CERIWIS
Tantangan menulis hari ke-13 Dalam pergaulan manusia akan terbangun dengan sendirinya sebuah kelompok. Besar kecilnya kelompok tersebut tergantung pada kesepakatan anggota di dalamnya. Jika kelompok tersebut membesar, artinya ada kepentingan bersama yang diusung. Namun tak jarang kelompok itu tetap kecil karena hanya keterpautan hati dan intensitas pertemuannya tinggi. Kelompok yang semakin besar pada akhirnya menumbuhkan kesadaran untuk membuat aturan yang mengikat anggotanya. Sementara kelompok yang tetap kecil hanya terbentuk karena bertemunya diantara mereka hati dan tidak membutuhkan aturan apapun untuk mengikatnya. Fenomena kelompok kecil ini sering kita jumpai di setiap kondisi. Terbangunnya rasa empati sesama, perasaan senasib meskipun dari latar belakang yang berbeda, dan mempunyai "ideologi" yang tidak berbeda. Inklusif ? Atau sebaliknya eksklusif? Kelompok ini bisa saja inklusif manakala hubungan sosial yang dibangun tidak ingin menunjukkan eksistensi yang ekstrim. Artinya, kelompok yang mereka bangun hanya sekedar persahabatan belaka. Tidak menunjukkan keegoisan kelompok bahkan tidak merendahkan orang-orang di luar kelompok mereka. Keterbukaan dalam pergaulan dengan orang-orang di luar lingkaran mereka tetap terjaga dengan baik bahkan menularkan aura positif. Kelompok ini bisa menjadi eksklusif jika model hubungan yang mereka bangun lebih bertujuan menunjukkan eksistensi, perbedaan gaya hidup dan egosentris yang tinggi. Apapun tingkah laku yang mereka lakukan ingin menunjukkan "siapa gue". Persetan dengan perasaan orang-orang disekitarnya. Paling utama adalah kepentingan kelompok mereka. Baik buruk nomor 999. Bah, lebay kali! Keduanya bisa saja tumbuh pada masyarakat yang sama. Bisa di ruang-ruang kantor, kalangan mahasiswa, pelajar, majelis taklim bahkan partai politik dan sebagainya. Benturan pastilah terjadi jika kedua kelompok ini memiliki tujuan yang sama. Kompetisi dibarengi sikutan halus atau kasar menjadi pemandangan lumrah. Biasanya lebih sering di partai atau lembaga politik nih! Eksistensi kelompok ini pastilah bisa bubar dengan sendirinya. Hilang dengan berbagai alasan. Anggotanya yang meninggal, pindah tugas, pensiun atau mempunyai kesibukan baru. Tetapi bubarnya kelompok ini tidak serta merta menghilangkan eksistensi anggotanya. "Loh menulis panjang lebar begitu apa kaitannya dengan judulnya, abi?" Ada yang "nyentil" di belakang sambil ngintip oret-oretan ringan ini. Mari kita ambil nilai positifnya. Bukankah selalu memandang positif akan menghasilkan kebaikan. Tetapi jangan salah juga, positif negatif jika dipertemukan akan menghasilkan kebaikan juga. Listrik contohnya. Pasangan hidup contoh lainnya. Sisi positif jika kelompok ini sepenuhnya menyadari bahwa ada kebermanfaatan yang dapat dilakukan oleh mereka demi kepentingan yang lebih besar. Pastilah akan ada pergolakan batin di dalamnya. Tidak usahlah membahas sisi negatifnya karena harus dibiasakan mengembangkan nilai kepositifan dalam lingkungan sosial. Pengalaman empiris inilah yang saya rasakan saat periode awal menjadi honorer di sebuah sekolah negeri di Jakarta. Kami para guru honorer sering "kongkow" bareng membicarakan masa depan. Peran kami dalam memajukan sekolah. Bertukar pikiran dalam banyak hal, sebagian sudah berkeluarga sebagian lagi sedang merintisnya. Keluh kesah kami sampaikan di antara kami saja, karena pantang untuk diumbar. Tetap menjaga hubungan baik dengan kolega lainnya karena memang kami berprinsip ini dunia kerja yang di dalamnya ada nilai-nilai sosial yang harus dijaga keharmonisannya. Kolega kami menyebutnya dengan kelompok ceriwis. Ya, sebagian kami ada beberapa guru wanita dan masih muda yang "nyablak" dan sering bersenda gurau. Jadilah sebutan ceriwis melekat pada kami.
Kini, kelompok kami sudah banyak berpencar. Ada yang mengabdi di SMK, pindah wilayah dan empat sekawan masih di sekolah lama, SMAN 74 Jakarta. Bisa jadi tahun depan pun kami berpindah tugas. Tak ada yang tahu. Sesekali tetap bertemu muka, bincang-bincang ringan soal profesi atau yang lainnya. Apa kabar CERIWIS?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar