Kasman Samin Kamsurya,S.Pd, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kampus Biru

Kampus Biru

Sejak awal perkuliahan semua berjalan biasa saja, tak ada yang terlihat istimewa bagiku. Ruang auditorium kampus penuh sesak, terdengar riuh suara canda teman-teman mahasiswa yang menunggu kehadiran Profesor Edi, yang juga sebagai Wakil Direktur Pascasarjana, guna memberikan materi tentang pengantar multikultural.

Aku mengambil studi magisterku dikampus "Biru" sebutan bagi kampus tempat kami menempuh pendidikan S2 yang sebagian ornamen gedungnya didominasi warna biru. "Hmm, rasanya seperti ada yang memperhatikan aku sejak tadi, tatapan mata itu sedikit membuatku kurang fokus pada narasumber di depan sana.

"Bro, tuh cewek melihatmu terus sih", kata Iwan sahabatku, saat rehat. "siapa yang melihatku wan? "tanyaku balik, sambil mengambil secangkir kopi yang telah di sediakan pihak kampus. "Tuh mas, ihat cewek itu, sambil menunjuk kearah perempuan berbaju coklat, "aku pun menoleh ke arah telunjuk Iwan, ternyata benar, ia melihat ke aku, namun buru-buru ia menundukan pandanganya, sepertinya ia malu bertatapan denganku.

Aku pun telah menghabiskan kopi dan hendak menuju ruang kuliah yang berseberangan dengan kantin.

Semua kursi tempat duduk mahasiswa diberi nomor urut, dengan cat warna putih hingga kelihatan dari jauh. Aku kebetulan menempati kursi nomor 32. Terdengar bunyi bel listrik pertanda dimulai kuliah lanjutan yang tadi sempat rehat. "Bro kita tukar tempat duduk ya?, pinta Iwan kepada saya, karena kursinya terlalu berdekatan dengan AC, hingga ia kedinginan sekali."Iya silahkan Wan, "jawabku"sambil melihat ke arah pintu samping.

Sesaat kemudian muncul Prof Edi dengan seorang mahasiswi yang kelihatan agak tergesah-gesah dibelakangnya, karena sudah terlambat. Semua kursi sudah terisi penuh, hanya kursi yang ada di sampingku, yang masih kosong, mungkin orangnya telah berganti tempat duduk.

Terlihat ia kebingungan mencari kursinya yang kini telah diduduki mahasiswa lain, sementara narasumber telah menjelaskan materi perkuliahan, akhirnya terlihat ia berjalan menuju kursi di sampingku yang masih lowong, karena memang hanya itulah kursi yang tersisa.

"Permisi mas, boleh aku duduk di kursi ini?, terdengar lembut suaranya, oh silahkan dik, "jawabku, sambil melihat ke wajahnya yang cantik. ia pun duduk, suasana terasa agak tegang sedikit. "Duhh, aku nerfous sekali. Suasana hening seketika, rasa deg-degan, entah apalagi, belum sempat keberanianku muncul, tiba-tiba, "maaf" boleh kenalan mas? terdengar lembut sapaan ringan di telingaku, "ehh" iya, hai,..ku jabat tangan mungil itu, aku Dino "jawabku, aku Zahra mas, "jawabnya pelan. Nama lengkapnya Zahra Almirah, asal dari daerah penghasil timah.

Suasana pun mulai cair, "bro, punya teman baru nih yee, "jadi lupa nih sama aku" terdengar celetuk dari Iwan, "hmm, baru aja aku punya teman, kamu udah cemberut aja wan, "jawabku. "Eh, Zahra, kenalkan ini Iwan, temanku. Akhirnya kami bertiga pun mulai asyik ngobrol pelan hingga tak terasa waktu kuliah pun selesai.

Saat keluar ruangan, aku kaget karena hp ku tidak ada di saku. "Wan, kamu lihat hp aku?, oh gak lihat tuh, "jawabnya, "coba tanya Zahra, mungkin ia melihatnya.

Kucoba menengok ke dalam ruangan, ternyata Zahra sedang berlari ke arah pintu, sepertinya ia membawa sesuatu, "mas Dino, hpnya ketinggalan ya, ini aku temukan di kursi. "iya benar, terimakasih, "jawabku, ini aku mau mengecek ke dalam, "bisa minta nomor hp kamu? "tanyaku, pada Zahra, "iya, boleh mas, nanti aku isikan di hp mas Dino aja ya, sambil ia mengetiknya, "ini mas, sudah kusimpan di hpnya tuh, "jawabnya.

Waktu pun berlalu, hingga akhirnya kami harus kembali ke daerah masing-masing, karena kami harus menyiapkan proses penelitian.

Aku bersama Iwan naik taksi menuju bandara, "bro, gimana kabar Zahra?, "tanya Iwan kepada saya, "kabar gimana Wan?

"tanyaku kembali. "Begini bro, kemarin saat pulang kuliah itu, Zahra menelpon aku, menanyakan tentang kamu, lalu saya cerita apa yang saya tahu saja tentang mas Dino."Sepertinya ia tertarik sama kamu mas, "kata Iwan.

Akhirnya Zahra menyampaikan bahwa ia ingin mengenal mas Dino lebih jauh, eh, saya bilang ke dia, telpon saja langsung ke kamu. Namun tiba-tiba hpku bergetar, tanda ada sms yang masuk, "Assallamuallaikum, mas Dino, mohon maaf kalau aku baru menyampaikan ini ke mas Dino, bahwa sejak melihat mas Dino di kampus itu, aku merasa ada sesuatu yang lain yang aku rasakan di hatiku, aku merasa gelisah tak menentu. Apakah mas punya rasa yang sama denganku?, jujur aja mas, aku merasa galau sekali saat ini, semoga mas gak marah dengan pengakuan saya ini, mungkin aku telah jatuh cinta kepada mas Dino ya. Harapku semoga mas Dino juga punya rasa yang sama denganku.!

Dari aku

Zahra Almirah.

Ku baca sms ini saat antrian menuju tangga pesawat, oh Zahra Almirah, aku juga punya rasa yang sama denganmu sayang, hatiku kini telah pergi bersamamu, harapku semoga kita bertemu kembali di kampus biru ini. ######

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post