Menjadi bagian dari komunitas One Day One Juz (ODOJ) merupakan suatu keberuntungan untuk saya. Kurang lebih dua bulan yang lalu, sepuluh hari sebelum bulan Ramadhan, saya mengikuti grup WhatsApp ODOJ yang diprakarsai oleh Pak Akidin, M.Pd, guru matematika di MTs Negeri 2 Tangerang tempat kami bekerja.

Mungkin bagi sebagian orang sudah bertahun-tahun akrab dengan komunitas ini, namun saya sebagai newbi dengan kesibukan sebagai seorang ibu dengan dua putri kecil merupakan sebuah tantangan dan saya menyebutnya dengan sebuah keberuntungan. Lalu, apa saja keberuntungan yang saya rasakan?

Bermula dari komunitas inilah, saya mulai kembali menata waktu yang awalnya tak terarah. Sebagai seorang Ibu bekerja, saya belum bisa seimbang dalam memprioritaskan waktu. Sebelumnya, saya hanya sanggup tilawah satu lembar sehari, karena awalnya saya merasa cukup dengan target itu. Ketika saya saya ikut komunitas ODOJ, saya mulai membiasakan diri duduk lebih lama untuk tilawah, gampang-gampang susah melakukan pembiasaan ini. Mudahnya, jika anak anteng atau tidur, kita bisa bertilawah berlembar-lembar, namun jika anak rewel alamat sulit untuk memulainya dan mencapai target. Terseok-seok, itulah yang saya alami. Waktu seperti berlalu begitu cepat ketika kita belum melakukan tilawah harian satu juz.

"Bu, apakah sudah selesai tilawah hari ini?" chat dari Admin ODOJ

"Belum pak, baru setengah Juz," saya membalasnya.

"Ya sudah Bu, saya tunggu Ibu selesaikan tilawah hari ini."

"Baik Pak, terima kasih."

Begitulah, kadang ketika saya lalai, ada yang mengingatkan. Sebuah bentuk perhatian yang insyaallah untuk tujuan kebaikan jiwa karena Allah SWT.

Selama kurang lebih dua bulan ini, ada hal yang saya syukuri. Ketika anak saya yang berusia tiga tahun berkata, "Bunda mau mengaji, ya? Najma juga mau mengaji!"

Padahal hari itu saya berhalangan (haid) sehingga saya tidak melakukan kebiasaan tilawah selepas subuh. Anak saya ternyata menikmati ritme bundanya yang sebelumnya agak susah untuk duduk tenang dengan mainannya.

"Bunda hari ini libur dulu mengajinya, kita dengarkan boneka hafiz dulu, yuk!"

Selain itu, saya merasakan lebih santai dalam menghadapi masalah, beberapa problem yang saya lalui bisa dihadapi tanpa harus banyak bicara dan menguras emosi. Sakit kepala yang sering saya alami juga semakin berkurang. Jadi merasa lebih sehat secara psikologis juga fisiologis.

Itulah yang saya rasakan, mungkin kita sebagai seorang manusia ingin sekali menjadi baik, lebih baik lagi, dan bertahan untuk tetap menjadi baik. Mempunyai komunitas yang mendorong diri menjadi baik adalah salah satu hal yang sangat saya syukuri.