UJIAN HIDUP

Junaedah

#TantanganGurusiana-55

Usia setiap manusia, telah ditentukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dipatok sejak dia belum memiliki jasad. Untuk dipergunakan sebaik-baiknya dalam perjalanan hidup ini. Ya, sejatinya, hidup adalah sebuah perrjalanan. Sedang kita adalah para pengembara, yang menempuh perjalanan menuju pulang. Kembali kepada sang Pencipta, untuk menerima balasan atas hasil petualangan kita.

Jiwa-jiwa manusia yang dipertemukan di alam ruh, niscaya bertemu pula di atas panggung dunia. Bekerjasama, berlomba, bersaing, bersahabat, ataupun bermusuhan. Bersatu dalam damai, atau berhadapan dalam peperangan. Baik-buruk, benar-salah, semua mengikuti garis taqdir masing-masing.

Iman yang teguh di dalam dada, mewujud taqwa dalam laku. Itulah sebaik-baik bekal perjalanan, yang memandu langkah untuk sampai tujuan. Iman dapat mengalami pasang surut, manakala terkena hempasan gelombang dan badai kehidupan. Bahkan terkadang, hanya riak angin sepoy pun dapat pula menggoyahkan.

Amal salih adalah tabungan yang harus dikumpulkan, dalam pencarian di sepanjang lintasan perjalanan. Sedikit demi sedikit, perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan, kelak akan beronggok membukit. Pemberat timbangan di hari pemgadilan, sebagai penentu balasan, di hadapan sang Hakim yang Mahabijaksana. Hakim yang seadil-adilnya, tanpa ada rekayasa.

Nasib kita kemudian, bergantung kepada iman dan amal. Seberapa kokoh iman kita dan seberapa banyak amal salih kita. Di hari perhitungan, semua akan terbuka. Diperlihatkan catatannya secara nyata, untuk menentukan tempat kita selanjutnya. Berbahagia di surga, atau terlempar ke dalam pedihnya siksa neraka.

Harta bukanlah jaminan. Kebahagiaan hakiki berasal dari hati masing-masing. Seberapa lapang dada kita, menampung semua permasalahan hidup yang dihadapi. Seberpa ikhlas jiwa kita, menerima semua takdir yang datang menyapa. Seberapa banyak syukur kita, kepada Pemilik kehidulan semesta, yang telah mempercayakan kepada kita segalanya.

Ikhtiar merupakan sarana yang mendekatkan kita kepada sang Mahasempurna. Ikhtiar termasuk salah satu ibadah, yang merupakan tugas manusia di muka bumi. Dalam perjalanan hidup ini, kita hanya ditugaskan untuk berikhtiar. Tidak diperintah untuk berhasil, karena keberhasilan dan kegagalan itu terserah pada kehendak-Nya. Meskipun kegagalan yang kita dapatkan di penghujung ikhtiar kita, malaikat Raqib tetap akan mencatat ikhtiar kita sebagai kebaikan. Keikhlasan atas ketetapan Allah akan mendatangkan balasan sempurna dari-Nya. Bahkan acap kali, Allah memberi ganti yang lebih baik dari apa yang kita usahakan, sebagai hadiah istimewa atas kegigihan kita dalam berikhtiar.

Dunia hanya persinggahan sementara. Bukan tempat berleha-leha, melainkan tempat untuk berlomba. Fastabiqul khairat, untuk mencapai maqam mahmudah, meraih keridloan-Nya. Bagi orang-orang beriman, tiada masa di dunia ini untuk beristirahat, karena mereka paham, sebaik-baik tempat peristirahatan adalah surga. Mereka rela berlelah-lelah di dunia, demi mendapat naungan di tempat istirahat terindah, nan kekal.

Upah yang tak tertandingi harganya, tak terhitung jumlahnya, hanya dapat diterima oleh mereka yang bersungguh-sungguh. Tunduk dan patuh, serta berserah diri. Taat menekuni segala perintah-Nya, dan menghindar sejauh-jauhnya dari larangan-Nya. Mengukir kebaikan dalam setiap ucap dan lakunya, melukis jejak kemanfaatan bagi setiap makhluk yang ditemuinya.

Prestasi terbaik adalah, manakala kita berhasil mencapai surga. Berkumpul bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Mereguk nikmat perjumpaan dengan-Nya. Dalam limpahan berkah dan ridlo-Nya.

Cikulur, 23 April 2020