Khairun Nisa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menavigasi Kelas EFL (Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing) 4.0 Menuju Siswa yang Berkarakter

Menavigasi Kelas EFL (Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing) 4.0 Menuju Siswa yang Berkarakter

Pada Hari Sabtu, tanggal 23 Maret 2019 lalu, organisasi non formal 'Academic Arisan' mengadakan lokakarya yang luar biasa. Organisasi non profit yang sering mengagendakan strategi atau isu pembelajaran bahasa Inggris ini mengundang salah satu anggota BAN (Badan Akreditasi Nasional), Dr. Itje Chodijah, MA untuk menjadi pembicara lokakarya. Kehadiran Ibu Dr. Itje sudah sangat ditunggu oleh para peserta lokakarya yang datang dari wilayah Jabodetabek.

Dr. Itje Chodijah, MA dalah praktisi dan pengajar Independen yang sudah sangat berpengalaman di dunia pendidikan. Siapa yang tidak mengenal beliau? Profilya yang 'humble' dan 'murah senyum' membuat semua orang ingin mengenalnya. Pengetahuannya yang luas dan mumpuni, membuat para akademisi ingin menimba ilmunya. Pada lokakarya kali ini, beliau membagikan ilmunya tentang 'Menavigasi Kelas EFL (English as a Foreign Language/ Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing) 4.0 Menuju Karakter Siswa'. Tema yang diberikannya sangat menarik karena relevan dengan situasi pembelajaran saat ini. Seperti yang kita ketahui, saat ini dunia sedang menghadapi Revolusi Industri 4.0, yaitu industri yang menggabungkan otomatisasi dengan teknologi cyber. Dengan kata lain, semua bidang kehidupan manusia saat ini sudah menerapkan teknologi digital. Termasuk dalam bidang pendidikan, seorang guru harus bisa memahami dan mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan pembelajaran. "Guru yang gagap teknologi akan digantikan oleh teknologi. Walaupun begitu, AI (Artificial Intellegence) tetap tidak bisa menggantikan guru. Di sinilah peran guru harus di 'highlighted' (disorot)," ujar Dr. Itje.

"Guru harus memiliki karakter jika ingin bekerja dengan teknologi. Mengapa Jepang lebih maju dalam teknologi dibanding negara maju lainnya? Jawabannya adalah karena siswa- siswanya telah berkembang dengan karakter, sehingga mereka tangguh untuk belajar." ucap Dr. Itje.

Beliau juga menambahkan bahwa karakter seorang guru itu harus disaring atau difilter dan datang dari dalam diri sendiri serta harus dipelihara (nurtured), seperti manajemen waktu, tekun, kreatif, peduli, sopan, serta karakter positif lainnya.

Lebih lanjut beliau membahas banyak hal penting dalam pertemuan selama 1,5 jam ini. Beberapa poin penting yang disampaikan oleh beliau antara lain:

1. Pada zaman industri 4.0 ini, begitu banyak informasi yang diserap oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus dapat menumbuhkan karakter dan literasi kepada siswanya. Kurangnya karakter dan literasi siswa akan membuat mereka menjadi tidak peduli terhadap sesama, individualistis, percaya hoax, dan karakter negatif lainnya. Sedangkan karakter dan literasi yang kuat akan membuat mereka menjadi sabar, bisa bekerja sama, dan karakter positif lainnya.

2. Guru harus menumbuhkan sesuatu yang ia minta kepada siswanya terlebih dahulu. Apabila guru menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan literasi 15 menit sebelum kegiatan belajar dimulai, maka ia harus melakukan kegiatan membaca buku terlebih dahulu. Pada dasarnya siswa akan mempelajari sesuatu yang diberikan oleh gurunya secara tidak langsung (indirect teaching). Jadi, mereka akan mempelajari apa yang mereka lihat dari karakter gurunya, bukan apa yang disuruh oleh gurunya.

