Jurtawani

Ibu dari tiga orang anak berprofesi sebagai guru kelas di MIN 6 Banda Aceh. Menulis adalah hobby yang dilakukan disela kesibukan sebagai pendidik sekaligu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kelinci yang Rakus

Di sebuah lahan yang sangat luas, hiduplah seorang petani. Lahan itu terletak di tengah hutan. Sang petani menggarap lahan tersebut dan menanami berbagai jenis tumbuhan.

Mulai dari sayuran dan beranekaragam palawija tumbuh subur di lahan tersebut. Sang petani begitu telaten merawat dan menjaga tanamannya dari gangguan hewan-hewan hutan.

Suatu hari, si petani merasa sangat lelah setelah menyiram tanaman wortel yang hampir bisa dipanen. Semalam ia kurang tidur, karena menjaga buah rambutan dari serangan para kelelawar.

"Aku ingin tidur sejenak, mataku tak bisa lagi diajak kompromi." gumam si petani.

Siang seperti ini, biasanya hewan-hewan yang suka merusak tanamannya tidak muncul. Akhirnya, sang petani tidur.

Kelinci yang dari tadi mengintip di balik semak-semak langsung memberitahukan teman-temannya.

"Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini," seru kelinci pada temannya.

"Iya, kita jarang sekali bisa menyicipi hasil kebun itu. Petani cukup ulet menjaganya," timpal kelinci lainnya.

"Kalian makan secukupnya saja, ya! Kalau sudah merasa kenyang, kita harus segera meninggalkan lahan. Kalian paham?" tukas salah satu ketua kelompok dari kelinci.

Para kelinci mengangguk mengiyakan perkataan ketuanya. Lahan petani siang itu diserbu oleh segerombolan kelinci hutan. Mereka memakan wortel yang siap dipanen dengan puas.

"Ayo bergegas! Sudah cukup makannya, nanti pemiliknya datang." Ketua kembali memberi aba-aba.

Semua kelinci bersiap-siap untuk pergi. Namun, salah satu dari mereka masih terus mengorek wortel dan mengunyah.

"Sudah cukup, ayo kita pergi!" kata kelinci pada temannya.

"Aku masih lapar, aku masih ingin makan." kelinci rakus terus saja makan.

"Lihat, petani datang. Nanti kamu bisa celaka," teriak temannya.

Rombongan kelinci berlari dan melompat pagar ketika melihat pemilik lahan datang. Sedangkan kelinci rakus masih saja mengunyah. Ia tidak sadar bahwa petani sudah begitu dekat dengannya.

Petani berang melihat kawanan kelinci memakan tanamannya. Ia mengambil potongan kayu untuk melempar kelinci-kelinci itu.

Saat terdengar lemparan, kelinci rakus tersadar. Ia harus segera lari, petani pasti murka dengannya. Perut kelinci rakus telah penuh, ia kesusahan berlari dengan perut buncitnya. Ia tertinggal jauh dengan teman-temannya.

Petani terus melemparnya dengan kayu. Ia tidak bisa berlari cepat, apalagi harus melompat pagar. Akhirnya, potongan kayu petani mengenai kakinya. Ia meringis kesakitan.

Bersyukur bisa terbebas dari amukan petani, walaupun kakinya terasa sangat sakit. Kelinci rakus berjalan pincang, ia ingin segera sampai di rumahnya.

Ketika memasuki pekarangan rumahnya, terdengar suara teriakan teman-temannya.

"Cepat lari, di belakangmu ada rubah," teriak salah satu kelinci.

Benar saja, seekor rubah berjalan ke arahnya. Kelinci rakus begitu ketakutan, ia ingin secepatnya berlari. Namun, kakinya pincang, perutnya buncit. Lengkap sudah penderitaan kelinci rakus.

Sambil terus menyeret kakinya yang pincang, akhirnya kelinci rakus sampai di ambang pintu rumah. Namun, nasib baik belum berpihak padanya. Perutnya yang buncit tidak muat pintu rumah, sedangkan rubah juga sudah berada tepat di belakangnya.

Kelinci lain yang di dalam rumah menarik kelinci rakus masuk ke dalam, rubah pun menarik ekor kelinci dari luar.

Tarik-menarik pun terjadi, kelinci rakus mengerang kesakitan. Akhirnya, karena tarikan dari teman-temannya lebih kuat, kelinci rakus tersentak ke dalam rumah. Namun, ekornya putus ditarik rubah.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah nasib kelinci rakus. Ia menyesali perbuatannya, seandainya ia mendengar nasihat sang ketua untuk makan secukupnya, tentu hal buruk ini tidak akan terjadi. Hampir saja ia menjadi mangsa rubah, kelinci rakus berterima kasih pada teman-temannya dan berjanji untuk tidak lagi rakus.

"...makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang yang berlebihan-lebihan." (Qs. Al-A'raf : 31)

Banda Aceh, 5 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post