SIKAP MUKMIN MENGHADAPI MUSIBAH
Memasuki malam kelima belas Ramadhan pembahasan yang menarik untuk disampaikan dalam ceramah Ramadhan di tengah-tengah keluarga adalah tentang Sikap Mukmin Menghadapi Musibah. Pembahasan ini menjadi menarik, di samping kita sedang dilanda wabah virus corona, juga ada berita yang beredar akan adanya hantaman asteroid (meteor) yang besar ke bumi pada pertengahan Ramdhan tahun ini sehingga menyebabkan dukhan (kabut/asap). Dukhan yang diprediksi adalah dukhan sebagai salah satu tanda kiamat besar. Sandaran pendapat ini, sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan “Akhir Zaman yang Dipersoalkan” , didasarkan kepada Hadis yang dianggap palsu oleh para peneliti hadis.
Musibah adalah adalah apa-apa yang menimpa seseorang yang membuatnya tidak senang atau benci. Di rumah Rasulullah Saw pada suatu malam, mati lampu lalu beliau mengucapkan “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” isteri beliau bertanya, apakah itu musibah juga ? Nabi saw menjelaskan “ma ashaba al-mukmin mimma yakrahu fahuwa mushibah” (apa-apa yang menimpa seorang mukmin dari sesuatu yang tidak disukainya maka itu adalah musibah)
Di dalam al-Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang musibah dan salah satunya adalah ayat berikut ini.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada satu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah. Dan siapa yan beriman kepada Allah, niscaya Allah kan memberi petunjuk pada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu)” (Qs. Al-Taghabun : 11)
Berbicara tentang musibah banyak sekali aspek yang dapat dibahas. Namun pada kesempatn ini kita akan melihat bagaimana sikap kita sebagai seorang mukmin menghadapi musibah tersebut. Pada ayat di atas telah disebutkan bahwa apapun musibah yang terjadi telah seizin Allah. Meskipun kadang-kadang kita tidak bisa terima, bahwa musibah yang terjadi adalah karena ulah dari orang-orang kafir. Seperti saat ini, virus corona telah menyebar ke seluruh dunia berasal dari perbuatan orang-orang non muslim. Tapi bukanlah Allah mengatakan,
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya (Qs.al-Anfal : 25)
Izin Allah dalam ayat di atas, menurut sebagian ulama berarti direstui atau dibolehkan musibah itu terjadi. Dia tidak menghalangi terjadinya, karena bagian dari restunya yang ada di alam. Mungkin secara sunatullah syarat-syarat terjadinya musibah itu sudah mencukupi. Secara hukum sebab akibat, adanya sebab akan membawa adanya akibat. Ini adalah merupakan hukum-hukum yang sudah jelas. Sebagai contoh saja, apabila hutan digunduli dan alam diekploitasi tanpa mempertimbangkan dampaknya, lalu kemudian datang banjir. Ini sudah cukup syarat-syaratnya terjadi bencana tersebut.
Jika sekarang kita dilanda wabah virus corona secara merata di seluruh dunia sehingga disebut pandemi, mungkin syarat-syarat terjadinya musibah ini telah terpenuhi. Allah tidak mungkin merestui tersebarnya wabah ini, bila belum memenuhi syarat-syaratnya. Menurut Abdurrahman al-Baghdadi, di saat mengomentari terjadinya tsunami 26 Desember 2004, Allah tidak menurunkan bencana terhadap negeri atau penduduk yang tidak menyalahi kontrak hidupnya dengan Allah. Bencana sebagai akibat perlawanan manusia yang sudah menyimpang. Bencana atau musibah sebagai respon Allah terhadap perlakukan manusia yang kelewat batas.
Adapun sebagai seorang mukmin, semua bencana dan musibah tersebut sebagaimana dijelaskan ayat di atas bisa menjadi petunjuk. Menurut Sayyid Qutb, ayat tersebut menunjukan keimanan kepada takdir Ilahi dan taslim (penerimaan hati) atas musibah yang terjadi. Ibnu Abbas berkata, makna yahdi qalbah adalah memberi petunjuk kepada hati dan petunjuk mutlak sehingga membuka hatinya tentang hakikat keduanya yang tersembunyi dan mengantarkannya berhubungan dengan segala sesuatu kejadian. Sebagian ulama mengartikan, musibah itu bisa meneguhkan keyakinan dan sabar serta ridho dengan ketentuan-ketentuan Allah.
Oleh karena itu intinya adalah musibah yang terjadi memberikan petunjuk dan pelajaran bagi orang beriman. Karena menjadi orang beriman, dalam situasi apapun kita mesti benar menyikapinya. Baik ketika diberi kelapangan maupun ketika diberi kesulitan. Untuk itu, dalam menyikapi bencana yang telah terjadi dan akan terjadi pada saat ini ada beberapa sikap yang perlu untuk diterapkan. Pertama, jika musibah itu terjadi pada diri kita dianjurkan untuk membaca istirja’ (inna lillahi inna ilahi raji’un / sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali). Qs. Al-Baqarah : **(censored)****(censored)****(censored)**-156, menjelaskan jika diuji dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, maka ia membaca istirja’ dan bersabar maka ia akan memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah sehingga termasuk orang yang diberi pentunjuk. Nabi Saw bersabda, Tidak ada satu musibah yang menimpa seorang hamba, kemudia ia mengucapkan istirja’ melainkan Allah menetapkan pahala baginya (HR.Tirmidz dan Hakim).