3. Kegiatan literasi dan menumbuhkan karakter tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran.

4. Guru harus memikirkan tentang proses pembelajaran dan proses apa yang akan terjadi dalam pembelajaran untuk mempersiapkan siswanya siap menghadapi tantangan zaman.

5. Dikutip dari Sadiyoko (2017), ada beberapa karakter pendidikan 4.0, antara lain:

a. Pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pembelajaran tidak terpaku hanya terjadi di dalam ruang kelas saja. Dalam hal ini, guru bisa menggunakan telepon genggam sebagai media pembelajaran. Dengan kata lain, telepon genggam tidak hanya digunakan hanya sebagai alat sosial media saja.

b. Pembelajaran berpusat pada siswa.

Dalam hal ini, guru tidak bisa menyalahkan kegagalan siswa dalam proses pembelajaran adalah karena kurikulum. Namun, bisa jadi itu terjadi karena kurangnya literasi guru dalam memahami kurikulum. Yang harus dipahami oleh guru adalah siswa adalah pemangku utama kepentingan guru. Oleh karena itu, guru harus dapat memberikan hak siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang baik.

c. Fleksibel dalam Penyampaian

Dalam hal ini, guru harus selalu belajar setiap saat karena ia menghadapi berbagai karakter siswa setiap tahunnya. Selain itu ia harus disiplin, bisa mengatur waktu, dan tahu bagaimana membuat siswa menjadi rasional.

d. Mencerminkan teman sebaya dan mentor

Pembelajaran 4.0 berpusat lebih pada kegiatan refleksi dan mentoring. Dalam hal ini, kegiataan refleksi bukanlah narasi. Kegiatan refleksi dilakukan sebagian demi sebagian untuk meningkatkan kualitas karakter. Sebagai contoh, guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa tentang apa yang ia peroleh dari pembelajaran saat itu. Proses ini juga akan menghasilkan 'Metacognition,' dimana siswa dapat menerangkan apa yang telah dipelajari kemudian menjadikan pembelajaran itu sebagai miliknya (ownership). Sedangkan kegiatan mentoring dilakukan oleh guru dengan tidak menyalahkan siswa yang gagal dalm proses pembelajaran.

e. Membagi informasi untuk menjawab pertanyaan 'Kenapa' dan 'Dimana'

Dalam hal ini, guru sejak dini harus mengarahkan siswa untuk bertindak secara ilmiah karena banyak informasi yang simpang siur di zaman ini.

f. Pembelajaran bersifat praktis

g. Tentang modularitas dan Proyek

h. Evaluasi proses

6. Bagaimana membuat kelas bahasa Inggris dapat mendukung perkembangan karakter? Hal ini dapat dilakukan dengan

cara membuat kelas menjadi interaktif. Di sinilah perlu penekanan karakter guru yang positif, kejelasan (clarity), kontak mata, dsb.

7. Pada dasarnya belajar bahasa Inggris itu seperti air. Kita bisa membuat air menjadi beberapa bentuk; menjadi air sup, air rebusan mie, dsb. Maka diperlukan karakter guru untuk dapat mengarahkan siswa dalam aktifitas belajar yang; (a) sesuai dengan gaya belajar visual, auditory dan kinestetik; (b) menyampaikan konteks pembelajaran yang jelas dan bermakna; (c) melibatkan variasi kegiatan; (d) melibatkan intetaksi; (e) menggunakan bahasa yang nyata yang dipakai sehari- hari; (f) melibatkan 4 keterampilan secara menyeluruh; (g) membuat siswa merasa bahwa bahasa yang mereka pelajari adalah milik mereka.

Pada akhir kegiatan lokakarya, beliau menyampaikan kesimpulannya bahwa untuk menavigasi siswa belajar Bahasa Inggris, guru perlu berkarakter dengan meningkatkan dirinya tanpa batas karena menjadi guru yang baik membutuhkan proses yang panjang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post