka. Mungkin malu, kedapatan sering mencuri pandang. Seluruh acara telah selesai. Para wisudawan dan wisudawati beserta keluarga masing-masing, atau dengan sesama teman, sibuk berfoto. Tanpa kecuali Indah. Mengabadikan kenangan istimewa, yang datang setelah menempuh perjuangan panjang. Puas foto-foto, Indah bersama Aba dan Umma, menepi dari keramaian. Seseorang dengan buket bunga di tangan, menghampirinya. "Mmm ... Teh, Indah, selamat, ya," ucapnya riang, dengan kerling mata memesona. Menyerahkan bunga itu kepada Indah. Indah benar-benar terkejut. Hatinya jengah. Orang itu ... adalah gadis yang datang bersama Fauzi. Kenapa dia seperti telah mengenalnya? Apa pula maksud ucapan selamatnya itu? Ditatapnya gadis itu, dari ujung atas jilbabnya, hingga ujung kaki yang berbalut kaus kaki. "Eh ... mmm ... kamu, kenal aku?" Terlontar tanya dari mulut Indah, menanggapi kedatangan gadis manis belia itu. Dengan ragu, diterimanya bunga yang terulur. "Iya, Teh. Bang Fauzi sering cerita tentang Teteh. Banyak. Bisa kita ngobrol sebentar?" pintanya diujung kalimatnya. Indah melirik kepada Umma. Umma mengangguk, menggamit lengan Aba untuk menyingkir. Memberi waktu kepada gadis muda itu berbicara dengan Indah. "Oh, iya. Aku Fatimah, sepupu jauhnya Bang Fauzi," katanya sambil mengulurkan tangan. Senyum merekah, penuh di bibirnya. Menampakkan keramahan dan ketulusan. Indah menyambutnya dengan kaku. Masih belum sepenuhnya paham, maksud apa yang dibawa gadis itu. "Mau bicara apa?" tanyanya tidak sabaran. Fatimah melambaikan tangan. Tak lama, Fauzi yang sedari tadi menyaksikan aksi Fatimah, mendekat. Diikuti ibunya. "Ayo, ngomong sendiri," ujarnya begitu Fauzi tiba. "Apa kabar, Ndah?" sapa Fauzi. "Gak usah basa-basi. Udah lihat sendiri, kan, Teh Indah sehat, baik-baik aja. Eh ... iya kan, Teh?" Indah hanya mengangguk. Benar-benar tak tahu harus berkata apa. Dia juga tidak bisa menghindar, kali ini. Fauzi mengerahkan bala bantuan, untuk menahannya agar tidak melarikan diri. Hmmm. Masih dalam diam, Indah menunduk. Menunggu, apa yang sesungguhnya akan disampaikan Fauzi. Sepertinya, hal yang penting. Mungkin, akan mengundang ke acara pernikahannya, pikirnya. Tak sadar, Indah bergidik. Membayangkan kengerian, melihat senyum manis keduanya di pelaminan. Pasti akan membuat hatinya teriris. Fatimah meraih tangan Indah. Menggenggam jemarinya erat. Karena Fauzi tak kunjung bicara, ia akhirnya berkata, "Bang Fauzi akan melamarmu, Teh." Cikulur, 18 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow makin seru happy ending

18 Apr
Balas



search

New Post