Sekarang kita sedang ditimpa musibah atau paling tidak terdampak musibah dalam bentuk rasa takut, kelaparan dan kekurangan harta. Secara keyakinan kita harus sadar, bahwa semua yang terjadi pasti melalui izin Allah. Tanpa izin Allah, tidak mungkin bencana bisa terjadi karena Dia lah sang pengatur dan pemelihara alam semesta. Banyak hikmah dan pelajaran yang belum bisa diungkap dibalik setiap kejadian yang terjadi. Mungkin manusia sudahterlalu sombong dan ditegur dengan musibah. Mungkin Allah ingin menyegarkan bumi dari polusi yang sudah tak terkendali. Mungkin Allah menyuruh kita berhati-hati dalam hubungan sosial. Atau mungkin Allah menyuruh kita fokus di rumah membina keluarga dan menyiapkan diri menerima musibah yang terjadi di bulan Ramadhan. Sederatan goresan akan bisa dibuat dari semua bencana.
Kedua, Memanjatkan doa kepada Allah, baik dalam bentuk tasbih, tahlil dan istighfar. Apabila musibah menimpa kita, kita dianjurkan banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah kemudian juga berdoa agar diberi pahala dari musibah yang dihadapi. Allah berfirman di saat Yunus dalam musibah dia banyak bertasbih sehingga diselamatkan oleh Allah Swt. Nabi Ayyub mendapat musibah dan berdoa kepada Allah, juga diselamatkan-Nya (Qs.al-Anbiya’: **(censored)**4-85).
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِين لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih (mengingat) Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit ” (QS. Ash-Shaffat : 143, 144)
Kita juga disuruh memanjatkan doa kepada Allah agar diberi pahala dari musibah yang dihadapi dan berharap diganti dengan yang lebih baik. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
"Tak seorang hamba (muslim) tertimpa musibah lalu ia berdoa: 'Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sungguh hanya kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.' Ummu Salamah berkata: Saat Abu Salamah wafat, aku berdoa sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah kepadaku, lalu Allah memberi ganti untukku yang lebih baik darinya, yakni Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (Muttafaq 'Alaih)
Ketiga, ikhlas dan sabar terhadap musibah yang menimpa. Nabi Saw.telah mengajarkan bagaimana menjadi mukmin yang baik itu. Dari Shuhaib bin Sinan ra., Rasulullah Saw bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semau urusannya adalah baik. Hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan ia bersyukur, maka itu baik untuknya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga baik untuknya." (HR. Muslim)
Nabi Saw.bersabda,
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (H.R. Bukhari).
Keempat, Apabila ada musibah menimpa seseorang maka kita dianjurkan membantu sesuai dengan kemampuan kita. Bantuan bisa dalam bentuk mril dan materil seperti sedekah. Meringankan saudara-saudara kita yang terdampak covid-19, karena kehilangan pekerjaan dan sulitnya untuk memenuhi kebutuhan pokok merupakan hal baik harus kita budayakan. Mengumpulkan bantuan korban bencana dan mendistriibusikannya secara baik adalah pekerjaan kemanusiaan amat berharga.berbagai itu indah dan akan mendatangkan ketenangan.
Ketika terjadi gempa pada masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau menempelkan tangan kanannya ke bumi lalu berkata, "wahai bumi, bukan saatnya kamu bergoncang, di sini masih banyak orang-orang shaleh". Gempa itu pun berhenti. Kemudia beliau memerintahkan rakyatnya untuk beristighfar dan banyak mengeluarkan shadaqah, karena shadaqah mampu menolak bencana.
Kelima, Senantiasa melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam Musnad Ahmad disebutkan bahwa Abu Bakar berkata, wahai manusia sesungguhnya kalian membaca Qs.Al-Maidah : 105, tetapi kalian telah meletakkannya pada tempat yang salah. - Sesungguhnya aku telah mendengar Rasullah Saw bersabda, “Jika manusia melihat kemungkaran dan tidak segera menegur pelakuknya maka Allah akan meratakan azab di sisi-Nya.
Dalam situasi bencana dan musibah sedang terjadi, terkadang masih ada juga orang melakukan perbuatan maksiat. Sekarang kita tengah dilanda wabah virus corona, tapi kita masih melihat banyak orang yang tidak melaksanakan shalat fardhu, masih ada yang berjudi, masih ada yang tidak taat aturan dan berbagai perbuatan dosa lainnya. Siapakah yang bertanggung jawab terhadap hal ini ? tentu kita semua ikut bertanggung jawab sesuai dengan posisi dan kemampuan kita masing. Jika berbagai kemungkaran kita biarkan, biasa saja bencana dan musibah yang lebih besar terjadi lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
jika kelima poin tersebut dapat kita pegang teguh dalam kehidupan kita, bisa dipastikan tentunya dengan izin allah kita akan selamat dunia dan akherat.