Sore tadi saya menyusuri Surabaya timur. Gerimis dengan ragu-ragu membasahi bumi. Jalanan masih digenangi sisa-sisa air hujan.

Ternyata di Surabaya timur, daerah Rungkut, terdapat banyak tambak. Banyak tanah kosong dengan plang bertuliskan keterangan bahwa tanah itu milik sebuah PT.

Di sepanjang jalan, di sisi kanan dan kiri, banyak tempat las dan usaha-usaha besi serta sampah.

Yang mengejutkan saya adalah jalan yang harus saya lalui. Jalannya belum diaspal atau dipaving. Masih berupa tanah biasa yang licin dan bergelombang. Pada setiap cekungan tanah itu menggenang air sisa hujan.

Yang lebih menantang lagi adalah sebagian dari jalan itu tidak dipasang lampu. Beruntungnya, saya memutuskan untuk kembali sebelum gelap benar-benar merampas senja.

Bagi saya, itu adalah pengalaman yang mencengangkan. Sebab selama tujuh tahun hidup di Surabaya, saya lebih banyak menghabiskan hari-hari di pusat kota. Jadi, tidak pernah tahu kalau di pinggiran kota metropolitan ini masih ada yang compang-camping.

Barangkali ke depan pembangunan Surabaya timur ini memang perlu diperhatikan lagi. Setidaknya fasilitas transportasinya harus benar-benar diperbaiki. Jangan sampai terjadi ketimpangan pembangunan.

Surabaya, 8 Januari 2021