kamilah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BERBOHONG SEKARANG MENYESAL KEMUDIAN

BERBOHONG SEKARANG MENYESAL KEMUDIAN

Beberapa hari yang lalu saat saya harus istirahat panjang di rumah pasca operasi kista ovarium banyak yang saya amati dari cara ibu-ibu tetangga rumah dalam mengasuh anak-anak balitanya dan ini membuat saya jadi geleng-geleng kepala sambil berfikir keras bagaimana cara mengedukasi ibu-ibu muda itu.

Saya tinggal di tengah-tengah kota besar yang kontras, radius 500 meter adalah perumahan elit yang sangat terkenal di Jakarta Selatan. Sementara berdampingan dengannya adalah tempat saya tinggal berupa gang kecil yang penuh sesak dengan bermacam pendatang dan kelas sosial menengah bawah. Hari-hari istirahat saya dari mengajar mengharuskan saya untuk interaksi dengan banyak tetangga yang mempunyai anak balita. Dari sana pula saya tau rutinitas mereka tiap pagi. Melepas suami nya berangkat kerja, berkumpul di tukang sayuran, menyuapi anak balita nya di pinggir gang lalu ngobrol-ngobrol sampai siang. Menarik sih karena saya banyak kehilangan moment kumpul dengan tetangga karena tiap hari harus berangkat pagi-pagi ke sekolah untuk mengajar dan kembali ke rumah saat hampir sore. Begitu pula saat libur, ada saja acara keluar atau seperti biasa nongkrong di sekolah.

Suatu hari saat duduk-duduk usai makan siang terdengar teriakan dari ibu-ibu muda yang duduk di depan rumah saya sambil menemani anak-anak mereka main, “dek..jangan ke sana dek ada ondel-ondel lhoo” atau “iiihh..jangan duduk disitu dek awas nanti ada kecoak lhoo”. Kontan saja anak umur 2 dan 3 tahunan itu lari mendekat ke ibunya. Tapi kenapa sih harus berbohong bunda ?

Hanya karena malas mengikuti mereka berlarian kesana sini atau takut obrolan yang tengah asyik tiba-tiba terputus karena harus mengawasi anak-anak bermain maka bunda lantas berbohong pada anak. Padahal jika disadari kebohongan tersebut dapat menyebabkan anak jadi penakut dan yang lebih fatal anak tidak punya kepercayaan diri karena selalu ditakut-takuti oleh ibu nya. Bukankah akan merepotkan bunda juga jika anak jadi penakut dan tidak percaya diri?

Sebagai guru di taman kanak-kanak saya sering kali menjumpai anak-anak di kelas yang percaya diri nya rendah dan bahkan tak punya inisiatif untuk bertindak dan jika ditelusuri penyebabnya sepele yaitu karena orang tua nya selalu memaksakan anak sesuai instruksi mereka. Beberapa orang tua kaget ketika dalam suatu moment konsultasi kami menanyakan beberapa hal yang dilakukan orang tua sehubungan dengan perilaku anak di sekolah. Hal-hal sepele inilah yang justru akan berakibat buruk dikemudian hari.

Ada beberapa ibu-ibu muda yang minim pengetahuan tentang parenting atau bagaimana mengasuh anak dengan baik. Tapi di era teknologi yang semakin canggih ini rasa nya kok aneh jika tak memanfaatkan teknologi dengan baik untuk hal-hal yang bermanfaat. Sebut saja handphone, hampir semua dari kita pasti memiliki handphone. Apalagi saat ini handphone yang kita milikipun sudah smart dan tentunya terdapat banyak aplikasi sosial media seperti facebook dan semacamnya. Nah sarana itulah yang seharusnya digunakan untuk mencari informasi yang seluas-luasnya tentang pengasuhan anak. Jadi cara mengasuh bukan hanya didapat dari ilmu turun temurun tapi bagaimana dampak ke depannya.

Saya pernah mempunyai murid yang cukup pandai di sekolah. Dapat membaca lancar sebelum usia 5 tahun, menulis kalimat dengan baik dan dapat menuangkan imajinasi nya melalui gambar. Namun sayang dia tak pernah berani tampil dimuka kelas meski hanya sekedar bersyair atau bercerita tentang pengalaman singkatnya bahkan di dalam kelas selalu menunggu perintah atau instruksi dari saya sebagai guru nya. Ini sangat disayangkan bukan? Ternyata setelah ditelusuri penyebabnya adalah pengasuhan yang terlalu dibatasi tak boleh ini tak boleh itu harus begini dan harus begitu. Setelah 5 bulan ke depan melalui beberapa motivasi dan bimbingan perlahan-lahan dia mulai menunjukkan rasa percaya diri nya yang tinggi. Beberapa prestasi pun tanpa disangka mulai disabet satu persatu.

Inilah bunda...betapa pentingnya pengasuhan yang baik dan benar. Bukan hanya karena tak mau capek dan tak mau mengorbankan sedikit kesenangan kita hingga anak menjadi korban.

Katakan pada anak alasannya jika kita menghendaki sesuatu yang harus dikerjakan oleh anak. Buat perjanjian sebelum bermain, jangan hanya menuntut anak menepati janji itu tapi kita juga. Tegas terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama, jangan hari ini bilang A dan besok B. Maafkan jika anak berbuat salah tapi dia juga harus bertanggung jawab terhadap kesalahan tersebut dan yang paling penting adalah perhatian penuh dari kita sebagai orang tua meski sesibuk apapun,

Semoga menjadi inspirasi, Wallohu ‘alam .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya setuju sekali dengan kalimat terakhir bunda, "Paling penting adalah perhatian penuh dari kita sebagai orang tua meski sesibuk apapun."

14 Jun
Balas

Betul bu, yang paling sulit adalah mengedukasi orangtuanya. Tantangan bagi kami guru-guru TK selain mendidik putra-putrinya.

14 Jun
Balas

Betul bu. Jangan ditakut-takuti.

14 Jun
Balas

Good

14 Jun
Balas



search

New Post