Merasa Kehilangan

Kasnida

Setelah kelima anak anak Anis bersama Burhan tumbuh sebagian remaja. Si sulung namanya duduk di kelas V SD, anak kedua dan ketiga kelas 3 mereka berdua semenjak kelas 1 sama, kebetulan anak yang kedua pernah tinggal di kelas 1 karena kelalaiannya belajar, sebenarnya dia anak pintar, hanya saja lingkungan yang lebih dominan mendidik dia, membuat dia harus menerima takdirnya satu kelas dengan adiknya Ida, kemudian anak yang ke empat masih kelas 1 dan si bungsu usia 3 tahun.

Kesibukkan Anis merawat anak anaknya, tidak mengurangi perhatian dan hormatnya kepada Abi Burhan selaku mertua baginya, Bukan sekedar mertua, namun karena Abi Burhan adalah mamak bagi Anis. Di saat si bungsu masih butuh belaian kasih sayang ibunya, namun Anis harus membagi hatinya buat mamaknya, kebetulan Abi Burhan sakit dan di rawat di rumah sakit.

Saudara Burhan sebabnya banyak, namun mereka tidak mau dan bersedia mengantikan Anis menunggu ayahnya sakit di rumah sakit. Jikalau Pun ada, itu hanya sekedar membesuk.

Perasaan Anis dikala itu, harus siap berpisah dengan putrinya, demi merawat mamaknya yang tidak sadarkan diri di rumah sakit. Hanya doa yang bisa dikirimkan Abis dari kejauhan agar putrinya tidak rewel dan menerima ibunya tidak bersamanya.

Pengorbanan Anis, berakhir di saat mamaknya dipanggil oleh Allah. Allah lebih menyayangi Abi Burhan ketimbang Anis dan anak anaknya

Anis sungguh merasa kehilangan, mamak yang melindungi dia pergi dari kehidupan Anis selama lamanya.

Semenjak kepergian Abi Burhan, saat itu pula kebahagian Anis terancam kembali, baik dari pihak Anis sendiri maupun dari pihak Burhan.

Semenjak peristiwa itu, Anis semakin kehilangan keluarga, mulai dari ibunya, adik adiknya