Sejak awal pelatihan sudah banyak puji2an terhadap pelatihan Literasi ini. Tapi ada yg terlewat yaitu memuji teman.

Saya punya tiga sahabat baru mampu menginspirasi batinku yg sama-sama galau karena jenis pelatihan ini tergolong baru khususnya buat pemula seperti kami berempat.

'Cengoh' mungkin kata yg tepat kalau kita menatap wajah2 pemula.

Tapi gigihnya antar teman memberi support akhirnya ke'cengoh'an itu segera sirna.

"Pa, gemana nih, saya msh bingung belum tahu apa yg hrs saya perbuat", bisik salah satu teman pada hari pertama di meja makan.

"An," begitu saya memanggil Ani teman saya, "tak perlu galau, pakai jurus kelinci di kandang singa", kataku menghibur.

"Gemana Pa, singanya aja saya blm kenal"

Saya ingat cerita Kelinci di Kandang Singa yg blm sempat kubaca tuntas tapi kira2 kesimpulannya begini.

Ketika seekor kelinci masuk ke kandang singa dan hampir diterkam, tiba2 kelinci ingat di pojok sana msh menyimpan beberapa wortel makanan kesukaannya.

Woter lalu ditata pucuk daunnya dibuat seperti kepala binatang kecil. Batangnya disusun seperti tubuh hewan kecil. Bagian ujung wortel disusun menjadi kaki dan ekor.

Sederhana, kecil, tetapi dngn penuh keyakinan 'binatang-binatangan' itu pelan-pelan disodorkan mendekati singa. Prinsip singa kan bukan besarnya yg penting berupa hewan biar kecil jg disantap.

Kembali ke Ani dan Lisa temanku yg tadinya galau, setelah kucerita panjang lebar akhirnya tumbuh semangat timbul ide baru.

"Pa, apapun yg terjadi saya akan menulis cerita pendek yg pasti panitia senang membacanya"

"Apa judulnya?",tanya saya.

"Kelinci di Kandang Singa", tangkas sekali Ani menjawab.

"LIsa?",kutanya Lisa.

"Kelinci di Kandang Singa".

Wah, gemana dengan kawan yg satu lagi.

"Ela gmn judulmu nanti".

"Tenang pak, saya mah beda dngn mereka"

"Apa ?",tanyaku.

"Kelinci Putih di Kandang Singa!"