Yatim Piatu di Saat Menikah
Ahad pagi saya terburu-buru pulang dari Padang menuju Padang Panjang. Pagi itu saya ada jadwal menyelenggarakan penikahan sepasang pengantin. Tepat jam 09.00 WIB saya sampai di Padang Panjang. Saya menyiapkan diri dan mengambil segala sesuatu yang akan dibawa untuk menghadiri acara pernikahan. Sebelum jam 10.00 WIB, saya konfirmasi kehadiran yang bersangkutan. Alhamdulillah mereka sudah menunggu di Masjid tempat pelaksanaan akad nikah. Saya pun segera berangkat ke sana.
Sesampai di tempat pelaksanaan akad nikah saya pun memeriksa kelengkapan pernikahan, seperti rukun nikah ; calon suami, calon isteri, wali dan saksi-saksi. Demikian jga dengan persyaratan administrasinya. Semua persyaratan telah lengkap dan saya tanyakan kepada keluarga calon isteri apakah pernikahan ini memakai acara seremonial. Ternyata memang ada sedikit acara. Tapi acaranya disederhanakan saja supaya jangan terlalu lama. Hanya ditambah baca al-Qur’an dan permohonan maaf kepada orang tua masing-masing calon pengantin.
Rupanya orang tua calon isteri sudah tidak ada lagi. Kedua orang yuanya sudah meninggal dunia. Bersalaman dan permohonan maaf ditujukan kepada keluarganya yang masih hidup yaitu kakak, mamak dan sanak familinya saja lagi. Sedangkan orang tua calon suaminya masih hidup keduanya.
Selesai bermaafan acara akad nikah dilangsungkan dengan khitmat, wali dan calon suami sudah lancar membacakan ijab dan qabulnya. Saksi-saksi meyatakan sah pembacaan ijab dan qabulnya. Dengan demikian sepasang pengantin yang tadinya berstatus calon suami dan calon isteri berubah menjadi suami dan isteri. Mereka sudah resmi menikah, dipundaknya masing-masing telah dibebankan kewajiban.
Ada suatu hal yang agak menimbulkan tanda tanya dalam pernikahan ini, wajah isteri tidak seperti biasanya. Seolah ada kesedihan di wajahnya. Tanda tanya ini baru terjawab setelah acara akad nikahnya. Salah seorang anggota keluarganya menyapa saya dan meminta kesediaan datang ke rumah untuk makan dan doa selamat karena pernikahan telah selesai.
Salah seorang anggota keluarga tersebut adalah mamaknya, yaitu adik dari ibunya. Ayah dari isteri yang sudah menikah ini sudah lama meninggal dunia. Ia dibesarkan oleh ibunya. Kemudian ibunya sakit keras. Mamaknya bercerita, kami sudah lama sekali merawatnya sakit tapi akhirnya meninggal dunia. Kami sudah berusaha mengobatinya sesuai dengan kemampuan kami, lanjutnya. Bahkan cukup besar biaya yang dikeluarkan untuk merawat dan mengobatinya.
Sementara dari hasil perbincangan saya dengan mamaknya, kehidupan mamaknya tidaklah termasuk kaya dan mampu. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya saja masih ada kesulitan, ditambah lagi harus membesarkan kemenakannya beberapa orang. Dahulu mamaknya tinggal di Kota Batam sebagai sopir dan sekarang pindah ke Peken Baru. Pendapatannya tidaklah banyak, hanya sekedar untuk bisa makan dan bersekolah bagi anak-anak dan kemenakannya. Saya sangat memahami kesulitan mamaknya dalam membesarkan kemenakannya sehingga tumbuh dewasa dan dapat menikah. Oleh sebab itu, saya hanya memberikan dukungan bahwa apa yang ia lakukan sangat mulia di sisi Allah.
Jadi kemekannya menikah dalam keadaan yatim piatu. Apabila ini terjadi pada diri kita dapat kita rasakan bahwa betapa berat menahan kesedihan di saat kita sedang bersuka cita. Kehadiran orang tua dalam momen pernikahan memiliki arti yang sangat penting. Menikah adalah sebuah peristiwa sejarah yang sangat menentukan dalam kehidupan banyak orang. Menikah dihadiri oleh banyak orang, sementara dikarenakan takdir, orang yang paling dekat dengan pengantin tidak dapat ,menghadirinya.
Di sisi lain, pengantin wanita yang baru menikah ini seharusnya berbahagia. Dia dapat menikah dengan pria yang dicintainya. Suami dan keluarga suaminya dapat melengkapi kekurangannya. Ibu dan ayah dari suaminya dapat menjadi orang tuanya. Sementara kita melihat masih banyak para wanita yang se-usia dengannya belum dapat jodoh atau belum juga menikah. Mereka masih jomblo dan tidak memiliki pasangan dan teman hidupnya.
Kita hanya menjalankan takdir yang telah ditetapkan Allah. Karena hidup. mati, jodoh dan rezeki adalah berdasarkan ketetapan Allah. Sebaik-baik kita adalah pandai dan arif dalam menjalani takdir ini. Keadaan yatim piatu tidak berayah dan beribu bukan kehendak kita. Jika kita ingin menjadi mukmin yang baik, bersyukurlah atas segala kelapangan dan bersabarlah atas segala kesulitan. Niscaya kita akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wahh ada momen bahagia dan menyedihkannya ya pak
iya buk, itulah yang namanya hidup, ada suka dan ada duka
Sukses pak salam literasi
mks, slam literasi