Kas Pani

Ternyata waktu begitu cepat berlalu, lari bagaikan kilat. Kalau dari dulu aku tahu seperti itu, tentu tiada kesia-siaan dilakukan. Kas Pani, pengawas sekolah SM...

Selengkapnya
Navigasi Web
Disiplin Sekolah,  untuk Apa ? Opini Seorang Siswa

Disiplin Sekolah, untuk Apa ? Opini Seorang Siswa

Kini lagi ramai reaksi netizen terhadap opini seorang siswa yang baru saja lulus SMK yang tulisannya dimuat di media online, Omong-Omong.com, media yang digawangi oleh Okky Madasari.

Berawal dari tulisannya, Sekolah dan Ilusi Kedisiplinan. Mohammad Rafi Azzamy nama sang penulis, menyampaikan pandangan kritisnya terhadap disiplin yang diterapkan di sekolah.

Katanya, disiplin di sekolah adalah sebuah ilusi. Rafi biasanya ia dipanggil mengakui, dia tidak menolak kedisiplinan, tapi Rafi menolak makna kedisiplinan versi sekolah.

Makna disiplin yang diemban sekolah, kata Rafi, " turutilah apa kata sekolah . "

Menurut Rafi, sebaik apapun seorang murid, bila ia tidak menuruti perkataan sekolah, anak itu tetap dianggap sebagai sebagai murid yang tidak disiplin. Maka katanya, sekolah wajib mendisiplinkan mereka, entah itu dalam bentuk macam hukuman atau tindakan lainnya. Sambil mengutip pendapat Faucault, itulah diberi nama Relasi Kuasa. Artinya, dimana pihak yang memiliki sedikit kuasa terpaksa tunduk pada mereka yang memiliki kuasa besar.

" Ketimpangan kuasa ini membuat murid terpaksa tunduk dengan doktrin sekolah, walaupun tidak jelas dasar intelektual dan dasar etisnya, yang biasanya untuk melanggengkan kepentingan sekolah, " tulisnya.

Sering kali kata Rafi, sekolah merasa memiliki kendali penuh atas muridnya semata-mata untuk menjaga nama baik sekolah. Karena itu, peraturan sekolah yang paling aneh sekalipun harus tetap dipatuhi oleh murid-murid.

Peraturan aneh yang disorot Rafi antara lain, hukuman atas keterlambatan kehadiran atau pengumpulan tugas, pelarangan memanjangkan rambut bagi murid laki-laki, serta pelarangan mewarnai rambut dan berhias. Ini katanya hanyalah sedikit dari begitu banyaknya peraturan yang sering kali mereduksi hak akademik dan kebebasan siswa dengan dalih kedisiplinan.

Sontak saja tulisan Rafi yang statusnya siswa ini geger, dan mendapat reaksi dari banyak pembaca di media sosial, khususnya di tweeter, media yang pertama kali menayangkan tulisan Rafi. Apalagi Okki Mandasary sempat mewawancarai Rafi dalam Omong-Omong Sepekan di medianya.

Di video itu, Rafi dengan blak-blakan menolak disiplin versi sekolah yang katanya cuma ilusi.

Di tweet balasan, BT berkomentar pada Rafi, " Anda tak menolak disiplin tapi menolak makna disiplin versi sekolah. Terus disiplin yang bagaimana yang Anda anut? "

Begitu pula Madev, " beropini apa aja bebas sih, tapi dari tulisan Forbes saja salah satu kunci sukses itu punya kedisiplinan. "

Sementara itu, Pritta Lora Damanik menjawab reaksi keras terhadap Rafi, " Heran deh kenapa pada reaktif dengan opini siswa? Perasaan, tulisannya bukan anti disiplin tetapi mengkritik sistem dan standar kedisiplinan yang dibangun sekolah. Justru dari sini kita perlu sadar bahwa siswa butuh konsep disiplin positif bukan menunggangi relasi kuasa. "

Begitu pula Okky Madasari, di tweetnya mempertanyakan, Disiplin untuk apa?

" Anak SMK penulis Omong-Omong ini mengemukakan pandangan kritisnya terhadap disiplin yang diterapkan di sekolah. Indonesia butuh bukan hanya anak pandai tetapi juga anak kritis dan kreatif. "

Terlepas dari polemik tersebut, sebagai bagian orang yang mendukung disiplin sekolah, wajah saya rasanya ditampar, dan mengangguk berkali-kali, sekaligus cemberut setelah membaca tulisan Rafi, antara percaya tidak.

Tapi, cemberut saya itu manis lho, karena ada kebanggaan seorang siswa sebagus itu idenya.

Saran saya, mari kita beri ruang kepada murid-murid untuk berpikir kritis dan inovatif, toh dalam strategi pembelajaran abad 21 daya kritis dan kreativitas siswa sangat dibutuhkan, dengan terus membimbing mereka agar tidak menggunakan nalar liar. ] 10/07/2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post