Seusai melaksanakan fardukifayah meninggalnya saudara dekat rumah, aku langsung cabut dari pemakaman. Pulang , tidak lagi berlama-lama, karena ingin menikmati libur 1 Muharram yang merupakan tahun baru Islam.

Hari ini enaknya, apa ya ? Inginnya jalan-jalan, tapi ada rada malas atau lebih tepat ada rasa takut. Karena di kota ku sudah puluhan yang positif Covid. Dari pada mumet, bagusnya di rumah saja, baca buku atau baca tulisan teman di Gurusiana dan Kompasiana. Terakhir, dua media online itu menjadi favorit baru saya di dunia maya. Banyak pengetahuan dan informasi baru diperoleh. Apalagi kategori tulisannya pun bermacam dan gaya penulisannya sangat renyah.

****

Setelah beberapa jam berselancar di Gurusiana, aku beralih ke Kompasiana ingin membaca artikel yang bercerita tentang Gol A Gong penulis novel best seller, Balada Si Roy. Ternyata cukup banyak artikel menyorot penulis berlengan satu ini.

Ada artikel ditulis Irvan Sjafari,berjudul Fragmen Pandemi dalam " Orakadut Jadi Tokoh". Tulisan ini mengetengahkan hasil tulisan peserta kelas menulis yang diadakan Gol A Gong secara daring. Tulisan peserta ini dihimpun dalam sebuah antologi cerpen bertajuk Orakadut Jadi Tokoh.

Posma Siahaan, ( Kompasiana, 15 Juli 2018), tulisannya bercerita tentang Gol A Gong dengan proses kreatifnya. Kata Gol A Gong, tulis Posma, menulis novel, cerpen, skenario atau apapun tidak mungkin mengalir begitu saja. Harus ada tema yang bagus, tokoh yang dominan dan berkarakter, plot yang banyak dan latar belakang tempat yang unik.

Ketika menyinggung adanya keluhan seorang penulis pemula kepada Gol A Gong, yang katanya sudah enam jam di depan komputer tidak tahu menulis apa - apa. Gola A Gong menanyakan apa " bible " nya dalam menulis. Justru si penanya bilang tak ada.

Yang dimaksud " bible" oleh penulis yang telah merilis 125 buku ini adalah semacam buku panduan bagi si penulisketika ide lagi mentok . Panduan inilah sebagai kompasnya dalam menulis.

Di artikel lain, ada pula pengalaman Puja Mandela ketika berburu Gol A Hong.Tulisan ini sangat cair dan penuh guyon. Puja bercerita bagaimana dia mengejar penggiat literasi itu yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Tulisan para kompasianer yang bercerita Gol A Gong sangat bermutu. Gaya dan plot cerita yang mereka bangun penuh dengan gaya jurnalistik, bisa dijadikan pedoman bagi penulis pemula untuk memperkaya gaya dan gerak lincah dalam menulis. Tentunya jangan lupa dengan gaya dan khas diri sendiri.

Berlibur bersama Gol A Gong hari ini ternyata sangat mengesankan walau lewat dunia maya.]