Kaboelsiagian

Ada sebab mengapa kita mengenal seseorang itu dalam hidup kita. Sama ada kita perlu mengubah hidup dia atau dia mengubah hidup kita....

Selengkapnya
Navigasi Web
Panggilan Hati Jadi Guru (Paragraf #15)

Panggilan Hati Jadi Guru (Paragraf #15)

#TantanganGurusiana.id #30HariMenulisGurusiana.id #TantanganMenulisKe15#29/0 1/2020

Panggilan Hati Jadi Guru

Paragraf 15

"Bul, besok hari ke sebelas terakhir kamu di sini. Besok kita sama-sama pulang kampung. Masalah di rumah ini begitu banyak, dik. Sehingga begitu panjang untuk kakak jelaskan. Sebaiknya kamu mengerti, dan urungkan niat kamu untuk mencari pekerjaan. Atau kamu cari sendiri saja, Uda kita terlalu banyak masalahnya". Kak Imah menangis menjelaskan.

"Sebenarnya, waktu pertama kali saya sampai ke Medan ini. Rasanya ada yang aneh di pikiran saya. Sampai ke rumah Uda saja, saya selalu teringat dengan omak. Nggk tau kenapa, pikiran saya hendak pulang saja. Jujur saya selalu menangis yang tidak jelas alasannya. Di bilang cengeng saya tak cengeng, semenjak bersekolah di SMK saya biaya sendiri untuk bayar SPP. Hingga tamat SMK saya mandiri". Entahlah kak.

"Dik, segera kemasi barang-barang kamu. Besok pagi kita pulang kampung, tapi kalau kamu ingin bersikeras tinggal di sini, tak mengapa? Kamu bisa lihat sendiri masalah di rumah ini. Nanguda kita keracunan, ketika bekerja bareng dengan Uda di Perusahan PLN Pardede di Medan ini. Ketika ada persaingan hebat dengan rekan kerjanya. Akhirnya Uda di mutasi bagian instalasi lampu kerumah-rumah warga. Setelah sebelumnya ia Manager keuangan. Dengan terpaksa mereka mengundurkan diri, karena keduanya sakit-sakitan". Begitu saran Uda pada kakak.

Tanpa pikir panjang, ku bereskan semua pakaian dan perlengkapan lainnya. Sesuai saran kak Imah dalam waktu 15 menit sudah terkemas semua di dalam tas. Kak Imah bergegas mengumpulkan barang bawaannya, beberapa saat kemudian terkemas juga. Akhirnya persiapan pulang kampung sudah selesai.

Keesokan harinya, setelah sarapan pagi kak Imah menelfon uda Sya'ban yang masih di rumah sakit. Ingin pamitan lewat telfon, bahwa pagi ini kami akan berangkat pulang kampung. Meski dengan isak tangis kak Imah tetap sabar dan kuat, ia sangat mengerti kondisi keluarga, terpaksa ia kehilangan pekerjaannya, walaupun asisten rumah tangga ia bersyukur dapat pekerjaan.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Panggilan mengajar dari hatiMembuat peserta didik jadi mandiri

29 Jan
Balas

Terimakasih bunda

29 Jan



search

New Post