jupagni

Penghulu KUA Kec.Padang Panjang Barat ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Moderasi Beragama Berbasis Keluarga

Moderasi Beragama Berbasis Keluarga

Semenjak kata radikal menjadi bahan pembicaraan yang begitu santer di Indoensia, orang memunculkan kata yang merupakan lawan kata dari radikal yaitu moderat. Pelabelan radikal pun dilemparkan kepada orang-orang tertentu sehinga menimbulkan semacam keresahan kepada masyarakat. Tak jarang yang dituduh radilkal itu orang-orang taat dan konsisten memegang teguh prinsip dan ajaran agamanya. Hal ini tentu menimbulkan perdebatan dan kontroversi. Apalagi ditambah dengan permasalahan poilitik. Isu radikalisme menjadi digoreng dan dimanfaatkan untuk kepentingan sekelompok orang.

Akhir-akhir ini pembicaraan tentang radikal menjadi lebih hangat lagi karena ada ungkapan bahwa good loking (orang yang berpenampilan baik) dan hafiz al-Qur’an seolah dapat menyuburkan paham radikal. Bahkan para penghapal al-Qur’an pernah dikonotasikan dengan terorisme. Stigma semacam ini belum tentu benar dan bahkan jika orang beragama secara benar tidak mungkin dia akan melakukan hal-hal yang bersifat radikal dan ekstrim.

Seandainya ada paham dan aliran yang terkesan radikal dan ekstrim, barangkali harus dilihat dulu dalam konteks dan pemahaman yang lebih jernih. Terkadang ada orang yang berbeda paham dan pendapat dengan orang lain. Lalu menuduh orang yang tidak sependapat denganya sebagai radikal. Padahal belum tentu, radikal. Boleh jadi dia yang menuduh sendiri yang merupakan radikal.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan moderasi beragama agaknya harus dimulai dari keluarga. Di dalam membina keluarga, perlu ditekankan nilai-nilai wasathiyah, yaitu watak beragama yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri. Sebagai umat Islam, Allah SWT menyebut kita sebagai ummatan wasathan.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (Qs. al-Baqarah :143)

Kata wasatha pada dasarnya berarti adil dan pilihan, sehingga ummatan wasathan artinya umat yang adil atau umat pilihan. Kalau umat pilihan berarti adalah umat yang terbaik. Sebagian orang menyebutnya dengan umat yang moderat. Menurut Sayyid Quthb, tuntutan untuk bersikap moderat tersebut meliputi beberapa aspek: (a) moderasi dalam tataran teologis (tentu saja, sikap ini tidak menjustifikasi posisi Asy’ariyyah yang diklaim “moderat”, meski tidak seluruhnya konsisten) dan keharusan memelihara keseimbangan (tawâzun) antara tuntutan material dan spiritual, (b) keseimbangan antara penggunaan rasa dan rasio, (c) keseimbangan antara rasa keinginan bebas dan tuntutan hukum yang mengikatnya, dan (d) keseimbangan dalam interaksi sosial antara hak individu dan masyarakat. Sifat moderat dalam masyarakat yang ideal menuntut anggota-anggotanya untuk berinteraksi, berdialog, dan terbuka dalam pluralisme yang ada, baik dalam agama, budaya, maupun peradaban.

Dari uraian Sayyid Quthb di atas, terlihat adanya keseimbangan dalam berbagai aspeknya. Keseimbangan itu menggambarkan sikap pertengahan yang dipilih yang merupakan sikap adil. Sikap adil dan terbaik itu akan mendatangkan kemaslahatan dan kebaikan kepada anggota keluarga yang ada dan juga terhadap semua orang. Islam adalah agama rahmatalli’alamin, menjadi rahmat bagi semuanya. Prinsip dasar dalam moderasi beragama (wasathiyah) itu adalah adil dan berimbang.

Hamim Ilyas dosen UIN Sunan Kalijaga, ketika menguraikan surat al-Baqarah ayat 151-153 sebagai lanjutan dari surat al-Baqarah 143, menyebutkan karakter masyarakat ummatan wasathan, yang terdiri dari delapan sifat-sifat yang yang melekat padanya, yaitu : pertama, pencerah (membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu sekalian); kedua, suci (dan Dia mensucikan kami sekalian), ketiga, unggul (dan Dia mengajarkan al-Qur’an kepadamu); keempat, arif (dan Dia mengajarkan hikmah kepadamu); kelima, berwawasan luas (dan Dia mengajarkan apa-apa yang tidak kamu ketahui; keenam, religius (ingatlah Aku maka Aku akan mengingat kamu sekalian); ketujuh, efektif (bersyukurlah kepada-Ku); dan kedelapan, efisien (dan janganlah kamu sekalian ingkar kepada-Ku).

Kedelapan sifat-sifat yang diuraikan di atas yang merupakan sifat-sifat utama yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pribadi pilihan. Penegasan sifat-sifat ini mencirikan pentingnya karakteristik moderat di dalam kehidupan sebuah komunitas yang disebut ummat. Ummatan wasathan akan terwujud bila masing orang dan keluarga yang ada mempunyai sifat-sifat tersebut.

Menurut Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, indikator moderasi beragama di Indonesia dapat juga dilihat pada beberapa hal; a) memiliki komitmen kebagsaan yang kuat; b) memiliki sifat dan sikap toleransi terhadap perbedaan yang ada; c) cinta damai dan menolak kekerasan; dan d) penerimaan terhadap tradisi atau adat setempat.

Berdasarkan pemikiran di atas kita melihat betapa pentingnya untuk menciptakan moderasi beragama. Moderasi beragama berbasis keluarga harus diwujudkan dalam praktek beragama bercorak wasathiyah dalam keluarga. Dengan penanaman nilai cinta tanah air, toleransi, cinta damai dan anti kkerasan, serta penghormatan terhadap tradisi dengan payung prinsip keadilan, keseimbangan, kesalingan dan kemaslahatan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post