Syaiful Rahman

Syaiful Rahman dapat dihubungi melalui [email protected] atau 081915522463....

Selengkapnya
Navigasi Web
SERIBU IMPIAN, SATU KENYATAAN

SERIBU IMPIAN, SATU KENYATAAN

Saya tidak pernah tahu persis apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi, sejak dulu, saya selalu memiliki banyak impian. Saking banyaknya, teman-teman dekat menganggap impian-impian saya banyak yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin, satu orang mampu meraih impian yang begitu banyak dalam waktu singkat?

Keraguan teman-teman sebenarnya tidak salah. Sebab dari banyak impian yang selalu menyembul di kepala, sangat sedikit yang menjadi kenyataan. Selebihnya hanya menjadi kisah-kisah perbincangan belaka.

Namun, saya tidak merasa kecewa atau depresi bila impian saya gagal jadi kenyataan. Justru saya semakin bersemangat untuk membangun impian-impian yang baru. Kenapa begitu?

Menurut saya, mempunyai impian itu sangat mudah dan murah. Bahkan gratis. Tidak usah membeli. Akan tetapi, dampaknya sangat luar biasa bagi kehidupan seseorang.

Tanpa impian, seseorang akan lemah dan hampa. Dengan impian, seseorang akan lebih bersemangat, lebih bergairah, dan hidupnya akan lebih berwarna.

Orang yang tidak memiliki impian, ketika bangun tidur, dia tidak tahu akan melakukan apa. Mungkin hanya rutinitas biasa yang dilakukan. Misalnya mandi atau tidur lagi.

Berbeda dengan orang yang memiliki impian. Ketika matanya terbuka, otaknya akan segera bergerak. Dia akan segera terkoneksi pada impian-impian yang sudah pernah dirancang. Selanjutnya, dia akan mulai bergerak untuk meraih impiannya setahap demi setahap.

Itulah alasan pertama kenapa saya suka mempunyai impian.

Saya juga percaya bahwa tidak tercapainya sebuah impian akan mengajarkan sesuatu yang berharga. Pertama, itu akan mengajarkan dan menyadarkan saya bahwa manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun kecuali atas izin Allah. Kedua, tak ada jalan instan untuk meraih sebuah kesuksesan. Ketiga, kesuksesan itu sebenarnya tumpukan dari banyak kegagalan.

Dengan menyadari itu, saya tidak perlu merasa kecewa atau depresi bila impian saya gagal jadi kenyataan. Setidaknya, saya sudah pernah berusaha, berubah, dan melangkah. Setidaknya, saya sudah berpindah dan tidak stagnan di satu tempat. Bukankah hakikat makhluk adalah berubah? Kalau makhluk tidak mau berubah, bisakah dia mengingkari hakikatnya?

Namun, lucunya, hal-hal yang menjadi kenyataan dalam hidup saya ini adalah banyak yang dahulu dianggap tidak masuk akal. Dulu dianggap mustahil.

Akhirnya saya percaya bahwa selama kita tidak mampu menunjukkan keberhasilan jalan hidup yang kita pilih, kita akan selalu dianggap bodoh dan salah oleh orang lain. Tapi, kalau kita sudah berhasil dengan jalan pilihan kita sendiri, baru orang lain akan mengakui bahwa jalan pilihan kita adalah jalan yang baik dan benar.

Surabaya, 19 Januari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post