Bungsuku protes dengan mengambil sikap ngambek. Meringkukkan badan dalam posisi memeluk bantal dipembaringan.Adek : "tidak mau sekolah jika pulangnya malam."Bunda diam, sejenak berfikir bahwa ia memang benar. Belakangan memang selalu pulang malam. Sering kemacetan di musim penghujan yg melambatkan kenderaan di jalan. Kini juga karena kepadatan kegiatan.Hal itu tak bisa dihindar, beberapa hari belakangan jadwal padat. Beberapa minggu terlewat, ayah, bunda, mbak punya aktivitas yg menyita waktu hingga seharian. Berdampak padanya yg ikut rombongan jemputan pulang. Padahal adek sore mestinya sudah pulang.Dalam pengamatan, protes dan ungkapannya menunjukkan. Itu karena letih, atau ia tak menikmati apa yg dialami. Bisa pula ia tak tau dan faham apa yg sebenarnya terjadi. Lalu perlahan mencoba bertanya padanya,

Bunda : "Kenapa memangnya kalau pulang malam ?"Adek : "mengantuk dan tidurnya jadi berkurang." (dengan suara tinggi yg terendap karna wajah ditutupi)Bunda : "iya yaa. mau dipijit ?" (Ia menggeleng)

"bunda punya ide, bagaimana saat ada waktu adek tidur saja. Misalnya di mobil atau saat menunggu di sekolah." (Ia diam tak menjawab sepertinya berfikir)

"Sambil nunggu sebenarnya bisa loh kita melakukan banyak hal menyenangkan dan bermanfaat. Misalnya bawa dan baca buku, menggambar atau buat kreasi. Mencari aneka batu atau kayu disekitaran. Bisa juga mengobrol dgn orang dan teman.

(Ia menyingkirkan benda yg menutupi wajah, kini raut itu mulai cerah)"Adek tau nggk kenapa mbak, bunda dan ayah jadi telat menjemput." (Ia menggeleng, padahal sdh diberi tahu beberapa hari lalu) "mbak 4 hari ini seleksi pemilihan pengurus osis dan dilakukan pulang sekolah hingga jam 6 lewat, sebab mbak ingin belajar jadi pemimpin. Bunda harus matrikulasi dari jam 4.30 hingga 8.30 malam sebagai syarat nanti bisa ujian akhir masa jadi mahasiswa. Ayah harus kerja sampai jam 5 sore dan menjemput kalian melewati jalur macet hingga 1jam lebih baru tiba di sekolah. Seperti paham perlahan sibungsu menggerakkan badan turun dari pembaringan. Mengambil handuk digantungan menuju kamar mandi membasuh diri. *****Dipagi lainnya di minggu yg sama. Posisi meringkukkan badan dilakukan oleh si sulung. Saat disapa kenapa belom beranjak dari pembaringan, menjawab dalam tangisan. Bahwa ia kesal dengan hasil keputusan. Nyaris seminggu babak belur mengikuti prosesi seleksi pengurus osis, nyatanya ia dicalonkan pada posisi yg tak sesuai harapan. Padahal lebih tinggi dan bergengsi. Namun ia menolak karena merasa tak punya kemampuan. Capeknya berlipat ganda, merasa yg dituju jadi salah arah. Kecewa tak ada yg faham akan visinya, iapun menjadi hilang semangat bahkan tak ingin ke sekolah.Beugh.Selesai curhatan bunda sejenak berbagi memori masa SMA dan awal kuliah. Berkisah tentang sikap mengundurkan diri, juga belajar menahan sabar jika yang dicapai tak sesuai harapan. Kadang kala, mengikuti aliran diperlukan karena hulu bisa jadi memberikan hal lebih dari yang kita bayangkan. Karena kekuatan sebenar, tak ada yang tau batasnya kecuali yang Maha memberi kelebihan. Bersyukurlah, sambil terus belajar. Demikian sekilas hikmah yg bisa dibagikan.Walau masih dalam wajah muram, ia akhirnya bangkit dan bersiap siap membasuh diri untuk mengembalikan energi yang sempat hilang. Walau tampak telat dari waktu berangkat, anak-anak tetap bisa berwajah cerah menuju sekolah.Alhamdulillah. Sempatkan diri sejenak berdiskusi pada anak-anak setiap hari. Dengan hati lapang dan memberi dukungan.

bunda kembang