#TantanganGurusiana_365

#HariKe_233

Dalam tradisi pernikahan dengan adat Mbojo (Bima, NTB) memiliki aturan tersendiri. Aturan tersebut harus dipatuhi agar bisa berjalan lancar. Jika aturan itu tidak dijalankan dengan urutan yang benar bisa berakibat gagal atau tertundanya sebuah prosesi pernikahan.

Tulisan hari ini akan mengangkat sebuah prosesi yang dilaksanakan sebelum akad nikah, yaitu:

7. Peta Kapanca (menempel inai/daun pacar)

Kapanca, atau peta Kapanca, biasanya diadakan pada malam hari menjelang akad nikah, keesokan harinya. Acara peta kapanca ini dilaksanakan di rumah calon mempelai wanita. Pengantin perempuan sebelum dibawa ke paruga, tempat berlangsungnya acara, didandan secantik mungkin oleh inang pengasuh (penata rias). Pengantin wanita dibawa ke tempat acara duduk diatas kursi yang dijunjung oleh dua orang pria dan diiringi lantunan dzikir syair lagu bahasa arab khas rebana.

Paruga atau tempat dilaksanakan upacar adat ini dihias sedemikian rupa. Yang tidak kalah penting dari hiasan yang ada ialah bunga telur. Telur-telur yang sudah dihias warna-warni dan bertuliskan Asmaul Husna ini akan dibagikan kepada ibu-ibu yang masih memiliki anak gadis. Harapannya, mudah-mudahan anak gadisnya akan segera menyusul sang pengantin mendapatkan jodoh dan mengakhiri masa lajangnya.

Sebelum acara lumuran daun pacar pada kaki dan telapak pada pengantin wanita diawali acara sangongo atau mandi uap dengan bunga-bunga, acara boho oi mbaru atau siraman. Boho Oi mbaru dilakukan Inang Pengasuh Pengantin sebelum pengantin wanita di rias dan dibawah singgasana Ratu semalam. (http://ronamase.blogspot.com/2012/10/sinopsis-acara-kapanca-tradisi.html?m=1)

Sepanjang acara peta kapanca, kaum bapak melantunkan syair-syair dan dzikir yang diiringi rebana. Itulah sebabnya kapanca disebut dzikir kapanca atau peta kapanca. Syair dzikir kapanca bernuansa Islam yang liriknya mengandung pujian kepada Allah SWT dan Rasul. Menjelang akhir dari syair dan dzikir, satu persatu kaum bapak menaiki panggung dan menempelkan inai di telapak tangan sang pengantin dan anak gadis lainn yang ikut dirias bersamanya. Acara ini biasanya berlangsung sampai tengah malam dan diakhiri dengan doa.

Makna yang terkandung kapanca. Kapanca merupakan peringatan bagi calon pengantin wanita bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi akan melakukan tugas dan fungsi sebagai ibu rumah tangga atau istri. Disamping itu, Kapanca dimaksudkan untuk memberi contoh kepada para gadis lainnya agar mengikuti jejak calon penganten wanita yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ratu yang akan mengakhiri masa lajangnya sehingga mereka dapat mengambil hikmah. Upacara ini telah lama menjadi dambaan ibu-ibu dalam masyarakat Bima. Karena mereka juga mengharapkan putri-putrinya segera melewati upacara yang sama dalam menandai hari bahagia mereka. [*]

****

Dana Mbojo, 5 September 2020

Salam literasi