kartijan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Istri Setengah Hari

Istri Setengah Hari

Istri Setengah Hari

Pagi buta, masih remang-remang suasana saat kubangunkan istriku.

“Uhg…uhg…”, bunyi batuknya mulai kudengar. Tanda dia merespon tanganku yang memegangi pundaknya lembut. Perlahan dia bangkit dan tak lupa memberikan senyum terindahnya di awal pagi ini...

Ya! Istriku selalu tersenyum lembut... tak pernah sedikitpun dia mengeluh... bahkan aku tak tahu bagaimana cara untuk tahu kalau hatinya sedang kecewa. Matahari mulai bergeser. Setelah menyediakan sarapan pagi, tahu kalau aku siap berangkat, dia nyamperin seraya berkata

“Hati-hati sayang , sudah diminum belum?”,Tanya istriku sambil menahan batuknya yang ketiga kalinya kudengar.

Beberapa hari ini dia memang flu berat. Batuk, demam dan sakit kepala. Obat dari apotek pun sudah siap di meja jika sewaktu-waktu akan diminum.

Dia istri yang sangat taat. Susah digambarkan untuk memuji isteriku ini. Tak lama kemudian, dia bawa sepatuku menghampiriku,

“Yang, kalau batukku sudah agak enakan, entar aku mau cari kacamata buat jalan ya,” tiba-tiba dia berucap.

“Di mana?” tanyaku

“di PTC”, jawabnya dengan bersuara agak serak.

PTC itu nama salah satu tempat belanja di kotaku.

“Ok, kalau belum sehat jangan dipaksain”,sahutku sambil jalan.

Aku terbilang suami yang jarang bisa berlama-lama bercengkerama dengan anak istriku. Satu jam dalam satu hari bertemu itu sudah tergolong hal yang langka. Pekerjaanku yang serabutan menyebabkan jarangnya bersama berlama-lama dengan istriku. Tapi begitu bertemu…hmmm, rasa kangen ini makin besar. Apalagi kehadiran anak ketigaku makin menambah ramainya suasana di rumah saat kami berkumpul bercengkerama.

Tapi, hari ini berasa beda.

Sekira pukul 13.00 istriku telpon aku, mengabari kalau siang ini dia jadi mencari kacamata jalan di toko langganannya itu di PTC.

Kupikir, hari ini kan jadwalku mengajar di kampus sedang off karena dipakai UTS. Lebih baik kususul istriku ke toko kacamata. Tepat pukul 13.25 aku sampai di sekitar pertokoan itu. Lalu, Ku WA istriku, kuajak makan siang lebih dulu sebelum membeli kacamata. ”Yang, kita jarang ya, makan siang bersama seperti ini”, lirihnya sambil memeluk lenganku.

“Iya, makanya tadi aku gak berpikir panjang langsung menyusul kamu ke sini, sayang..." jawabku

Selesai makan siang, kuajak istriku menuruni dua eskalator lagi untuk mencari keperluannya.

Setelah pilih sana-sini, cari yang pas mata, pas harga, akhirnya dapatlah sebuah kacamata jalan yang diinginkan olehnya. Senang sekali hati ini bisa mendampingi isteriku berbelanja, walau cuma memilihkan kacamata jalan.

“Uhg…uhg…”, batuknya keluar lagi.

“Itu efek santan soto betawi tadi”, sambungku.

“Uhg…uhg…iyaa, tapi aku seneng hari ini bisa berlama-lama begini” bisik isteriku

“Hmmm, iya ya, jarang sekali kita bisa jalan bareng.” lanjutku

Kami sempat cari tempat untuk shalat ashar di pojok toko ini, ternyata disediakan musholla kecil yang cukup buat shalat berjamaah.

Kami akhirnya turun satu tangga lagi untuk sampai ke lantai paling bawah.

Tiba-tiba aku ditawari oleh istriku ,”Tuh, katanya kemarin mau urut, mumpung ada nih, sekalian”, katanya

Rupanya di lantai paling bawah ini ada jasa urut di tempat terbuka, sepertinya boleh dicoba.

“Boleh... boleh”, kataku sambil mendekat ke salah satu kursi yang kosong. Akhirnya aku terlena dalam sentuhan tangan jasa pijat profesional. Kulihat istriku dengan setia mendampingiku, walau kondisi tubuhnya belum benar-benar fit.

“Ufh…ternyata uwenak tenaan…”

Sudah beberapa hari ini badan berasa ngilu-ngilu, mungkin effek bangun malam setelah pulang dari pelatihan literasi seminggu yang lalu memang belum pernah kosong setiap malam aku sempatkan sehalaman dua halaman menulis buku.

Pijitan hari ini benar-benar terasa enak. Satu jam aku dimanjakan oleh tukang pijit profesional.

Sambil menikmati pijatan, kuhitung dari pukul 13.25 sampai sekarang sudah hampir 3 jam aku bersama istriku.

“Yang kamu ngantuk?, tanyaku.

“Enggak, nyantai aja,”Jawab istriku.

Selepas pukul 16.00 kami bergegas pulang. Sampai di rumah, sudah menjelang adzan maghrib. Macet di jalan membuat perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh 1 jam menjadi 2 jam.

Hari ini merupakan hari terlama kami bersenang-senang berdua tanpa ada anak-anakku.

Lebih senang lagi, hari ini lebih dari 9 jam aku cuma berdua-duaan dengan istriku sebab anak-anak masih berlibur di tempat kos anak yang paling tua di Bogor. Katanya malam ini mereka pulang,

Sesampai di rumah kacamata itu kupasangkan di wajahnya, kupandangi…hmmm, “tambah cantik ya,”,kataku memuji.

Istri Setengah Hari…..

Literasi sambil mengantuk,pukul 03.36

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post