Kasman Samin Kamsurya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Implementasi Kurikulum Merdeka Dan Tantangan Abad 21

Implementasi Kurikulum Merdeka Dan Tantangan Abad 21

Implementasi Kurikulum Merdeka Dan Tantangan Abad 21

Munculnya Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang lahir sebagai respon atas persoalan krisis akut pembelajaran yang terjadi akibat pandemi Covid-19 beberapa tahun belakangan ini. Di moment yang sama, Kurikulum Merdeka digadang - gadang dapat menjadi solusi dalam membangun pendidikan sekaligus mampu menjawab tantangan abad ini.

Beragam permasalahan yang menyelubungi dunia pendidikan di Indonesia di beberapa dekade, coba diatasi dengan beragam perubahan dan gerakan kemerdekaan belajar yang digagas dengan semboyan Kurikulum Merdeka. Pendidikan yang lebih berpusat pada murid serta mengedepankan kedalaman bernalar murid. Pertanyaanya dapatkah implementasi Kurikulum merdeka menjadi solusi dari permasalahan pelik kemerosotan kualitas Pembelajaran dan karakter murid saat ini?

Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, ada tiga nilai utama yang menjadi keunggulan Kurikulum Merdeka.

Kesatu, lebih sederhana, fleksibel dan mendalam, serta fokus pada pendalaman materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik yang lebih bermakna, mendalam, dan menyenangkan.

Kedua, kemerdekaan guru dalam mengajar sesuai tahap pencapaian dan perkembangan murid, serta adanya kewenangan sekolah dalam mengembangkan dan mengelola kurikulum sesuai karakter dan ciri satuan pendidikan dan murid – murid.

Ketiga, proses pembelajaran melalui kegiatan projek untuk mengembangkan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila melalui eksplorasi isu-isu aktual. Eksplorasi dalam bentuk proyek guna memberi ruang lebih luas bagi para murid untuk mengenali, memahami, dan mendalami isu-isu aktual dan faktual.

Tantangan Abad 21

Tiga nilai keunggulan Kurikulum Merdeka tersebut dapat menjadi pondasi utama untuk melahirkan generasi yang bercirikan profil pelajar Pancasila serta siap untuk menghadapi tantangan abad ini. Tentu kita memahami bersama bahwa tantangan pendidikan hari ini sejatinya bukan untuk saat ini saja, melainkan sebagai bekal murid-murid kita menghadapi tantangan global di masa depan.

Proses Pendidikan tak hanya cukup untuk membekali murid dengan seonggok pengetahuan serta keterampilan semata, namun proses Pendidikan saat ini diharapkan mampu membentuk karakter serta mental murid-murid kita agar kelak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, religius, berbudaya, berbhineka, serta visioner sekaligus mampu menghadapi derasnya arus perubahan jaman yang terjadi saat ini dan nanti.

Budi Ahmad (2020) mengatakan, ada dua dasar utama landasan berpikir dalam pembangunan pendidikan. Pertama, visi pendidikan Indonesia: mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya profil pelajar Pancasila. Kedua, ditinjau dari aspek tantangan pendidikan di masa depan, sejatinya guru harus dinilai lebih sebagai fasilitator ketimbang sumber pengetahuan dan ilmu satu-satunya. Karena proses pembelajaran harus memanfaatkan teknologi, dan tak lagi fokus pada kegiatan tatap muka semata (ditpsd.kemdikbud.go.id, 26/8/2021).

selanjutnya bagaimana sesungguhnya peta kondisi dunia pendidikan di Indonesia selama ini? Tentu, terlihat ada banyak sekali PR yang harus dikerjakan oleh semua pemangku kepentingan di bidang Pendidikan jika kita mengamati tantangan yang dihadapi dunia Pendidikan kita di masa depan. Maka dari sinilah, peran Kurikulum Merdeka hadir untuk memberi solusi.

SOLUSI

Sejauh mana Implementasi Kurikulum Merdeka mampu menjawab tantangan masa depan? Pertama, pembelajaran harus berfokus pada materi esensial, lebih menekankan kedalaman pemahaman dan soft skill ketimbang mengejar target tumpukan standar kompetensi yang sering memberatkan murid.

Ketika proses pembelajaran berfokus ke materi essensial, maka akan ada waktu untuk mengelaborasi hal-hal penting dan mendasar, yakni aspek literasi dan numerasi. Jika mengacu pada Skor PISA 2018 maka murid Indonesia yang berada di peringat 64 dari 74 negara (OECD) ini menjadi pukulan keras bagi dunia Pendidikan kita yang mau tidak mau harus membuat kita sadar betapa pentingnya membangun kematangan serta kemampuan literasi dan numerasi anak-anak Indonesia sebagai modal utama menghadapi tantangan global masa depan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

23 Sep
Balas

terimakasih pak, salam literasi

23 Sep

terimakasih pak, salam literasi

23 Sep

terimakasih pak, salam literasi .

23 Sep



search

New Post